Menjadi bagian dari Timing System
Ini adalah pengalaman yang cukup berharga, karena memang baru pertama kali ini penulis terlibat dalam sebuah event seperti ini. Awalnya memang sekadar saling komunikasi dengan kawan lama saat kuliah dulu, yang akhirnya bersambung menjadi bagian sebuat team dari salah satu hobby yang dia geluti. Proses kisah bersambungnya kembali silaturahmi ini akan coba penulis buat di kesempatan lain, deh. (Insya Allah).
Nobody's perfect. Memang tidak ada yang sempurna, tapi setidaknya dengan catatan-catatan ini bisa dijadikan koreksi untuk masa yang akan datang. Jadi, yang lebih penting adalah untuk mendokumentasi beberapa perbaikan yang bisa dilakukan dalam event tersebut, sehingga nanti bisa menjadi referensi tambahan di kemudian hari.
Pemasangan Big Digital Wall Count Up
Penulis awali dengan pemasangan timer (stop watch besar) yang harus dipasang di atas stage, sebagai count-up dari mulai start acara.
Siapkan
teknis pemasangan yang paling praktis
Naik ke
atas stage sudah cukup tantangan sendiri, karena tanpa pengaman, dan dalam
kegelapan, jadi proses pemasangannya mesti dibuat sepraktis mungkin. Sangat
sulit memasang di ketinggian, -di atas stage-menggunakan tali raffia, karena
harus tarik ulur menyesuaikan ketinggian stage, sementara sifat raffia agak
sulit untuk diikat dengan tepat.
Sangat
memudahkan jika gunakan kawat yg cukup kaku, atau kabel kawat, yang tinggal
cantol di stage. Saat perlu adjustment ketinggian pun, tinggal tekuk dan
cantol.
*Gotcha*: In fact, platform setiap stage kan standard, terutama jenis pipa yg digunakan, jadi rasanya sangat mungkin untuk membuat rumah hook, sbg cantolan dari wall timer ini, lengkap dengan baut & mur-nya. Thus, saat perlu pasang, cukup tinggal attached rumah hook ini ke pipa stage, dan kencangkan bautnya. Hmm, cukup perlu waktu 5 menit (bahkan kurang) untuk pasang. --bandingkan dengan waktu hampir 1 jam yg dihabiskan sebelumnya--!!
*Gotcha*: In fact, platform setiap stage kan standard, terutama jenis pipa yg digunakan, jadi rasanya sangat mungkin untuk membuat rumah hook, sbg cantolan dari wall timer ini, lengkap dengan baut & mur-nya. Thus, saat perlu pasang, cukup tinggal attached rumah hook ini ke pipa stage, dan kencangkan bautnya. Hmm, cukup perlu waktu 5 menit (bahkan kurang) untuk pasang. --bandingkan dengan waktu hampir 1 jam yg dihabiskan sebelumnya--!!
Antisipasi
kemungkinan masalah dengan listrik
Memasang
stop kontak dengan posisi aman, perlu strategi yang tepat. Hindari pemasangan
stop kontak dengan posisi tengadah ke atas, karena sangat rawan jika terjadi embun
atau air yg masuk, apalagi kalau tiba-tiba terjadi hujan! Lebih aman jika stop
kontak bisa diposisikan telungkup, colokan menghadap ke bawah, karena itu bisa
melindungi dari kemungkinan air yg masuk. Tentu saja diperlukan tambahan
pengaman supaya kabel tidak jatuh ke bawah, bisa dengan diikat, atau dengan
plakban hitam yang kuat.
Minimal,
stop kontak yang berada di ketinggian, perlu diamankan dari kemungkinan embun
ataupun hujan. Jika memang terpaksa harus posisi tengadah, pilihan paling
mudah, adalah dengan dibungkus dengan plastic, jadi cukup terlindung.
Jika
dimungkinkan, usahakan untuk tidak menggabung beberapa perangkat -yang dipajang
di atas stage, dalam satu colokan listrik. Ini untuk mengantisipasi jika
ternyata salah satu alat ada yang bermasalah. Jika alat tsb masih bisa
dinon-aktifkan dengan remote atau cara lain, mungkin tidak menjadi kendala.
Tapi, akan cukup repot jika ternyata satu-satunya cara untuk menon-aktifkan
alat tsb adalah hanya dengan mencabut listrik.
Akrab dengan cara pengoperasian alat
Ini sebenarnya hal yang mutlak harus dikuasai, minimal melatih tenaga supaya akrab dengan alat2 yang digunakan. Akan membuat cukup panik jika perangkat semua sudah dipasang di atas stage, tapi operator masih gelagapan dalam pengoperasiannya!
Memang, alat juga tidak bisa 100% diandalkan, justru itulah diperlukan bisa akrab dengan cara pengoperasiannya, shg jika terjadi masalah, paham apa yang terjadi dan tahu apa yang mesti dilakukan.
Jadi, akan lebih bijaksana jika sebelum alat2 tersebut dipasang, bahkan sebelum dibawa ke lapangan, perlu di-test uji coba, kalau perlu dibuat beberapa simulasi dengan beberapa skenario yang kompleks. Lebih baik gagal saat uji coba daripada gagal saat sudah di lapangan.
Prinsip yang coba penulis pahami, 'seburuk apa pun sebuah alat bantu, masih lebih baik daripada tanpa menggunakan alat apa pun'. Dalam beberapa hal, prinsip tersebut terbukti ampuh untuk bisa membantu mendapatkan hasil kerja yang lebih baik.
(bersambung)
Comments
Post a Comment