Papa, kenapa kita batal ke Bali

*Papa, kenapa kita batal ke Bali

7 bulan terakhir, anak ini sekolah online. Dia pengin sekali ketemu teman2 sekolah, bermain futsal, kejar2an, atau hanya sekadar mengobrol di kelas, lantas tertawa terbahak2. Pandemi tiba, pintu2 kelas ditutup, gerbang2 sekolah dikunci.

Dan anak ini, hanya bisa tinggal di rumah. Tidak bisa bermain keluar rumah, dibatasi segalanya. Karena anak ini punya penyakit bawaan, asma. Jadi dia lebih beresiko kalau kena covid-19. Papa-nya bilang, "Biar kita semua tetap sehat." Anak itu mengangguk. Sekuat apapun dia ingin main keluar, demi kesehatan, dia tetap di rumah. 

7 bulan berlalu, anak ini terus di rumah. Nilai2 sekolahnya tetap bagus. Dia aktif mengisi hari2 dengan kegiatan positif. Menggambar. Bikin video. Membaca. Apapun, bahkan acara2 online dia ikut, biar bisa mengisi waktu. 

Sementara bapaknya, yang wiraswasta, juga habis2an mencari cara survive. Mengubah semua pola bisnisnya, agar tetap bisa jualan. Tetap bisa menggaji karyawannya.

Oktober, November, situasi pandemi sepertinya membaik. Pemerintah tetap PD melaksanakan pilkada. Bahkan pejabat ada yg bilang, 'Pilkada itu mengurangi pasien, bisa mengatasi pandemi' Mantap sekali itu pejabat. Logikanya melewati mahkluk bumi. Ekonomi terus membaik. Bisnis keluarga mereka mulai pulih. 

Mereka juga sudah mulai bisa ke mall, dll. Keluar rumah. Dengan memakai masker, selalu cuci tangan, menjaga jarak, semua protokol kesehatan dilaksanakan. Anak itu juga sempat mampir ke sekolah, melihat2 sekolahnya. Wah, dia hepi sekali. Situasi berubah.

Awal November, bapak anak itu bilang, "Kalau kamu dapat nilai rata2 di atas 90, akhir tahun, kita liburan ke Bali.' Wah, anak itu antusias mendengarnya. "Memangnya kita sudah boleh ke Bali, Pa?" Bapaknya mengangguk. Bahkan pemerintah sudah membuat program We Love Bali. Yes, anak itu berseru riang. Bapaknya mulai memesan tiket pesawat, hotel, dll.

Dia semangat belajar. Lantas tidak sabaran menunggu libur akhir tahun.

Desember awal, pilkada berjalan lancar. Menurut pejabat, sama sekali tidak ada yang kena pandemi saat pilkada, termasuk saat kampanye, dll. Tidak ada itu klaster pilkada. Menurut netizen puja kerang ajaib, siapapun yang bilang ada klaster pilkada, mereka hoax. Dan penyebar hoax besok2 masuk neraka jahannam.

Tapi entah kenapa, minggu ke-2, minggu ke-3 desember, setelah pilkada beres, pejabat2 sudah terpilih, dan yes, sesuai ekspektasi keluarga pejabat yg terpilih. Entah kenapa, dunia mendadak jadi jungkir balik.

Pejabat yang dulu meremehkan total corona, mendadak mengeluarkan peraturan baru. Wah, kacau balau semuanya. Kengerian menyebar. Pesan negatif meluncur deras. Mall kembali sepi, penjualan kembali menurun. Dan tentu saja, dgn semua kembali ketat, perjalanan itu menjadi rumit, Bapak anak itu terpaksa mengajak bicara anaknya.

"Nak, kita batal ke Bali."
"Tapi Pa, aku kan nilainya 100 semua."
"Iya, Papa bangga sekali. Tapi kita batal ke Bali. Pandemi."
"Tapi, Pa, aku kan bisa pakai masker, kita pakai protokol kesehatan. Aku kan selalu patuh."
"Iya, Papa bangga sekali kamu punya pemahaman baik tsb. Tapi kita tetap batal ke Bali. Pemerintah mengeluarkan himbauan agar di rumah saja. Kita patuh sama mereka. Papa harus membatalkan tiket, hotel, dll."

Anak kecil itu terdiam. 

Dia tidak pernah tahu soal pilkada, dsbgnya. Dia hanya anak2. Tapi entahlah, besok lusa, generasi seperti apa yang akan kita siapkan? Omong-kosong apa yang akan kita sampaikan besok lusa? Saat mereka mewarisi ribuan trilyun utang, dsbgnya. 

Anak itu memeluk bantal erat2. Begitulah dia menerima takdir batal ke Bali. Sama seperti pejabat negeri ini, yang pernah bilang: 'mari berdamai dengan corona.' Sayangnya, entah kesambet di mana, libur akhir tahun ini, mereka rusuh sudah. Tidak lagi berdamai dengan corona. Mungkin karena pilkada sudah selesai. Corono-nya sdh tidak dipeluk lagi. Mereka sekarang menabuh genderang perang dengan corona.

*Tere Liye, penulis novel "Negeri Para Bedebah"

**tulisan ini bukan berarti menyuruh kalian tidak lagi waspada. tetap pakai masker, tetap tegakkan protokol kesehatan, bahkan saat elit di atas sana menjilati ludahnya tiap hari, tetap jaga diri sendiri, keluarga, dan sekitarnya. pakai maskernya!

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=3800382533345620&id=175057005878209

Comments

Popular posts from this blog

jenis-jenis Sistem Transmisi mobil

Kudeta Jokowi Mulai Tercium Oleh Prabowo Subianto

Jumlah rakaat shalat tarawih sesuai tuntunan