Ngomongin gaji. Di Jepang

Ngomongin gaji. Di Jepang gaji dihitung perjam dan berdasarkan jenis pekerjaannya. Semua harus sesuai dengan aturan gaji minimum yang sudah ditetapkan. 

Ada beberapa pekerjaan yang tidak memerlukan kualifikasi pendidikan. Mayoritas kerja sampingan misalnya. Mau kamu lulusan S3 akan dibayar sama dengan mereka yang nggak sekolah. Kerjaan seperti ini biasanya nggak terlalu mengikat. Kamu bisa kerja dan libur kapan saja. Ada pula kerjaan yang butuh komitmen yang sangat tinggi. Tentu gajinya juga lebih besar. 

Besar gaji menentukan besar pajak dan biaya-biaya lainnya. Orang yang gajinya rendah bisa menyekolahkan anak dengan gratis. Biaya asuransi kesehatan dan pajaknya juga rendah. Sebaliknya orang dengan penghasilan tinggi wajib bayar lebih mahal untuk segala hal. Jika dihitung besaran uang yang dibawa ke rumah setelah di potong ini itu akan hampir sama antara orang yang bergaji rendah dan bergaji tinggi. Disinilah poin pemerataan ekonomi di negara maju. Saking meratanya perekonomian, hampir nggak ada yang bisa membayar pembantu. 

Pengecualian untuk pemilik perusahaan besar... Orang-orang seperti ini meski punya penghasilan sangaaat tinggi tapi pajaknya justru jauh lebih kecil. (Lain kali aja di bahas). 

Jauh lebih penting lagi, sekecil apapun gaji di Jepang tetap lebih layak dibanding gaji di negara berkembang. Makanya saya sangat sebel kalau ada yang bilang "salah sendiri gaji kecil, nggak sekolah sih" 😐😐.. 

Mari lihat perbandingan harga roti dengan penghasilan.  Harga roti paling murah katakanlah ¥100 (yang lebih murah juga ada). Jika kerja 28 jam seminggu dengan gaji ¥900 (banyak yang lebih tinggi). maka sebulan bisa mengantongi uang sekitar ¥100.800. Artinya harga roti adalah 1/1000 dari penghasilan atau penghasilan di Jepang 1.000 kali lebih tinggi dari harga roti. 

Upah minimum Indonesia paling tinggi di Jakarta sekitar 4 juta dengan total kerja 40jam semiggu. Harga roti sekitar 7.000. Artinya harga roti di Jakarta 1/500 dari penghasilan atau penghasilan hanya 500 kali lebih tinggi dari harga roti. Artinya tingkat kelayakan hidup orang di Jakarta jauh lebih rendah dari Jepang. Ini untuk kasus di Jakarta, padahal banyak lokasi yang upah minimumnya jauh lebih kecil. 

Harga berbagai komoditi biasanya hampir sama antara negara maju dan negara berkembang. Harga elektronik, harga kendaraan, harga rumah, harga baju, dsb... Belum diperhitungkan  efek inflasi. Tapi sangnya gaji di negara berkembang masih segitu-gitu aja. Belum lagi ketidakseimbangan ekonomi yang begitu jomplang. Banyak orang yang kaya, jauh lebih banyak lagi orang yang miskin. 

Belum lagi disebarkan narasi bahwa gaji buruh di Indonesia sudah tinggi. Entah dia bandingin sama negara mana. Kalau dibandingin sama negara yang sama-sama terjajah ya nggak relevan. 

Salah satu tolok ukur pemerataan ekonomi dan meningkatnya produktivitas industri adalah semakin sedikitnya profesi pembantu. Entah karena majikan nggak kuat bayar, atau pekerja lebih memilih sektor lainnya (kerja di pabrik) dll,  maka saat itu boleh saja kalian nggak membela kaum buruh dan pekerja. 

Selama gaji mayoritas orang nggak bisa untuk hidup layak, atau ada orang yang rela merendahkan martabatnya dengan mencuci kutang maka biarkan para buruh memperjuangkan haknya. Jangan menceramahi mereka.  Menyuruh kerja yang ikhlaslah, untung sudah dapat  kerjaan, dsb... Itu artinya kalian mendukung penindasan yang selama ini ditentang oleh Islam. Ikhlas hanya bisa dinilai oleh Allah. Kerja ya harus dibayar secara layak. Menuduh orang yang nggak mau ditindas sebagai orang yang tidak ikhlas. Itu namanya memanfaatkan jargon agamis untuk menutupi niat iblis. *Sebel 😡

https://www.facebook.com/1428354522/posts/10227346636838167/

Comments

Popular posts from this blog

jenis-jenis Sistem Transmisi mobil

Kudeta Jokowi Mulai Tercium Oleh Prabowo Subianto

Jumlah rakaat shalat tarawih sesuai tuntunan