semoga kita gak digolongkan ke dalem golongan 'pengamen maksa'

Suatu hari gue ngajakin Dinda makan bakso di sebuah kedai, tempat kami biasa nongkrong sepulang kuliah dulu. Sambil makan bakso, sambil nostalgia di situ.

Nah waktu kami lagi enak2 makan, tiba2 dateng dua orang pengamen maksa masuk ke dalam kedai. Tau kan pengamen maksa? yang dandanannya serem kek anak punk, nyanyinya gak jelas kek orang mabok, dan kalo kita bilang “maap” karena lagi repot makan tetep gak dimaafin? Tetep berdiriii aja gak pergi2 sebelom dikasih.

Makanya ketika pengamen maksa tersebut datang menghampiri meja kami, gue langsung ngeluarin selembar uang dua ribuan supaya mereka lekas pergi. 

...

Sepuluh menit kemudian, datanglah pengamen berikutnya. Pengamen yang ini berpenampilan beda dari pengamen sebelumnya. Masih sama2 cowok, tapi kalo yang ini orangnya sopan dan rapih. Dia menyanyikan sebuah tembang lawas dengan begitu merdunya. Suaranya bagus, pitch controlnya OK, petikan drumnya juga mantap. Intinya, gue benar2 menikmati nyanyiannya. Dan saking menikmatinya, gak kerasa tau2 bakso gue udah abis dicomotin Dinda.

Sang pengamen sopan telah menyelesaikan satu tembang lawas dengan sempurna. Gue tiba2 merasa sedih, seakan2 gak rela melihat dia berhenti bernyanyi. Sungguh aneh. Perasaan apakah ini? Di dalam hati gue menjerit, “Laaagi...laaagi!” Meminta agar dia mau melanjutkan nyanyiannya.

Seperti mendengar jeritan hati gue, tiba2 pengamen tersebut berkata, “Hokeh, satu lagi tembang lawas milik Aldi Taher untuk Anda. Jrenggg.” Dan begitu tau dia mau nyanyi lagi, gue langsung kesenengan gitu gaes! Ekspresi gue tuh jadi kek, “Omaigottt...omaigottt! Dia mau nyanyi lagiii…”

...

Tiga menit kemudian, sang pengamen sopan menyudahi konsernya, dan gue pun langsung standing applause di atas meja kasir. Gue memberikan selembar uang lima ribuan ke pengamen tersebut, dan berharap bisa bertemu lagi dengannya di pelaminan.

...

Dulu, gue suka heran sama rencana Tuhan, atas kehidupan yang sedang gue jalani, dan yang orang lain sedang jalani. Gue suka berpikir, “Gue tobat udah, sholat udah, sedekah udah, tapi kok, doa2 gue belum dikabulin Allah ya? Hidup gue gini2 aja. Aneh.”

Terus gue berpikir lagi, “Nah temen gue, sholat kagak, maksiat poll. Tapi kok, apa yang dia pengen langsung dikabulin Allah ya? Bisa punya ini punya itu. Aneh.”

Seiring dengan bertambahnya usia, bertambahnya bacaan, dan bertambahnya pengalaman hidup yang telah dilalui, akhirnya gue sadar. Bahwa berdoa itu ternyata mirip kek ngamen. Walaupun kita ngamennya gak sopan, berantakan, dan maksa, kita bisa loh tetep dapat dua uang ribuan dari orang, seperti yang kita harapkan. 

Tapiii, ya gitu deh. Kita dikasih dua ribuan sama orang, karena orang tersebut gak mau terganggu sama kita. Kasarnya, kita diusir pake dua ribuan gaes. Hina banget kan?

Laen halnya kalo kita ngamen dengan sopan dan rapih. Itu orang yang ngedenger gak mau buru2 langsung ngasih uang dua ribuan. Mereka masih ingin ngedenger kita nyanyi lagi, lagi, dan lagi. Karena, mereka suka sama kita. Dan di dalem hati mereka akan berkata. “Ini pengamen keren baaanget. Gak layak dikasih dua ribuan. Gue kasih dua puluh ribu aja ah. Tapi kembalian delapan belas ribu.” Wkwkwk!

Semoga dalam berdoa, kita gak digolongkan ke dalem golongan 'pengamen maksa' ya gaes. Menyangka diberi, padahal diusir.

Demikian, gue Bret Pitt.

#pacorstory
#alhamdulillah
Coming soon buku ketiga gue
KRBT
Ketiban Rejeki Bertubi-tubi

https://www.facebook.com/1399711851/posts/pfbid035dJFiZgPad8EW2DXW8Hyasc2vPdJhrWTbVctjf7VtLfAaHgmJo7JUNp1WCfWx5ATl/?mibextid=9R9pXO

Comments

Popular posts from this blog

Tingkatkan Pengetahuan Anda! TAHUKAH ANDA?

Menyambut Ramadhan

Mencampuradukkan ajaran agama lain ke dalam Islam