Sekolah di era covid itu :

Sepertinya banyak orang tua (dan anak) yang belum sepenuhnya paham bahwa sekolah tatap muka di era covid tidak sama dengan sekolah sebelum pandemi. Meski judulnya tatap muka, tetap akan ada keterbatasan. 

Sekolah di era covid itu : 
- Harus pake masker
- Duduknya berjarak 
- Jam belajar dipangkas, tidak mungkin full day 
- Kantin tidak boleh buka
- Tidak ada jam istirahat
- Jadwal masuk akan bergantian atau selang seling karena kapasitas yang diijinkan pemerintah hanya 50%
- AC tidak dinyalakan agar ada aliran udara masuk ke ruangan (ini khusus yang kelasnya ber-AC) 
- Guru menjelaskan pelajaran dengan segala keterbatasan juga (pake masker/face shield). Mungkin nanti suaranya tidak jelas. Kalau anak bertanya, guru juga tidak bisa/akan sulit mendekat. 

Ini hanya sebagian saja. Ada yang mau nambahin? 

So, jangan bayangkan bahwa jika nanti sekolah tatap muka maka otomatis masalah pembelajaran anak akan selesai. Kebanyakan orang tua yang setuju tatap muka sudah membayangkan bahwa mereka akan terbebas dari beban menjadi guru. Padahal BELUM TENTU, lho. Lha sekolahnya aja cuma 50%. Artinya nanti sebagian siswa akan tatap muka, sebagian lagi tetap PJJ. Guru kerjanya dobel. Siswa juga bebannya dobel. Ke sekolah iya, tapi ngerjain tugas online juga tetap. 

Kemarin ada yang bilang ke saya kalau sekolah anaknya (SMA) sudah tatap muka sejak bulan September dan kenyataannya banyak protokol yang dilanggar. Guru buka masker di kelas. Siswa nongkrong² di depan sekolah. Ngobrol cekikikan tanpa masker. Ini kan ngeri banget. 

Sekolah yang menjalankan protokol ketat saja tidak jaminan akan terbebas dari covid. Apalagi yang longgar. Mungkin di sekolah protokolnya ketat. Tapi kalau ada keluarga yang santuy, lanjalan dan pikenik ke keramaian, tidak mau pakai masker kalau keluar rumah, nah anak dari keluarga ini nanti yang berpotensi menyebarkan covid di sekolah. 

Kasus² covid di perkantoran kan mostly terjadi karena ini. Kantornya ketat protokol tapi karyawannya santuy dan abai saat di luar kantor. Begitu jadwalnya WFO, akhirnya dia bawa virus dan menyebarkannya di kantor. 

Jadi bagi orang tua yang sudah tidak sabar tatap muka, perhatikan saja hal² yang saya sampaikan di atas. Jangan terlalu euforia dan berharap masalah akan selesai begitu saja. Selama masih pandemi, keadaan tidak akan normal sepenuhnya. Siapkan mental bahwa kondisi ke depan bisa jadi justru akan lebih sulit dari saat ini. 

Kemarin membaca statement dr. Aman Pulungan (Ketua IDAI) bahwa jika orang tua sudah siap mengirim anak ke sekolah maka pikirkan juga dua hal berikut : 
1. Jika anak tertular covid, RS mana yang akan dituju? 
2. Jika anak harus dirawat, siapa yang akan menemani di RS? Bapaknya atau ibunya? 

PJJ memang melelahkan dan tidak efektif. Saya nulis gini bukan mau menyarankan apapun. Keputusan ada di tangan orang tua. Bukan juga saya tidak berkendala dalam PJJ. Kendala saya mah banyaaaak. Cuma males cerita aja. 

Saya hanya berharap semua orang tua berpikir panjang sebelum mengambil keputusan. Terutama jika anak masih usia SD, apalagi TK. Belajar masih bisa dikejar kok. Tapi kesehatan dan ketenangan batin melihat anak baik² saja itu tidak bisa dibandingkan dengan apapun.

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=2823624527907992&id=100007814170150

Comments

Popular posts from this blog

jenis-jenis Sistem Transmisi mobil

Kudeta Jokowi Mulai Tercium Oleh Prabowo Subianto

Jumlah rakaat shalat tarawih sesuai tuntunan