Film G30 S PKI sempat berhenti ditayangkan sejak tahun 1998
Mumpung libur nulis yg agak berat dulu. Yang mau dapat informasi berimbang silahkan baca. Yang udah ngerasa gelasnya penuh lewat aja.
Film G30 S PKI sempat berhenti ditayangkan sejak tahun 1998.
Kenapa? Apakah ini artinya Indonesia telah menjadi negara pro komunis? Apakah tokoh-tokoh yg terlibat dalam penghentian film tersebut adalah mantan PKI? Apakah semua orang yang menentang film tersebut adalah PKI?
Itulah yg disebut pola pikir linear. Pola pikir sederhana khas orang awam yang malas mencari informasi karena pola pikir kritisnya tumpul. Kebencian sekaligus ketakutan telah menggelapkan mata dan logika sehingga menerima begitu saja semua berita yg disajikan di depan mata. Makanya orang yg sedang melakukan propaganda selalu menyerang di dua titik itu. Bagaimana cara membuat orang begitu benci? Bagaimana cara membuat orang begitu takut? Seketika nalar kritisnya ditumpulkan maka otak sadarnya akan mudah diisi dengan berbagai informasi yg diinginkan oleh penguasa.
Setidaknya ada tiga tokoh sentral yang berperan dalam dihentikannya pemutaran film Pengkhianatan G30S/PKI. Mereka adalah Marsekal Udara Saleh Basarah, Menteri Penerangan Yunus Yosfiah, dan Menteri Pendidikan Juwono Sudarsono. Menurutmu mereka adalah PKI sehingga melarang pemutaran film?
Mantan Menteri Pendidikan Juwono Sudarsono saat itu mengatakan, ia pernah ditelepon Saleh Basarah sekitar bulan Juni-Juli 1998. "Beliau keberatan karena film itu mengulang-ulang keterlibatan perwira AURI pada peristiwa itu (30 September)," kata Juwono kepada Tempo ketika diwawancara 28 September 2012.
Juwono menjabat sebagai menteri pendidikan sejak 21 Mei 1998 sampai 20 Oktober 1999. Sebagai menteri pendidikan kala itu, Juwono meminta kepada para ahli sejarah untuk meninjau kembali kurikulum pelajaran sejarah tingkat SMP dan SMA, khususnya yang memuat peristiwa-peristiwa penting. "Saya ingin informasi yang diterima siswa lebih berimbang," ujarnya.
Juwono mencontohkan, pada peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta, misalnya, harusnya tidak melulu menonjolkan peran Letnan Kolonel Soeharto yang ketika itu menjabat sebagai Komandan Wehkreise II, namun wajarnya harus membeber perjuangan Sri Sultan Hamengku Buwono IX.
Film Pengkhianatan G30S/PKI tidak diputar lagi oleh keputusan purnawirawan jenderal TNI AD atas permintaan mantan Kepala Staf Angkatan Udara. Sri Mulyono Herlambang. Mantan KSAU menjabat ketua PP AURI.
Setelah memutuskan menghentikan pemutaran film G30S/PKI, Dirjen Kebudayaan Depdikbud, Edi Sedyawati, menggantinya dengan film 'Bukan Sekedar Kenangan' sebagai tayangan penunjang yang diputar setiap tanggal 30 September. Anehnya kenapa bukan film ini yang sekarang diputar? Apa kurang "menggoreng" rasa benci dan takut masyarakat?
Film ini bercerita tentang trauma seorang kepala keluarga saat mengingat peristiwa G30S/PKI. Film ini berdurasi 72 menit dan diperankan oleh Dina Lorenza, Atalarik Syach, dan Derry Drajat.
Pengamat film Thomas Barker, dikutip dari tulisannya yang terhimpun dalam buku Mau Dibawa ke Mana Sinema Kita? (2011) mengungkapkan bahwa penghargaan yang diraih film Pengkhianatan G30S/PKI merupakan gabungan dari kepentingan negara dan FFI.
Film Penumpasan Pengkhianatan G30S/PKI dianggap sebagai film propaganda Soeharto agar paham komunisme yang pernah besar di Indonesia, bahkan sempat menjadi tiga pilar kekuatan politik utama yang dirumuskan Bung Karno yakni Nasakom (Nasionalis, Agama, Komunis), musnah untuk selama-lamanya di negeri ini.
Tidak semua kejadian yang disuguhkan di dalam film tersebut merupakan peristiwa yang sebenarnya. Banyak adegan yang didramatisir untuk mengesankan bahwa PKI dan komunisme merupakan ancaman nyata bagi bangsa Indonesia.
Hal itu justru diakui sendiri oleh Amoroso Katamsi, pemeran Soeharto dalam film Pengkhianatan G30S/PKI. “Film ini sengaja dibuat untuk memberi tahu rakyat bagaimana peran PKI saat itu, kadi memang ada semacam muatan politik," ungkapnya kepada Tempo.co (30 Desember 2012).
“Memang ada beberapa adegan yang berlebihan," imbuh aktor kelahiran 21 Oktober 1938 yang pada 1990 diangkat sebagai Direktur PPFN oleh Presiden Soeharto ini.
Sejarawan Hilmar Farid, masih dikutip dari Tempo.co, menegaskan bahwa film ini adalah propaganda Orde Baru yang mewakili pandangan Soeharto tentang peristiwa Gerakan 30 September 1965 yang dibumbui pula dengan sejumlah fantasinya.
“Dari segi produksi, kita lihat pembuatannya, ditangani langsung PPFN dengan restu Soeharto," sebut tokoh yang kini menjabat sebagai Direktur Jenderal Kebudayaan di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) ini.
Budi Irawanto, peraih Doktor Kajian Asia Tenggara bidang Film di National University of Singapore, menyebut film ini berhasil menjalankan fungsinya sebagai film propaganda dengan sangat baik dan sukses mempengaruhi sebagian besar alam pikiran rakyat Indonesia.
"Film Pengkhianatan G 30 S/PKI adalah salah satu film terbaik dalam menyebar propaganda dan kebencian kepada musuhnya, PKI dan Gerwani [Gerakan Wanita Indonesia], dan itu tertanam dalam benak satu generasi," ujarnya dilansir Merdeka (29 September 2012).
Sang sutradara dan penulis skenario, Arifin C. Noer, juga pernah berkeluh-kesah tentang film garapannya ini. Ia mengakui harus bertarung dengan idealismenya sendiri saat menggarap film Pengkhianatan G30S/PKI.
Hal tersebut sempat diungkapkan sang istri, Jajang C. Noer, yang mengatakan bahwa suaminya rela berkeliling mencari narasumber dari pihak PKI untuk memperkaya referensi, namun hasilnya nihil.
Arifin juga merasa kreativitasnya dipangkas. Alhasil, ia merasa gagal lantaran cita-citanya menjadikan Pengkhianatan G30S PKI menjadi film pendidikan yang punya nilai humanis tidak pernah tercapai.
Film Penumpasan Pengkhianatan G30S/PKI yang selalu diputar ulang setiap tahun sejak dirilis akhirnya dihentikan seiring terjadinya Reformasi 1998 yang memungkasi era kekuasaan Soeharto.
Setelah nyaris tanpa gaduh selama bertahun-tahun berikutnya, film propaganda ini justru mulai diputar kembali di masa kepemimpinan Presiden Jokowi yang kerap disebut-sebut merupakan antitesis Orde Baru.
Dirangkum dari berbagai sumber.
https://www.facebook.com/1428354522/posts/10227001496649878/
Comments
Post a Comment