rangkuman acara live rodja tentang imunisasi
Yuuk Mari kita riview rangkuman acara live rodja tentang imunisasi :
1. Pada prinsip nya secara syari dan kesehatan boleh
TANGGAPAN : para prinsipnya berobat dengan apapun boleh,, mencegah penyakit dengan cara apapun boleh asal tidak melanggar syariat yang berlaku
2. Ada 4 s.d 5 vaksin bersinggungan enzim babi, difilter sampai milyaran kali, ending nya sudah tidak ada lagi unsur babi, ust Erwandi menjawab hukum asal nya suci, jika sudah dibersihkan maka menjadi suci kembali (HALAL),hadits : ada minyak beku kejatuhan tikus, maka buang tikus nya dan minyak beku tersebut yg terkena dibuang dan pakai minyak yg tidak terkena
TANGGAPAN : Sekali kali harus baca penelitian orang lain ya Pak Bapak, benarkah babi dalam vaksin sepenuhnya sudah hilang meskipun sudah dicuci “milyaran” kali??
Yuuk kita baca lagi ulasan dari Pak Khomaini Hasan :
Oleh: Khomaini Hasan
Membaca pro-kontra tentang vaksin memang cukup menarik. Tak tahu kenapa, hanya yang dalam benak penulis kini ada dua “agama” dalam hal ini, yaitu agama pro-vaksin dan kontra-vaksin. Aspek-aspek yang dibahas pun bermacam-macam, tapi yang paling menonjol adalah aspek keamanan dan kehalalan. Aspek keamanan menjadi isu yang hangat karena biasanya berhubungan dengan zat apa yang terkandung didalam vaksin yang disuntikan ke dalam tubuh anak kita, salah satunya thimerosal yang secara zat dikatagorikan sebagai very toxic/highly toxic berdasarkan MSDS kimia. Aspek kedua adalah aspek kehalalan. Hal ini terbatas dinegeri-negeri kaum muslimin, seperti Indonesia. Kali ini tulisan singkat kita akan terfokus pada aspek kehalalan yang menjadi perhatian kaum muslimin, terutama di Indonesia, dan hal-hal yang kiranya perlu untuk diketahui juga oleh masyarakat yang perhatian terhadap hal ini.
Berikut adalah paparan singkat yang diungkapkan oleh Dr. Soedjatmiko, SpA(K), MSi. Beliau adalah mantan ketua III Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (2002-2008), Sekretaris Satgas Imunisasi Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (PP IDAI), dan Dokter Spesialis Anak Konsultan Tumbuh Kembang - Pediatri Sosial, Magister Sains Psikologi Perkembangan kepada kantor berita Antara ketika dihadapkan kepada polemik kehalalan vaksin:.
Benarkah vaksin mengandung lemak babi ?
Tidak benar. Hanya sebagian kecil dari vaksin yang pernah bersinggungan dengan tripsin pada proses pengembangan maupun pembuatannya seperti vaksin polio dan meningitis. Pada vaksin meningitis, pada proses penyemaian induk bibit vaksin tertentu 15 – 20 tahun lalu, ketika panen bibit vaksin tersebut bersinggungan dengan tripsin pankreas babi untuk melepaskan induk vaksin dari persemaiannya. Tetapi kemudian induk bibit vaksin tersebut dicuci dan dibersihkan total, sehingga pada vaksin yang disuntikkan tidak mengandung tripsin babi. Atas dasar itu maka Majelis Ulama Indonesia berpendapat vaksin itu boleh dipakai, selama belum ada penggantinya. Contohnya vaksin meningokokus (meningitis) haji diwajibkan oleh Saudi Arabia bagi semua jemaah haji untuk mencegah radang otak karena meningokokus.
http://www.antaranews.com/berita/292632/tanya-jawab-kehalalan-dan-keamanan-vaksin
Beberapa hal yang penting sengaja penulis tebalkan untuk memudahkan para pembaca menangkap alur penjelasan yang penulis coba paparkan secara singkat. Untuk memahami bagaimana mekanisme interaksi antara enzim tripsin dan bibit vaksin, maka perlu diketahui lebih mendalam apa itu ENZIM, ENZIM TRIPSIN, dan MEKANISME ENZIM TRIPSIN yang dimaksud.
ENZIM
Secara sederhana definisi enzim adalah suatu molekul biologis protein yang berfungsi untuk meningkatkan kecepatan suatu reaksi kimia. Secara fisika, enzim berperan dalam menurunkan energi aktivasi dari suatu reaksi kimia yang dengannya kecepatan reaksi kimia menjadi meningkat. Dalam reaksi organik, beberapa senyawa kimia juga ditambahkan dengan peran yang sama, namun dalam produk akhir reaksi, senyawa yang ditambahkan tidak diikutkan atau tidak dianggap/diperhatikan sebagai bagian dari produk akhir reaksi. Hal ini sangat beralasan karena pada kenyataannya, tidak ada perubahan secara struktur maupuan stoikiometri dari senyawa tersebut, dan senyawa tersebut bisa digunakan kembali (regenerasi). Fungsi ini biasa disebut sebagai katalisis, dan senyawa tersebut disebut katalis. Dalam reaksi yang di katalisis oleh enzim pun, dipercaya, berlaku sama seperti diatas.Enzyme Committee telah membagi 6 jenis kelompok berdasarkan reaksi enzimatis. 1. Oksidoreduktase, 2. Transferase, 3. Hidrolase, 4. Liase, 5. Isomerase, dan 6. Ligase.
ENZIM TRIPSIN
Enzim tripsin adalah enzim termasuk kedalam kelompok Serine Hidrolase. Tripsin berperan dalam reaksi hidrolisis ikatan peptida yang secara spesifik, memotong pada terminal C dari asam amino lisin atau arginin. Proses pemotongan ini biasa disebut dengan proteolisis. Penamaan Serin Hidrolase dikarenakan dalam proses hidrolisis, asam amino yang berperan sebagai nukleofil, yang menyerang secara aktif substrat, adalah asam amino serin. Sejauh ini, berdasarkan database, sudah ada 5000 tripsin lebih telah diidentifikasi baik yang sudah berupa karakterisasi penuh, protein teridentifikasi, maupun dengan identifikasi gen, dari mahluk hidup tingkat rendah hingga tingkat tinggi.
MEKANISME ENZIM TRIPSIN.
Seperti yang diketahui sebelumnya bahwa Enzyme Committee telah membagi reaksi enzimatis kedalam 6 jenis reaksi spesifik secara umum. Reaksi yang spesifik ini kemudian bercabang berdasarkan molekul substratnya. Dengan substrat spesifik yang dimiliki oleh setiap enzim menjadikan analisis reaksi enzimatis secara detail perlu menjadi perhatian sehingga kita dengan tepat bisa membuktikan apakah memang tidak ada molekul dari tripsin bercampur ke dalam produk reaksi. Dan gambar dibawah adalah reaksi enzimatis dari tripsin yang sudah maklum diketahui.
Tiga komponen asam amino penting pada tripsin yaitu Asam Aspartat sebagai asam (merah muda), Histidin sebagai basa (merah), dan serin sebagai nukleofilik (biru). Warna hitam menunjukkan substrat yang memiliki ikatan peptida. Proses enzimatis dimulai ketika substrat masuk kedalam sisi aktif, maka histidin akan menarik proton dari serin dengan tujuan meningkatan nukleofilisitas dari serin. Sehingga serin yang telah kehilangan satu atom hidrogen menjadi reaktif, dan menyerang gugus karbon yang berfungsi sebagai elektrofil dari amida atau ester, menghasilkan apa yang disebut dengan oksianion intermediate-enzim. Sementara itu asam aspartat berfungsi sebagai penyeimbang muatan positif yang dialami oleh histidin.
Selanjutnya gugus amin dari substrat mendapatkan donasi proton dari histidin, membentuk tetrahedral-intermediate, histidin tergenerasi, diiringi dengan pemutusan ikatan N-C dari substrat, selanjutnya gugus amin menjadi produk pertama yang dilepaskan dengan membawa hidrogen yang awalnya berasal dari serin, ditransfer kepada histidin, lalu berakhir kepada gugus amina sebagai produk hidrolisis. Selanjutnya molekul air berfungsi sebagai nukleofil masuk ke dalam sistim, yang kemudian menyerang intermediate-enzim yang berada dalam bentuk asil-enzyme intermediate, dan menghasilkan produk kedua. Dan enzim tergenerasi untuk menerima substrat yang baru dan melanjutkan proses katalisis selanjutnya.
Kesimpulan
Dengan memperhatikan aspek mekanisme reaksi maka bisa kita lihat bahwa pandangan terhadap apakah vaksin yang menggunakan tripsin dari babi sebagai katalis adalah benar-benar halal dan proses pencucian itu benar-benar menghilangkan komponen tripsin dari produk reaksi enzimatis bisa ditinjau dari dua sisi yang menghasilkan dua kesimpulan yang berbeda.
Definisi enzim sebagai molekul biologis yang tidak berubah, yang hanya berfungsi sebagai katalis, yang teregenerasi kembali seperti semula untuk siklus katalisis selanjutnya, yang kemudian dilakukan proses pencucian, dan diyakini bahwa tidak ada komponen tripsin yang masuk menjadi bagian produk reaksi. Maka penetapan fatwa halal oleh MUI terhadap vaksin bisa dikatakan selaras.
Namun apabila kita meneliti lebih jauh, mendalam, hingga tingkat molekuler, dan berbicara pada tataran mekanisme reaksi, maka penetapan fatwa halal oleh MUI tampaknya perlu dikaji ulang, dengan dasar bahwa pada kenyataannya, seperti yang telah dipaparkan di atas, sebagian produk reaksi pertama, dimana molekul hidrogen dari produk reaksi pertama berasal dari serin yang ditransfer kepada histidin, lalu berakhir kepada gugus amina sebagai produk hidrolisis pertama, terintegrasi secara struktur sebagai bagian produk hidrolisis. Tentunya proses pencucian dan pembersihan total tidaklah memiliki arti apa-apa karena sebagian molekul (molekul hidrogen) yg berasal dari tripsin telah terintegrasi secara struktural sebagai bagian produk reaksi enzimatis.
Penulis melihat bahwa mengelaborasi seluruh keilmuan dalam penetapan halal/haram suatu produk menjadi sangat penting untuk MUI agar kedepan fatwa yang menyangkut halal/haram akan jitu, tepat sasaran, dan jauh dari “conflict of interest”.
Setelah tulisan ini, secara pribadi, penulis tetap memberikan kepercayaannya kepada MUI sebagai lembaga resmi ulama dalam penetapan fatwa-fatwa keagamaan.
3. Meskipun mengandung babi jika untuk menolak keburukan yang lebih maka halal, seperti hadits yg menghalalkan daging babi dalam kondisi tertentu
TANGGAPAN : Lho katanya di poin 2 tadi Babi sudah ilang.. kok di poin 3 jadi ragu? Benernya Babinya ilang beneran gak sih Pak?
Halal makan babi dalam kondisi seperti apa pak? Daruratnya seperti apa? Anak yang gak vaksin tetap baik baik saja kok pak.. Anak yang vaksin juga tetep bisa sakit.. apanya yang darurat??
4. Akan disertifikasi HALAL dan BPOM, karena undang2 tentang sertifikasi vaksin baru dibuat 1-2 tahun terakhir
TANGGAPAN : Ah Pak Bapak pada kudet ah,, Undang Undang Jaminan Produk halal dibuat tahun 2014 Pak,, hitung hitungan yuukk,, 2014 sampai 2018 tuh berapa tahun ya Pak? Masa 1 – 2 tahun aja? Heuu,,
5. Ikuti pemerintah selagi tidak melanggar syariat (termasuk imunisasi)
TANGGAPAN : Berarti kalau melanggar syariat boleh gak ngikut ya Pak,, kan ngandung Babi dan gak jelas daruratnya hehehe
6. Menolak Vaksin merupakan dosa, karena penolak vaksin berkemungkinan lebih besar terkena dan menularkan penyakit
TANGGAPAN : Wah gitu ya Pak? Berarti kalau sudah vaksin lengkap gak mungkin kena sakit ya Pak?
Hemm, pernah baca berita ini Pak? https://news.detik.com/berita/3771564/kpai-investigasi-kasus-15-anak-imunisasi-lengkap-jadi-pasien-difteri
“Jakarta - Di RSPI Sulianti Saroso, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyebut ada 15 orang yang ternyata sudah mendapatkan vaksin lengkap tapi tetap kena Difteri”
Kok bisa ya Pak? Artinya mereka juga nularin ke orang dong ya? Wah wah,,
7. Imunisasi merupakan pelemahan terhadap umat islam adalah SALAH, Karena di Negara Eropa Imunisasi pun wajib
TANGGAPAN : Gak cuma masyarakat Indonesia aja kok yang skeptik pada vaksin.. entah karena alasan “safety” maupun alasan syariat agama yang dianut..
Baca di sini deh : http://www.sciencemag.org/news/2016/09/france-most-skeptical-country-about-vaccine-safety
50.5% orang Mongolia menolak vaksin karena alasan keagamaan. 41% orang Perancis gak percaya keamanan vaksin. Rusia 17.1% , Bosnia dan Herzegovina 27.3%.
8. Vaksin untuk anak-anak dan dewasa dan perlu diupdate vaksin nya
TANGGAPAN : Update terus pakk,, lanjoottt. Jangan cuma yang wajib aja,, semua dilengkapi,, semua juga digratisin dong Pak,, jangan tebang pilih… Biar makin sehat anak negeri.. Nih semua list vaccine yang sudah ada :
Baca di sini : https://www.cdc.gov/vaccines/vpd/vaccines-list.html
Adenovirus
Anthrax
AVA (BioThrax)
Diphtheria:
DTaP (Daptacel, Infanrix)
Td (Tenivac, generic)
DT (-generic-)
Tdap (Adacel, Boostrix)
DTaP-IPV (Kinrix, Quadracel)
DTaP-HepB-IPV (Pediarix)
DTaP-IPV/Hib (Pentacel)
Hepatitis A:
HepA (Havrix, Vaqta)
HepA-HepB (Twinrix)
Hepatitis B
HepB (Engerix-B, Recombivax HB)
DTaP-HepB-IPV (Pediarix)
HepA-HepB (Twinrix)
Haemophilus influenzae type b (Hib)
Hib (ActHIB, PedvaxHIB, Hiberix)
MenCY-Hib (MenHibrix)
DTaP-IPV/Hib (Pentacel)
Human Papillomavirus (HPV) :
HPV9 (Gardasil 9)
HPV4 (Gardasil)
HPV2 (Cervarix)
Seasonal Influenza (Flu) only
IIV* (Afluria, Fluad, Flublok, Flucelvax, FluLaval, Fluarix, Fluvirin, Fluzone, Fluzone High-Dose, Fluzone Intradermal)
*There are various acronyms for inactivated flu vaccines – IIV3, IIV4, RIV3, and ccIIV4.
LAIV (FluMist)
Japanese Encephalitis :
JE (Ixiaro)
Measles :
MMR (M-M-R II)
MMRV (ProQuad)
Meningococcal
MenACWY (Menactra, Menveo)
MPSV4 (Menomune)
MenCY-Hib (MenHibrix)
MenB (Bexsero, Trumenba)
Mumps :
MMR (M-M-R II)
MMRV (ProQuad)
Pertussis :
DTaP (Daptacel, Infanrix)
Tdap (Adacel, Boostrix)
DTaP-IPV (Kinrix, Quadracel)
DTaP-HepB-IPV (Pediarix)
DTaP-IPV/Hib (Pentacel)
Pneumococcal :
PCV13 (Prevnar13)
PPSV23 (Pneumovax 23)
Polio:
Polio (Ipol)
DTaP-IPV (Kinrix, Quadracel)
DTaP-HepB-IPV (Pediarix)
DTaP-IPV/Hib (Pentacel)
Rabies :
Rabies (Imovax Rabies, RabAvert)
Rotavirus :
RV1 (Rotarix)
RV5 (RotaTeq)
Rubella :
MMR (M-M-R II)
MMRV (ProQuad)
Shingles:
ZVL (Zostavax)
Smallpox:
Vaccinia (ACAM2000):
Tetanus :
DTaP (Daptacel, Infanrix)
Td (Tenivac, generic)
DT (-generic-)
Tdap (Adacel, Boostrix)
DTaP-IPV (Kinrix, Quadracel)
DTaP-HepB-IPV (Pediarix)
DTaP-IPV/Hib (Pentacel)
Tuberculosis :
Typhoid Fever
Typhoid Oral (Vivotif)
Typhoid Polysaccharide (Typhim Vi)
Varicella :
VAR (Varivax)
MMRV (ProQuad):
Yellow Fever
YF (YF-Vax)
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10215574382299161&id=1428354522
Comments
Post a Comment