Jangan jadikan anak2 kita mangsa sekuler
Guru kafir
di Madrasah Sekuler
Oleh : Abdurrahman Lubis
(Pemerintah Resmi Keluarkan Larangan Sekolah Negeri Pakai Seragam Agama...)
Keputusan Kementerian Agama kesempatan kepada guru kafir ngajar santri Islam di madrasah, tidak mengejutkan.
Keputusan: santri/pelajar tak perlu pakai jilbab, juga tak mengejutkan.
Karena sudah dikenal oleh masyarakat, siapa Yaquth. Menteri yang Syi'i (Syiah) yang sekuler, sekuler itu kafir berjaket Islam.
Tak mungkin membuat kebijakan menguntungkan Islam. Sejak dilantik saja sudah bikin pernyataan, "Saya bukan menteri agama Islam saja, tapi menteri semua agama".
Wah, Pak Menteri lebih tinggi dari Sang Pemilik Agama, yakni
Allah Swt.
Padahal, firman Allah Swt, "Sungguh (hanya) Dien yang di sisi Allah adalah Islam".
Pak Menteri mengatakan bukan hanya Islam, Ia menteri semua agama.
Kata-kata "menteri semua agama", membuktikan Yaquth tak akui,
"innaddiina
'inda Allah al Islam" (Sungguh, hanya Diin yang di sisi Allah adalah Islam).
ومن يبتغ غير الإسلام دينا فلن يقبل منه وهو في الآخرة من الخاسرين
"Barang Siapa mencari Dien selain Islam maka tak pernah diterima (Allah) dengannya, dan di akhirat Ia tergolong merugi".
(QS Ali Imran 85).
Pemerintah Resmi Keluarkan Larangan Sekolah Negeri Pakai Seragam Agama...
Alhamdulillah, ini baru tegas, jadi anak2 muslim gak usah sekolah umum, bikin home Schooling (rumah al Quran) di rumah2, belajar menghafal alquran dan ilmu agama yang ada jaminan keselamatan dunia dan akhirat.
Gak perlu terlalu fokus pada ilmu pengetahuan, matematika, karena bisa dipelajari secara private. Belajar ilmu dunia tidak wajib, tapi belajar agama fardhu ain. Selamat tinggal sekolah umum, madrasah sekuler, tempat berhimpunnya manusia Sepilis (Sekularisme, Pluralisme dan Liberalisme), yang telah merusak keimanan orang Islam dari dalam. Sekarang sudah banyak orang tua yang menarik anaknya dari madrasah sekulrer, karena kesalahan mereka sendiri. Mereka
kira, sekolah/belajar hanya bisa di sekolah negeri dan madrasah, selama ini murid2 sudah eksodus. Toh anak2 yang hafal alquran 30 juz diterima di Universitas tanpa test, termasuk ma'had2 di luar negeri.
Jadi program "penggembosan jilbab" di sekolah2 tidak ada gunanya, pekerjaan sia2 dari orang kafir, fasik dan munafik, yang hasad dan dengki pada Islam.
La, apa dasarnya mereka melarang jilbab, kalau bukan karena kedengkian dan hasad...!!?? Itulah watak "Walan tardho... "
(QS al Baqarah 120).
Orang2 fasik yang sedang berkuasa.
Kasihan, mereka sebenarnya "menggembosi" sendiri sekolah2 tersebut.
Sebagai empiris, banyak negara di dunia yang menerapkan sistem kafir/sekuler di sekolah/madrasah, akhirnya bangkrut sendiri. Di satu distrik Meiwoth, India,
sekarang sudah satu juta hafidz al Quran, belajar di mesjid2. Bahkan hampir di seluruh daerah di India, Pakistan dan Bangladesh,
Di England, hampir setiap mesjid (dari 3000 mesjid) ada madrasah tahfidz al Quran. Bahkan mereka dieksport ke luar negeri.
Penulis pernah safar dakwah ke Macau, imam di mesjid ternyata hafidz al Quran dari
London.
Jadi, sekolah sekuler di Indonesia akan kehilangan murid. Kebijakan Kementerian agama akan jadi "senjata makan tuan". Kementerian Keagamaan salah urus di Negeri yang diurus oleh oknum2 salah arah .
Menurut Andi Syaifullah, Kepegawaian Kementerian Agama (Kemenag) Sulsel, kebijakan penempatan guru beragama kristen di sekolah Islam atau madrasah sejalan dengan Peraturan Menteri Agama (PMA) Republik Indonesia. (khususnya pada poin a), yaitu "beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa".
"Tidak disebutkan bahwa harus beragama islam," (dikutip dari laman resmi Kementerian Agama Sulawesi Selatan, Sabtu 30 Januari 2021).
Itu jelas silat lidah kemunafikan.
Kata2, "beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa", itu saja, sudah salah, seharusnya, "beriman dan bertakwa kepada Allah Swt". Istilah iman dan taqwa hanya ada pada Islam, dengan rujukan Alquran dan Hadis Nabi Saw.
Kalau Andi Syaifullah (Kemenag Sulsel) mengatakan,
"Kan guru non muslim yang ditempatkan di madrasah ini akan mengajarkan mata pelajaran umum, bukan pelajaran agama. Jadi saya pikir tidak ada masalah. Bahkan ini salah satu manifestasi dari moderasi beragama, di saat Islam tidak menjadi ekslusif bagi agama lainnya," ungkapnya.
Coba perhatikan kata2 nya, "kan mata pelajaran umum, bukan pelajaran agama". Ini bukti sekuler, "gak usah bawa2 agama",
pernyataan yang sudah umum, udah jamak.
kata orang Betawi.
Apa dikira perbuatannya di dunia tak berdampak ke akhirat ? Tanpa hisab?
Dalam al Quran tak pernah disebut "Ghoiru muslim" atau "non muslim". Yang ada, ya Kafir. Bahkan ada surat khusus bernama
al Kafirun, (orang2 kafir).
"Kan guru non muslim yang ditempatkan di madrasah ini akan mengajarkan mata pelajaran umum, bukan pelajaran agama", katanya lagi.
Satu pemahaman yang sangat dangkal.
Dalam Islam, "semua perbuatan di dunia akan dipertanggung jawabkan di akhirat".
Kalau satu amalan tak sesuai dengan perintah Allah dan Sunnah Rasul, pasti tertolak, bahkan mendapat dosa. Dalam semua amalan harus dimulai dengan Bismillahir rahmanir rahim, diakhiri dengan alhamdulillahi rabbil alamin, atau doa kifarat majelis, kalau tidak akan digolongkan majelis lalai yang dikuasai setan. Majelis seperti ini, bukannya berkah dan dapat pahala, tapi terlaknat.
Karena seperti najis. Tak mungkin guru kafir baca bismillah, kalaupun mengucapkan pasti tertolak karena masih "najis" (musyrik), belum syahadat.
Pemerintah Resmi Keluarkan Larangan Sekolah Negeri Pakai Seragam Agama...
Klik untuk baca artikel:
(Minangkabaunews.com di BaBe:
http://share.babe.news/s/SvyRMMfQvR)
Saya usul, gak usah tanggung tanggung, gak usah "malu2 kucing" bikin saja sekolah kafir
atau sekolah sekuler.
Jadi terang benderang, tidak abu abu.
Seperti di India, di Bangladesh dan Pakistan, mereka mengatakan sekolah "orang kafir" bagi sekolah primari (sekolah dasar) sampai High School (SLTA). Padahal orang Nasrani dan Hindu mayoritas, dan muslim minoroitas. Tapi pejabat pemerintahnya tidak mengelabui rakyatnya.
Lebih transparan.
Bukan seperti kita, namanya madrasah, tapi gak boleh belajar bahasa arab, gak boleh belajar fiqih, gak boleh pakai jilbab, jelas ini kan makar untuk mengkafirkan anak anak pelajar kita. Inikan perbuatan tercela, yang dalam bahasa al Qurannya "terkutuk" atau "terlaknat".
Sekali waktu Umar bin Khattab Ra didatangi pria mengadukan prihal anaknya yang durhaka pada orang tua, malas ibadah, melawan dan suka maksiat.
Umar menyuruh Aslam Ra memanggil anak tersebut dan menanyakan kebenaran laporan ayahnya. Ternyata anak tersebut membalas, "ayah telah salah mencari isteri (maksudnya ibu sang anak) dan karena tak pernah diberi pendidikan agama, sehingga saya jadi anak bandel".
Kata Umar bin Khattab Ra,"sebelum anakmu durhaka, engkau lebih dulu durhaka pada anakmu, karena tak memberinya pendidikan agama".
Jadi anak sekolah sekarang nggak boleh pakai jilbab. Ya bagus, gak usah sekolah sekalian.
Mending nggak sekolah. Mending utamakan agama ketimbang sekolah.
Sekolah cuma cari kepintaran akademik yang diyakini oleh org yang tidak bertuhankan Allah SWT, bahwa kepintaran akademik membuat orang bisa cari kerja dan dapat rejeki, tapi belum tentu berkah.
Karena keberkahan kitab suci Alquran benar-benar tak dapat dihitung besarnya. Tak hanya pembaca dan penghafalnya yang memeroleh keuntungan, mereka yang mengimani dan mengamalkan isi Alquran juga mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Khusus bagi para penghafal Alquran (hafizh), Allah Subhanahu wa ta'ala memberi keistimewaan, salah satunya dapat memberi syafaat kepada anggota keluarganya.
Sebagaimana sabda Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam:
عَن عَلِيٍ رَضَي اللٌهُ عَنهُ وَ كَرٌمَ اللٌهُ وَجهَة قَالَ رَسُولُ اللٌهِ صَلٌيُ اللٌهُ عَلَيهَ وَسَلَمَ مَن قَرأ القُرانَ فَاستَظهَرَه فَحَلٌ حَلآلَه وَحَرٌمَ حَرَامَهُ اَدخَلَهُ اللٌهُ الجَنٌةَ وَشَفٌعَه فيِ عَشَرةَ مِن اَهلِ بَيِته كُلٌهٌم قَد وَجبت لَهُ النٌارُ.(رواه أحمد والترمذي وقال هذا حديث غريب وحفص بن سليمان الراوي ليس هو بالتقوى يضعف في الحديث ورواه أبن ماجه والدارمي).
Dari Ali karramallaahu wajhah, ia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
"Barang siapa membaca Alquran dan menghafalnya, lalu menghalalkan apa yang dihalalkannya dan mengharamkan apa yang diharamkannya, maka Allah Ta'ala akan memasukannya ke surga dan Allah menjaminnya untuk memberi syafaat kepada 10 orang keluarganya yang kesemuanya telah diwajibkan masuk neraka. Untuk dikeluarkan dari neraka dan dimasukkan ke Syurga".
(HR Imam Ahmad dan Tirmidzi)
Padahal dalam hakikat dan kenyataannya
yang diperlukan dalam hidup bukan sekadar kepintaran akademik tapi wujudnya akhlak dan iman. Dengan dua hal ini rejeki yang berkah akan ditumpahkan kepada mereka yang hidupnya digariskan Allah SWT dalam Al Quran dan Hadist Nabis Saw.
Semestinya, para pejabat negara memperluas cakrawala iman dan ilmunya sebelum terjun menjadi pejabat .
Itu yang sekarang cenderung kita lupakan. Kita hanya ingat dan meyakini bahwa kepintaran akademik membuat anak bisa survive hidup di dunia. Kita sangat yakin hal tersebut se-olah2 kalau tanpa sekolah umum seseorang tak akan bisa mendapat penghasilan dan mendapat rejeki. Alangkah "buta" pemikiran seperti ini. Buta bahwa hidup kita ini semua diatur dan ditentukan oleh Allah SWT.
Sedihnya, hari ini kita hidup di Negara dengan bayang2 Komunis dan liberal
Kenapa bilang tak Jelas, malah semakin terbuka banget, makin Jelas, mereka nggak suka Pakaian/ atribut Muslim.
Trio Mentri Jokowi ; terang2an tak suka ajaran Islam, tak taat perintah Allah.
Tak suka jilbab.
(QS al Ahzab 59)
Tito, Nadiem, Yaqult, tiga tokoh yang phobia Islam. Ditunjuk jadi pejabat yang berkomunitas mayotitas Islam,
itu memang disengaja.
Itu sudah jadi proyek mereka, dan karena mereka pejabat negara, seakan itu menjadi kehendak umum, padahal masyarakat pada umumnya tak tahu menahu dan pasti tak menerima perkara yang merusak aqidah dan Sunnah Nabi Saw.
Jadi itu peroyek kepentingan orang2 tertentu saja. Tak mungkin negara besar seperti Indonesia "tega" mengorbankan hak2 rakyatnya yang paliing azaz. Hanya "orang tua yang sakit jiwa" rela mengorbankan masa depan pendidikan dan agama
anak2 nya.
Walau sangat disayangkan, karena orang Islam sendiri kebanyakan masih tak menyadari.
Bahwa masa depan anak anak mereka sedang terancam.
Allahu al Musta'aan....
Penulis,
Pemerhati Keislaman
(Jangan jadikan anak2 kita mangsa sekuler)
Artikel ini dishere ke 120 grup WA,
30.000 members, 24 negara yang pernah dikunjungi penulis dalam safar dakwah dan jurnalistiknya. Tidak komersil, ladang amal dan fii sabilillah...
Comments
Post a Comment