KETAATAN PADA TRADISI NENEK MOYANG MEMBUAT SEBAGIAN UMAT ISLAM MENOLAK DAKWAH TAUHID DAN SUNNAH
KETAATAN PADA TRADISI NENEK MOYANG MEMBUAT SEBAGIAN UMAT ISLAM MENOLAK DAKWAH TAUHID DAN SUNNAH
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Tauhid dan Sunnah adalah inti ajaran Islam sebagaimana yang terkandung dalam kalimat syahadat. Tauhid dan Sunnah adalah isi dari dakwah para Nabi dan Rasul. Maka orang yang mencintai Nabi adalah orang yang menegakkan tauhid dan Sunnah,serta mengambil peran dalam menghidupkan dakwah tauhid dan Sunnah, dan mengajak umat untuk meninggalkan kesyirikan dan kebid'ahan.
Para Nabi dan Rasul itu adalah orang yang disukai oleh kaumnya karena keluhuran Budi pekertinya dan kesantunannya. Namun, para Nabi dan Rasul balik dimusuhi oleh kaumnya apabila terdakwah yang mengajak umat untuk mengesahkan Allah dan meninggalkan kesyirikan. Dakwah inilah yang membuat para pengikut tradisi nenek moyang murka hingga membenci, membully dan mengganggu dakwah para Nabi atau Rasul Allah. Di mana-mana orang-orang yang taat pada tradisi-tradisi syiriklah yang paling keras menentang dakwah tauhid.
Ketaatan pada tradisi nenek moyang membuat manusia menolak dakwah tauhid dan Sunnah. Sikap menolak ini telah dikabarkan Allah dalam beberapa ayat Al Qur'an (seperti QS.Al Baqarah:170, Al Maaidah:104,Luqman:21). Ketaatan pada tradisi nenek moyang membuat tokoh penyebar agama Islam di Indonesia yang disebut Wali Songo terpecah dua,ada yang menggunakan pendekatan salaf dan ada yang menggunakan pendekatan budaya,yang dengan mengadopsi budaya masyarakat Kejawen atau Hindu yang sulit ditinggalkan,seperti kenduri arwah (sekarang bernama tahlilan), ritual sesajen, berburu berkah di kuburan, atau pesta adat (sekarang ada yang bernama sedekah laut atau sedekah bumi).
Para pengikut tradisi nenek moyang sampai sekarang masih banyak di Bumi Nusantara dan masih menyebut Wali Songo sebagai landasan syariatnya, padahal tidak semua personil Walisongo berdakwah dengan pendekatan budaya, dan Sunan Kalijaga sebagai tokoh dakwah dengan pendekatan budaya pun tahu bahwa memasukkan budaya Kejawen atau Hindu ke dalam Islam adalah bid'ah makanya bagi Sunan Kalijaga itu hanya sementara untuk kepentingan dakwah waktu itu. Makanya Sunan Kalijaga berkata "Biarlah generasi kita bila Islam telah tersebar di hati masyarakat yang akan menghapus tradisi ini".
Sekarang coba perhatikan orang-orang yang keras menentang dakwah-dakwah tauhud dan Sunnah, yang paling keras suaranya berteriak "Wahabi..Wahabi...Wahabii !!!), yang paling sering mengganggu atau membubarkan pengajuan tauhid dan Sunnah, mereka adalah para pengikut tradisi nenek moyang. Padahal,bagi mereka tradisi nenek moyang adakah budaya yang harus dilestarikan.
Memang tradisi nenek moyang adalah budaya, cuma budaya dalam tradisi nenek moyang ada 2, yaitu ada yang bersifat keduniaan dan ada yang bersifat sistem religi yang bersumber dari agama nenek moyang. Budaya yang bersifat sistem religi ini yang menjadi masalah dalam Islam,karena Allah telah melarang kita mencampuradukkan kebenaran dengan kebatilan (QS.Al Baqarah:42). Tradisi nenek moyang mengandung akidah dan ritual batil. Memadukan dua sistem religi tentu dilarang bagi umat Islam,karena sistem religi yang resmi dalam Islam hanyalah agama Islam. Makanya termasuk kesyirikan bila kita memadukan dua sistem religi,yaitu agama Islam dengan tradisi nenek moyang. Masyarakat Mekah sebelum Islam disebut musyrik karena mereka memadukan antara agama tauhid yang diajarkan Nabi Ibrahim dengan agama nenek moyangnya.
Comments
Post a Comment