shalawat nariyah mengandung kesyirikan
Perhatian kaum Wahabi yang menuduh shalawat di atas mengandung kesyirikan umumnya tertuju pada enam kalimat berurutan di bawah ini:
تَنْحَلُّ بِهِ الْعُقَدُ وَتَنْفَرِجُ بِهِ الْكُرَبُ وَتُقْضَى بِهِ الْحَوَائِجُ وَتُنَالُ بِهِ الرَّغَائِبُ وحسن الخواتم ويستسقى الغمام بوجهه الكريم
Berikut ini keterangan keenam kalimat tersebut beserta dalil-dalilnya.
تَنْحَلُّ بِهِ الْعُقَدُ
Artinya: "Segala ikatan bisa lepas sebab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam."
Yang dimaksud dengan ikatan dalam redaksi tersebut, adalah kekakuan lidah yang menyebabkan pembicaraan seseorang sulit dimengerti. Hal ini seperti dalam doa Nabi Musa ‘alaihissalam:
وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي يَفْقَهُوا قَوْلِي
“Dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku”. (QS Thaha : 27-28).
Dalam ayat di atas, Nabi Musa ‘alaihissalam berdoa kepada Allah agar melepaskan ikatan atau kekakuan dari lidah beliau, agar perkataannya dapat dimengerti oleh lawan bicaranya. Pertanyaannya adalah, apakah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dapat melepaskan kekakuan lidah seseorang sehingga menjadi bagian dari redaksi shalawat di atas? Ada beberapa riwayat hadits yang dapat dijadikan pijakan dari redaksi tersebut.
Riwayat pertama:
عَنْ بَشِيْرِ بْنِ عَقْرَبَةَ الْجُهَنِيّ يَقُوْلُ: أَتَى أَبِيْ عَقْرَبَةُ الْجُهَنِيُّ إِلىَ النَّبِيِّ صلّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: «مَنْ هَذَا مَعَكَ يَا عَقْرَبَةُ» ؟ قَالَ: اِبْنِيْ بَحِيْرٌ، قَالَ: «اُدْنُ» ، فَدَنَوْتُ حَتَّى قَعَدْتُ عَلىَ يَمِيْنِهِ، فَمَسَحَ عَلىَ رَأْسِيْ بِيَدِهِ، وَقَالَ: «مَا اسْمُكَ» ؟ قُلْتُ: بَحِيْرٌ يَا رَسُوْلَ الله، قَالَ: «لاَ، وَلَكِنْ اِسْمُكَ بَشِيْرٌ» ، وَكَانَتْ فِيْ لِسَانِيْ عُقْدَةٌ فَنَفَثَ النَّبِيُّ صلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيْ فِيَّ، فَانْحَلَّتْ الْعُقْدَةُ مِنْ لِسَانِيْ، وَابْيَضَّ كُلُّ شَيْءٍ مِنْ رَأْسِيْ مَا خَلاَ مَا وَضَعَ يَدَهُ عَلَيْهِ فَكَانَ أَسْوَدَ.
“Sahabat Basyir bin Aqrabah al-Juhani berkata: “Ayahku Aqrabah mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu beliau bertanya: “Siapa anak ini yang bersamamu wahai Aqrabah?” Ayahku menjawab: “Anakku, Bahir.” Lalu beliau bersabda: “Mendekatlah!” Akupun mendekat, sehingga aku duduk di sebelah kanan beliau. Lalu beliau mengusap kepalaku dengan tangannya dan bertanya: “Siapa namamu?” Aku menjawab: “Bahir, wahai Rasulullah.” Beliau bersabda: “Tidak. Tapi namamu Basyir.” Pada waktu itu, di lidahku ada kekakuan. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam meludahi mulutku. Maka kekakuan itu lepas dari lidahku. Kemudian dalam perjalanan waktu, semua rambut kepalaku memutih, kecuali tempat rambut yang Nabi pernah meletakkan tangannya di situ, masih berwarna hitam.” (Al-Hafizh Ibnu Hajar, al-Ishabah fi Tamyiz al-Shahabah, juz 1 hlm 434, dan al-Hafizh al-Shalihi al-Syami, Subul al-Huda wa al-Rasyad juz 10 hlm 19).
Dalam hadits di atas, kekakuan pada lidah sahabat Basyir terlepas sebab ludah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Berarti redaksi shalawat di atas sesuai dengan hadits tersebut.
Riwayat Kedua:
عن مُعْرِضِ بْنِ مُعَيْقِيبٍ الْيَمَانِيِّ، قَالَ: «حَجَجْتُ حَجَّةَ الْوَدَاعِ، فَدَخَلْتُ دَارًا بِمَكَّةَ، فَرَأَيْتُ فِيهَا رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَوَجْهُهُ مِثْلُ دَارَةِ الْقَمَرِ، وَسَمِعْتُ مِنْهُ عَجَبًا، جَاءَهُ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ الْيَمَامَةِ بِغُلامٍ يَوْمَ وُلِدَ، فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " مَنْ أَنَا؟ " قَالَ: أَنْتَ رَسُولُ اللهِ. قَالَ: " صَدَقْتَ، بَارَكَ اللهُ فِيكَ» قَالَ: ثُمَّ إِنَّ الْغُلامَ لَمْ يَتَكَلَّمْ بَعْدَ ذَلِكَ حَتَّى شَبَّ. قَالَ أَبِي: فَكُنَّا نُسَمِّيهُ مُبَارَكُ الْيَمَامَةِ
“Sahabat Mu’ridh bin Mu’aiqib al-Yamani berkata: “Aku menunaikan haji wada’, lalu aku memasuki rumah di Makkah. Aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di situ, wajahnya seperti bulatannya rembulan. Aku mendengar sesuatu yang aneh. Seorang laki-laki dari penduduk Yamamah datang kepada beliau membawa seorang bayi laki-laki yang lahir pada hari itu. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepada bayi itu: “Siapa aku?” Bayi itu menjawab: “Engkau Raulullah.” Beliau bersabda: “Kamu benar, semoga Allah memberkatimu.” Mu’ridh berkata: “Kemudian bayi itu tidak berbicara lagi setelah kejadian itu sampai menginjak remaja. Kami menyebut anak itu dengan Mubarak al-Yamamah (orang yang diberkati dari Yamamah).” (Hadits riwayat al-Baihaqi dalam Dalail al-Nubuwwah, juz 6 hlm 59).
Dalam hadits di atas ada keterangan bahwa seorang bayi yang baru lahir dapat berbicara dan menjawab pertanyaan baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tentu saja kasus dalam hadits ini lebih besar daripada kasus dalam hadits sebelumnya. Hadits tersebut sanadnya dha’if, tetapi al-Hafizh Ibnu Katsir menyampaikan pembelaan sebagai berikut:
قُلْتُ: هَذَا الْحَدِيثُ مِمَّا تَكَلَّمَ النَّاسُ فِي مُحَمَّدِ بْنِ يُونُسَ الْكُدَيْمِيِّ بِسَبَبِهِ، وَأَنْكَرُوهُ عَلَيْهِ وَاسْتَغْرَبُوا شَيْخَهُ هَذَا، وَلَيْسَ هَذَا مِمَّا يُنْكَرُ عَقْلًا بَلْ وَلَا شَرْعًا، فَقَدْ ثَبَتَ فِي " الصَّحِيحِ " فِي قِصَّةِ جُرَيْجٍ الْعَابِدِ، أَنَّهُ اسْتَنْطَقَ ابْنَ تِلْكَ الْبَغِىِّ فَقَالَ لَهُ: يَا بَابُوسُ ابْنُ مَنْ أَنْتَ؟ قَالَ: ابْنُ الرَّاعِي. فَعَلِمَ بَنُو إِسْرَائِيلَ بَرَاءَةَ عِرْضِ جُرِيْجٍ مِمَّا كَانَ نُسِبَ إِلَيْهِ.
“Aku berkata (Ibnu Katsir): “Hadits ini termasuk hadits yang menjadi perbincangan para ulama sebab perawi Muhammad bin Yunus al-Kudaimi. Mereka menolak hadits ini kepadanya dan menganggap aneh gurunya dalam sanad ini. Tetapi substansi hadits ini bukanlah sesuatu yang dianggap tertolak dalam tinjauan akal, bahkan tidak pula dalam tinjauan syara’. Telah diriwayatkan dalam Shahih al-Bukhari dalam kisah Juraij al-‘Abid, yang mengajak bicara anak bayi dari wanita pelacur itu. Beliau berkata kepada bayi itu: “Hai Babus, kamu anak siapa?” Bayi itu menjawab: “Aku anak seorang penggembala.” Akhirnya Bani Israil tahu terbebasnya Juraij dari apa yang dituduhkan kepada beliau.” (Al-Hafizh Ibnu Katsir, al-Bidayah wa al-Nihayah juz 9 hlm 60).
=====
Syahdan Al Ghifari adapun riwayat tentang bayi yang dapat berbicara itu, sangat bertentangan dengan hadits Rosulullah shallallahu alayhi wasallam, yang mengatakan " hanya ada 3 orang yang bisa berbicara ketika masih bayi... yang pertama adalah Nabi Isa putra Maryam dst...
Comments
Post a Comment