Kurikulum Merdeka, apa kabar nanti?

Sudah bener pak nadiem malah ganti ,konsep pak nadiem itu bagus cuma pada kaget dalam penerapannya ,mempelajari sesuatu itu tidak butuh kompetisi, kecuali memang anak itu ahli dalam hal itu ,sayangnya semua mapel di negeri ini di kompetisikan , ada banyak orang sukses yg ketika sekolah nampak gagal tapi ketika di dunia nyata malah bisa sukses secara ekonomi materi dan kekuasaan.  Karena cukup ahli dalam 1 bidang bisa untuk hidup kalau di sekolah harus ahli dalam semua bidang untuk hidup.  Kembalikan jabatan pak nadiem dalam kementerian.

Penerapan Kurikulum Merdeka, meskipun merupakan salah satu kurikulum terbaik karena fleksibel dan berpusat pada siswa, memang menghadapi beberapa tantangan. Berikut alasan mengapa Kurikulum Merdeka dianggap unggul dan sekaligus mengapa penerapannya masih cukup sulit:

Kelebihan Kurikulum Merdeka

1. Pembelajaran Berbasis Proyek: Mendorong siswa untuk belajar melalui eksplorasi dan praktik nyata (project-based learning), meningkatkan kreativitas dan keterampilan kolaboratif.

2. Fleksibilitas: Guru dan sekolah memiliki keleluasaan untuk mengatur metode pembelajaran dan silabus, menyesuaikan dengan kebutuhan siswa dan konteks lokal.

3. Berpusat pada Siswa: Siswa didorong untuk belajar aktif dan mandiri, dengan fokus pada pengembangan kompetensi bukan sekadar pencapaian akademik.

4. Diferensiasi Pembelajaran: Memungkinkan guru untuk menyesuaikan pendekatan mengajar sesuai dengan tingkat pemahaman siswa.

5. Penguatan Profil Pelajar Pancasila: Selain akademik, fokus pada nilai-nilai karakter seperti gotong royong, kebhinekaan, dan kemandirian.

Kendala Penerapan di Lapangan

1. Kesiapan Guru: Tidak semua guru sudah memahami dan terampil menerapkan konsep-konsep baru dalam Kurikulum Merdeka. Pelatihan intensif masih dibutuhkan.

2. Infrastruktur Tidak Merata: Sekolah di daerah dengan keterbatasan akses teknologi dan sumber belajar kesulitan menjalankan kurikulum ini secara optimal.

3. Perubahan Pola Pikir: Kurikulum ini menggeser fokus dari hasil akademik ke pengembangan kompetensi. Hal ini membutuhkan adaptasi dari guru, orang tua, dan siswa.

4. Keterbatasan Sumber Daya dan Waktu: Pembelajaran berbasis proyek memerlukan waktu dan sumber daya lebih banyak, yang terkadang sulit diakomodasi dalam jadwal rutin sekolah.

5. Penilaian Lebih Kompleks: Sistem penilaian berbasis kompetensi menuntut guru untuk melakukan evaluasi berkelanjutan, tidak hanya melalui tes tetapi juga observasi dan portofolio.

Solusi yang Dapat Ditempuh

Pelatihan Guru Berkelanjutan: Pemerintah dan sekolah perlu memastikan guru siap dan percaya diri dalam menerapkan Kurikulum Merdeka.

Pemanfaatan Teknologi: Sekolah dapat memanfaatkan platform digital untuk akses materi ajar dan pelatihan.

Kolaborasi dengan Orang Tua: Melibatkan orang tua dalam proses belajar siswa agar mereka paham dan mendukung metode baru ini.

Pendampingan Intensif: Sekolah-sekolah dengan keterbatasan perlu didampingi lebih intensif agar tidak tertinggal.

Meskipun penerapannya masih menantang, Kurikulum Merdeka memiliki potensi besar untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia jika diterapkan dengan tepat dan konsisten.

https://www.facebook.com/share/6Jw5nyJnWuKNYNtr/

Comments

Popular posts from this blog

jenis-jenis Sistem Transmisi mobil

Kudeta Jokowi Mulai Tercium Oleh Prabowo Subianto

Jumlah rakaat shalat tarawih sesuai tuntunan