Mengenal Muslim Uighur
Melihat pemberitaan media masa saat ini, meski diselingi dengan pemberitaan lainnya, muslim Uighur masih mencuri perhatian dunia. Pasalnya, hak asasi mereka sedang dikoyak oleh pemerintahan China dengan menangkap 1 juta warga muslim Uighur ke dalam kamp khusus yang lebih mirip seperti tempat penyiksaan baik secara fisik maupun mental.
Jauh sebelum kasus penangkapan, sikap represif pun kerap diberikan pemerintah seperti pelarangan pembangunan masjid dan pemakaian jilbab. Padahal sebagai muslim, membangun masjid merupakan bagian dari amal jariyah yang pahalanya akan tetap mengalir meski kita sudah meninggal dunia. Demikian juga dengan jilbab, setiap muslim perempuan diwajibkan untuk mengenakan jilbab. Berdasarkan firman Allah SWT,
“Wahai anak cucu Adam! Sesungguhnya Kami telah menyediakan pakaian untuk menutupi auratmu dan untuk perhiasan bagimu. Tetapi pakaian takwa, itulah yang lebih baik. Demikianlah sebagian tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka ingat.” (Q.S. Al-A’raf: 26 )
Siapakah sebenarnya muslim Uighur ini?
Apakah sikap represif pemerintahan China berlaku untuk semua penduduk muslim di negeri tirai bambu tersebut?
Menurut informasi yang dilansir dari laman cnnindonesia.com, di wilayah Xinjiang bermukim sejumlah etnis asli yakni Uighur, hazak, Hui, Tajik, Uzbek dan Tartar yang seluruhnya memeluk islam. Sedangkan etnis Han, Khalkhas, Mongol, Xibe, Manchu, Rusia, dan Daur memeluk keyakinan lain atau bahkan tidak sama sekali.
Uighur sendiri merupakan etnis minoritas di China yang secara kultural merasa lebih dekat dengan bangsa Turk di Asia Tengah, ketimbang mayoritas bangsa Han di China. Fakta kultural ini menyebabkan mereka berbeda secara bahasa dan kebudayaan dengan etnis-etnis lainnya di wilayah tersebut.
Jika ditinjau dari segi perawakan, perawakan etnis Uighur berbeda dari etnis Han, bahkan Hui. Paras dan perawakan mereka lebih condong ke arah Eurasia. Sebagian ada yang terlihat sipit, sedangkan lainnya mirip dengan orang Eropa. Dan oleh sebab itu juga, Uighur berbeda secara kultural dengan etnis-etnis China lainnya.
Etnis Uighur perlahan memeluk Islam karena terlibat jalur perdagangan (jalur sutera) dan penaklukan, atau dengan kata lain perang. Hingga akhirnya, seluruh penduduk etnis ini menjadi muslim seluruhnya.
Selain karena alasan perbedaan kultural dan religi, pada awal abad ke-20 etnis Uighur pernah mendeklarasikan kemerdekaan mereka dengan nama Turkestan Timur. Namun pada tahun 1949, Mao Zedong menyeret Xinjiang ke dalam kekuasaan penuh Beijing. Fakta sejarah tersebut, turut memperkeruh hubungan antara pemerintah China dengan etnis Uighur yang hingga kini diwarnai kecurigaan.
Uighur memang berbeda jika ditinjau dari segi religi, kultural, fisik, dan historis secara asal usul maupun catatan konflik. Meski demikian, hal tersebut tidak berarti dapat menjadi pembenaran bagi Pemerintah China untuk melakukan kekerasan HAM kepada penduduk muslim Uighur.
Mari kita doakan saudara-saudara kita sesama muslim di sana agar senantiasa mendapatkan perlindungan dan dikuatkan imannya oleh Allah SWT. Aamiin aamiin ya rabbal’alamiin….
Wallahu a’lam bishawab.
Emil Supriatna
Comments
Post a Comment