Sebaran kekayaan negeri

PETA DISTRIBUSI KEKAYAAN NEGERI🍒
Tulisan Kang Rendy Saputra

Jika Anda mengikuti tulisan dan ceramah Saya, maka Anda akan menemukan dua kata yang sering berulang. Dua kata ini adalah kunci kesejahteraan negeri : BESARAN dan SEBARAN.

Di titik BESARAN, kita berbicara tentang volume ekonomi yang mampu diciptakan oleh sebuah negeri. Teori sederhananya merujuk pada Produk Domestik Bruto (PDB). Seberapa besar sebuah negeri mampu memproduksi barang dan jasa. Di tahun 2017, negeri ini mencetak lebuh dari 1T$ atau berkisar 13.588 T rupiah saat itu.

Dengan besaran yang hanya 1T$, pendapatan per kapita anak negeri terpatok di sekitaran 4.000 USD per tahun. Padahal ukuran negara sejahtera itu pada 7.000 USD per tahun. Malaysia sudah di 14.000 USD per tahun. Kita perlu volume ekonomi hingga 2T$ untuk sekedar menjadi negara maju. Dan perlu 4T$ untuk mengejar Malaysia. Akhirnya kita menyadari, bahwa BESARAN ekonomi kita tidak cukup besar untuk dikatakan sejahtera.

Di titik SEBARAN, data indeks yang ada berupa GINI Ratio. Sayangnya angka ini sulit dimaknai secara lugas oleh masyarakat awam. Untuk memudahkan kita memahami sebaran kekayaan di negeri ini, ternyata ada data yang relatif lebih sederhana : data sebaran rekening bank.

Pada Januari 2018, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) merilis sebuah data sederhana. Jumlah pemilik rekening dan jumlah saldonya dikategorisasi sesuai range saldo rekening. Hasilnya mengejutkan. Tulisan kali ini akan berbicara tentang data LPS ini.

*****

Menurut LPS, Jumlah rekening yang terdata di negeri ini berada pada jumlah : 246.293.377 rekening. Mudahnya kita sebuat saja 246 juta rekening.

Jumlah rekening ini termasuk rekening pribadi dan institusi perusahaan. Ini perlu kita sadari dari awal. Agar tidak salah baca.

Dari 246 juta rekening tersebut, saldo yang tercatat dan relatif mengendap berada pada 5.314 T rupiah (lima ribu tiga ratus empat belas triliun rupiah).

Yang perlu kita sadari, transaksi hari ini ada pada uang digital, baik ATM atau eMoney. Sehingga sebenarnya uang tersebut gak pernah keluar dari Bank. Kita hanya tukar menukar angka digital dalam pencatatan lajur digital. 5314 T tersebut adem ayem saja. Kecuali memang flight out capital.

Nah... dari peta jumlah rekening tersebut, para pengolah data membaginya dalam 4 kategori besar :

1. Rekening dengan saldo 0 sd 100 jt
2. Rekening dengan saldo 100 jt sd 1M
3. Rekening dengan saldo 1M sd 5M
4. Rekening dengan saldo diatas 5M

Mari kita baca pelan-pelan. Kita maknai dalam-dalam.

1. Rekening dengan saldo 0 sd 100 juta

Populasi rekening yang berada pada kategori ini berjumlah 241,6 juta rekening. Jika di prosentase, golongan ini mengisi 98,1% dari total rekening yang ada.

Jika saldo 241,6 juta rekening tersebut dijumlahkan, kita akan menemukan jumlah sekitar 750,4 T rupiah atau 14.41% dari total uang yang ada.

Mari maknai, 98,1% populasi rekening, hanya menguasai 14,41% saldo yang ada.

2. Rekening dengan saldo 100 juta sd 1M

Populasi rekening yang berada pada kategori ini berjumlah 4,16 juta rekening. Golongan ini mewakili 1,69% populasi rekening.

Jika jumlah saldo golongan ini dijumlahkan, kita akan menemukan angka 1184 T rupiah. Atau kongruen dengan 22,29% total uang yang tercatat di bank.

Mari kembali maknai : 1,69% populasi rekening menguasai 22,29% uang yang ada.

3. Rekening dengan saldo 1M sd 5M

Populasi rekening yang berada pada golongan ini berjumlah 418 ribu rekening atau mewakili 0,17% populasi rekening.

Total saldo golongan ini berada pada 873 T rupiah, atau 16,44% dari dana yang ada.

Kembali kita harus maknai : 0,17% menguasai 16,44% uang yang ada.

4. Rekening dengan saldo diatas 5M

Populasi rekening yang berada pada kategori paling ATAS ini hanya berjumlah 91 ribu rekening, atau hanya 0,04% dari total populasi rekening yang ada.

Dan yang mengejutkan adalah... total saldo dari kategori ini berada pada 2505 T atau menguasai 47,14% dari total saldo yang ada.

Kali ini sebarannya mengejutkan, 0,04% populasi rekening ternyata MENGUASAI 47,14% dana yang ada.

*****

Paparan data diatas bisa disederhanakan lebih jauh. Jika populasi kategori 2, 3 dan 4 dijumlahkan, kita akan menemukan 1,69% + 0,17% + 0,04% = 1,9% ... dibulatkan jadi 2%.

Maka 2% populasi tersebut ternyata menguasai 85% uang dan 98% lainnya hanya menguasai 15% uang. Secara garis besar demikian. Itulah SEBARAN uang yang kita bisa baca.

Sebaran data yang kita baca ini adalah perangkat sederhana untuk menganalisa sebaran kekayaan di negeri ini. Walau data sebaran ini bukanlah satu-satunya perangkat yang tepat, karena data ini tidak berbicara asset non uang, tetapi secara garis besar, rasanya data ini bisa jadi acuan, bahwa negeri ini memang punya masalah di titik sebaran.

Saya kemudian berimajinasi. Jika golongan 1 yang paling bawah adalah golongan mayoritas yang ada, yaitu 98,1%, berarti 241 juta rakyat ini hanya memutar 750 T.

Sedangkan di kelompok elite tertentu, ada 2% populasi yang memiliki kemampuan memutar 4500 T yang ada. Di titik inilah terjadi kesenjangan, terjadi gap, terjadi kemiskinan di tengah angka ekonomi negeri yang kelihatannya baik-baik saja.

Melihat sebaran yang tidak merata ini, kita membutuhkan solusi. Dan setidaknya, pada tulisan kali ini, Saya menawarkan setidaknya 3 solusi besar untuk usaha pemerataan ini.

*****

1. Menambah jumlah Entrepreneur di ekosistem golongan 1.

Ketidak merataan diatas bukan salah golongan 2%. Populasi elite ini melakukan kerja keras dengan tekun sehingga bisa menguasai 85% kekayaan. Fakta brutalnya, 98% populasi terlelap, hanya hidup sebagai konsumen yang sehari-sehari menjadi tukang belanja, bukannya berjualan apalagi memproduksi.

Maka solusi taktisnya menjadi sederhana, perlu ada pendekatan sosial dan budaya terhadap golongan 1, untuk kemudian bergerak menjadi pengusaha, memiliki pabrik, membangun manufaktur, berjualan, untuk menarik 85% kekayaan negeri dengan mekanisme pasar.

Mekanisme pasar di negeri ini terbuka. Siapapun boleh berdagang dan berjualan. Gerak demokrasi ternyata juga seiring dengan gerak demokrasi di bidang ekonomi. Siapapun bisa akses pasar, selama memang mampu dan kompeten.

Bisa jadi selama ini hanya populasi 2% inilah yang bergerak memproduksi, menjual, mengolah sesuatu. Bisa jadi hanya populasi 2% inilah yang berusaha memenuhi kebutuhan market. 98% lainnya memilih menjadi konsumen atau menjadi sekrup pekerja didalam mesin organisasi bisnis raksasa.

Maka jumlah entrepreneur dari golongan 1 ini perlu ditingkatkan.

2. Membangun regulasi yang mendorong pemerataan.

Disinilah peran pemerintah seharusnya bertindak. Salah satu cara cepat agar pemerataan ini terjadi adalah dengan mekanisme regulasi.

Misalkan di titik permodalan. Populasi pada golongan 1 bukannya tidak mau berbisnis atau mengolah sesuatu. Peluang pasarnya luas, tetapi yang dirasakan ada pada titik set up bisnisnya. Lagi-lagi perlu modal besar.

Kembali ke data sebaran, jika person di populasi 2% ingin berbisnis, nampak lebih mudah, karena populasi elite ini telah membangun ekosistem. Saling back up. Salah satunya adalah personal guarantee yang bisa mempermudah seseorang mendapatkan permodalan dengan basis rekomendasi pribadi.

masalahnya ada di golongan 1, jika kasta 1 ini yang ingin mengakses modal, pasti banyak barriernya. Cashflow, berkas administrasi, jaminan, dan segenap persyaratan lainnya.

Regulasi bisa memecahkan masalah permodalan ini. Dorong semangat orang berinvestasi, bangun regulasi koperasi yang mendorong kepemilikan bersama, mudahkan regulasi perbankan dalam penyaluran.

Di lain hal, regulasi juga bisa mengintervensi suku bunga. Ketika suku bunga rendah, masyarakat enggan menyimpan uang diam di perbankan. Sektor riil akhirnya bisa dipilih untuk jadi pilihan investasi. Tidak perlu di nolkan seperti imajinasi liar salah seorang ekonom. Cukup turunkan sedikit, uang akan lari ke sektor riil. Walau bisa jadi lari ke luar yang lebih memiliki suku bunga tinggi.

3. Mendorong golongan 2, 3 dan 4 untuk belanja dana sosial dalam jumlah yang massive.

Jika kita berbicara infaq dan zakat, maka takarannya relatif kecil. Namun jika kita berbicara wakaf, nampaknya inilah yang bisa menjadi solusi pemerataan negeri.

Jika pengusaha start up harus menggunakan dana investasi, maka setiap rupiah yang digunakan akan memiliki beban biaya : cost of fund. Dan meraih dana pinjaman bagi start up bukanlah hal mudah.

Berbeda jika para pengusaha pemula diberi keleluasaan untuk menggunakan asset wakaf produktif. Kerja pengusaha mula akan lebih ringan, dan di tingkat resiko akan lebih kecil.

Mari kita ambil contoh tentang lahan wakaf. Silakan cek lahan wakaf yang belum tergunakan sama sekali. Lahan wakaf tersebut diam dan sama sekali tidak memberikan dampak mashlahat bagi ummat. Padahal semangat wakaf adalah menyerahkan asset hak milik untuk kemudian menjadi hak ummat, dimana ummat diharapkan mendapat mashlahat dari asset yang ada.

Ketika pengusaha pemula menggerakan lahan wakaf, maka skemanya bagi hasil. Tidak ada target pengembalian yang fix. Berapa hasil dari lahan tersebut, dapat dikembalikan ke ummat dalam bentuk deviden.

Skema kebermanfaatan jangka panjang ini mendorong 85% uang yang berada di 2% populasi untuk kemudian mengalir ke golongan bawah, dalam bentuk asset wakaf yang dapat digunakan bersama. Inilah strategi pemerataan yang dituntun langit. Yang berlebih berbagi ke yang berkekurangan dalam jumlah yang massive.

*****

Demikian narasi pemerataan yang dapat Saya sampaikan. Terima kasih sudah menyimak tulisan Saya sejauh ini.

Inilah ideologi gerakan Serikat Saudagar Nusantara (SSN). Bagi kami, mendorong kesejahteraan bukan soal membesarkan volume ekonomi, namun juga mendorong lahirnya persebaran kekayaan yang merata antar anak negeri.

Turunan ideologi ini melahirkan berbagai program SSN di lapangan.

Kami membangun Mentoring Bisnis Pekanan (MBP) gratis untuk sahabat UMKM dan start up. Ada usaha untuk meratakan ilmu pengetahuan dan kompetensi ke masyarakat luas.

Kami mendorong lahirnya kunjungan bisnis, dimana UMKM bisa meneladani kesuksesan mereka yang sudah masuk pada golongan 2%.

Kami mendorong lahirnya pertemuan, jejaring, wahana silaturahmi antar pengusaha, agar kemudian makin merata informasi dan kompetensi yang dimiliki oleh anak negeri.

Termasuk program Kopdar Saudagar Nusantara di 22-23 Desember 2018 di Istora Senayan nanti. Kami mendorong 7.000 pengusaha UMKM-besar untuk berkumpul dan menyamakan perasaan. Itu yang penting bagi usaha pemerataan ini.

Semoga tulisan ini bermanfaat.
Silakan share di linimasa masing-masing.
Silakan copaste ke grup-grup WA.
Pemikiran mengenai pemerataan kekayaan ini harus kita gaungkan keras.
Penyadaran bahwa ketidak merataan ini nyata haruslah dikampanyekan.
Terima kasih.

Narator Bangsa,
Rendy Saputra

Comments

Popular posts from this blog

jenis-jenis Sistem Transmisi mobil

Kudeta Jokowi Mulai Tercium Oleh Prabowo Subianto

Jumlah rakaat shalat tarawih sesuai tuntunan