Fenomena Dukun MARCEL DAN SAMSUDIN

MARCEL DAN SAMSUDIN
Oleh: Muhammad Nuruddin

Sejak lahir sampai lulus SD saya hidup di kampung. Kampung saya terkenal dengan dunia perdukunannya. Nama kampungnya Jampang Tengah, yang terletak di daerah Sukabumi. Orang Sukabumi mah pasti udah nggak asing dengan nama kampung itu. Ya, narasi tentang santet dan hal-hal mistis cukup sering jadi perbincangan di antara kami. Sedikit banyak saya pun kadang ikut terpengaruh. Apalagi klo lagi pulang kampung.  Banyak kejadian yang sebetulnya bisa dijelaskan secara logis. Tapi orang kampung lebih suka mencari-cari alasan mistis. 

Misalnya ada orang buka bisnis atau dagang nih. Di kemudian hari bisnis dan dagangannya itu laku. Eh, selang beberapa minggu/bulan kemudian tiba-tiba kok penghasilan mulai merosot, pelanggan menurun, pengunjung mulai sepi, dll. Kalau udah kejadian kaya gini, maka langsunglah ditarik kesimpulan, "wah ini mah kayanya ada yang naro nih (maksudnya jin)." Abis itu pergi ke dukun. Bahasanya minta "syareat." Padahal justru dia sedang menyesatkan dirinya sendiri. Bukan cuma menyesatkan, tapi juga merugikan. Uangnya habis buat bayar tukang ngibul yang sok tahu ttg hal2 ghaib. 

Anaknya sakit, mula2 dibawa ke dokter. Tapi, kalau hasil berobat ke dokter ini kurang memuaskan, ujung2nya lari ke dukun lagi. 
Lalu dukunnya bilang, "wah ini mah ada kiriman dari ini nih. Gara2 ada masalah ini, itu dan ini." Ujung-ujungnya jadi buruk sangka sama orang lain. Padahal itu belum tentu terjadi. Begitulah dukun. Kalau nggak cabul, ya nipu, seperti kata Marcel. Paling bahaya kalau tipuannya dibungkus dengan embel2 agama. Yang jadi korban biasanya orang-orang yang tumpul nalar dan lemah akidah. 

Mau buka warung, minta jimatnya ke dukun. Biar jadi panglaris, katanya. Mau buka bisnis, minta konsultasi ke dukun. Mau berobat, ke dukun lagi. Pengen dapet jodoh, dateng ke dukun juga. Memang kadang dukun yang mereka datangi itu berpenampilan religius. Tapi dukun tetaplah dukun. Jangan mau tertipu oleh tampilan luarnya. Kalau masih mau jadi manusia, berhentilah memercayai omongan mereka itu. Saya sangat senang dengan konten pesulap berambut merah yang membongkar trik para dukun itu. 

Bukan apa-apa. Karena saya tahu betul seperti apa parahnya kepercayaan sebagian orang kampung sama dukun2 yang berkedok ahli hikmah itu. Bagi mereka, konten-konten Marcel itu sangat penting. Dan perlu untuk mereka tonton. Kalau Anda tonton video2 itu, Anda akan tahu bahwa semua itu adalah bohong. Semua itu ternyata ada triknya. Cuma sulap biasa aja. Masalahnya kita nggak tahu caranya. Jadinya keliatan ajaib. Kalau kita tahu, sebenarnya itu hal yang biasa-biasa aja.

Ingat, kalau cuma bikin hal-hal ajaib, Dajjal juga bisa. Kalau sama dukun berkedok agama saja Anda sudah bisa tertipu, gimana kalau kelak berhadapan dengan Dajjal? Naudzubillah. Sekarang sudah banyak konten-konten yang membongkar kebohongan si Samsudin itu. Saya senang sekali. Kalau masih ada orang yang memercayainya, nggak usah heran. Karena di balik setiap pikiran yang absurd memang akan selalu ada orang-orang yang bernalar kusut.

Andai kata si Samsuddin itu mengaku sebagai nabi, pasti ada aja yang percaya.  Ngomongnya pura2 sopan, bibirnya basah dengan istilah-istilah agama, tampilannya menunjukkan seolah-olah dia ahli hikmah. Tapi dari cara dia merespon kejadian saja sebenarnya sudah kelihatan, kalau dia itu pembohong dan penipu. Dan dia takut kalau penipuannya itu terbongkar. Benar kata Marcel, dukun yang sok tahu tentang hal gaib itu kalau nggak cabul, ya penipu.

Ada banyak orang awam yang uangnya habis terkuras gara-gara pergi ke dukun. Sebagai orang kampung, saya cukup banyak menyimak kisah-kisah dramatis tentang orang-orang yang hidupnya dirugikan oleh para dukun itu. Tidak ada kata bahagia bagi orang yang menggantungkan nasib hidupnya sama omongan dukun. Sakit itu pergi ke dokter. Mau untung usaha itu pelajari ilmunya. Sambil tingkatkan ibadah. Di antara rukun iman yang harus Anda pegang teguh sebagai Muslim itu ialah percaya kepada Qadha dan Qadar, bukan sama dukun berkedok agama. 

Percaya bahwa Allah sudah mengetahui segala sesuatu. Dan segala sesuatu yang terjadi di alam semesta ini pastilah sesuai dengan pengetahuan Allah Swt. Berusahalah utk mencari kemungkinan terbaik. Selebihnya serahkan sama Allah. Selesai. Di sinilah pentingnya belajar akidah itu. Saya beruntung bisa belajar ilmu akidah di tempat yang cocok. Kalau tidak, mungkin sekarang saya masih percaya dengan omongan para dukun itu. Yang paling membuat saya enek dari Samsudin ialah kebiasannya yang suka bersumpah atas nama Allah dan Rasul-Nya. "Demi Allah, demi Rasulullah." Padahal itu lagi ngibulin orang. Orang kaya gitu memang perlu diberi pelajaran. 

Ahli maskiat yang rendah hati di hadapan Tuhannya jauh lebih mulia ketimbang penipu berkedok agama. Ingat, kebenaran tak bisa diukur dengan tampilan. Sekarang jumlah Subscriber Marcel jauh lebih banyak ketimbang si Samsuddin. Saya sarankan orang-orang kampung yang masih percaya dengan dunia perdukunan, yang kalau punya hajat suka nyari2 syareat ke dukun, untuk menyimak konten-konten dia itu. Supaya Anda tahu apa saja kebohongan para dukun berkedok ahli hikmah itu. Isinya menarik dan mendidik. Mudah-mudahan akidahnya nggak menyimpang. Dan diberikan keistiqamahan dalam membongkar keculasan para penipu berkedok agama itu. Jangan coba2 mempermainkan agama Allah. Kecuali kalau Anda mau dipermalukan oleh hasil perbuatan Anda sendiri.

https://www.facebook.com/100002550165636/posts/pfbid05oayWhQqc5pxRSraQqKvcbq1kUXGzCzfVpxg6angLJEFZLha5hH7ZYCMrzwV1GYbl/

Comments

Popular posts from this blog

jenis-jenis Sistem Transmisi mobil

Kudeta Jokowi Mulai Tercium Oleh Prabowo Subianto

Jumlah rakaat shalat tarawih sesuai tuntunan