TARBIYAH QURANIYAH & Jujur

SERIAL: AGAR RAMADHAN TAHUN INI LEBIH BERKAH [4]

Hari:  Jumat, 4 Ramadhan 1442  H

TARBIYAH QURANIYAH

Allah berfirman:

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَٰجِنَا وَذُرِّيَّٰتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَٱجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا 

Artinya:  “Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” [AL Furqon: 74]

Ini adalah permohonan orang-orang yang  beriman,  doa itu dimulai dengan istri, karena dalam kebaikannya adalah kebahagiaan keluarga dan kebaikan keturunan, karena dia adalah pusat dari pendidikan pertama dan yang paling penting.

Ibnu 'Alan berkata :

بدأ بالزوجة ، لأن في صلاحها صلاح الذرية.

"(Permohonan do'a ) Dimulai dengan "isteri", karena sesungguhnya didalam kebaikannya terdapat kebaikan pada keturunan." [Dalilul Falihin : 1/376]

Al Imam Hasan Al Bashri menafsirkannya dengan ketaatan sang istri dan anak-anak kepada Allah.
Kata beliau, “Adakah hal yang lebih menyejukkan hati seorang mu’min daripada dia melihat istri dan anak-anaknya menaati Allah ‘azza wajalla?” (Tarbiyatul Aulad, Syaikh Najib Jalwah hal 15)

PENDIDKAN DI BULAN RAMADHAN

Terkadang seorang ibu atau saudara perempuan lupa,  bahkan mengabaikan niat saat menyiapkan makanan untuk anggota keluarga dengan alasan bahwa mereka sibuk ikut berpartisipasi  memberi makan pada orang-orang yang sedang berbuka puasa, maka wajib kalian untuk senantiasa menjaga niat dan keikhlasan dan merasa bahwa menyiapkan makanan berbuka untuk anggota keluarga juga mendapat pahala besar. Sehingga Allah melipatgandakan pahala dan mencatat bagi kalian termasuk orang yang berpartisipasi memberi makan orang yang berpuasa.

WIRID QURANI

1.  Anak-anak yang berusia di bawah 7 tahun: al-Fil, al-Humazah, al-‘Ashr tiga kali.

2.  Anak-anak di atas usia 7 tahun: Tilawah dari surat al-Mursalat sampai surat al-Qiyamah.

3.  Anak-anak di atas usia 14 tahun: Tilawah Juz ad-Dzariyat (Juz ke 27) secara sempurna.

NILAI-NILAI PENDIDIKAN

KEJUJURAN: Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani berkata :

بَنَيْتُ أمري على الصدق

“Aku membangun urusanku di atas kejujuran”.
Selanjutnya beliau mengisahkan : Tatkala aku pergi dari mekkah ke bagdad untuk menuntut ilmu, Ibuku memberiku bekal empat puluh dinar dan ibuku berpesan kepada agar menjaga sifat jujur. Ketika kami tiba di daerah Hamdan, tiba-tiba orang pedalaman menghadang dan merampok kafilah. Seorang diantaranya bertanya kepadaku : Apa yang kau miliki? Aku menjawab : Uang 40 dinar. Namun ia menyangka aku bergurau dan iapun meninggalkanku. Perampok yang lain melihatku dan membawaku ke pimpinan mereka dan pemimpin itu lalu menanyakan hal yang sama dan akupun menjawab dengan yakin bahwa aku membawa uang 40 dinar. Kemudian pemimpin itu bertanya: apa yang membuatmu jujur? Maka aku menjawab: Aku telah berjanji kepada ibu untuk berlaku jujur maka aku takut mengkhianati janji kepada ibuku. Mendengar jawabanku ini, pemimpin itu menangis tersedu-sedu sambil berkata : kau takut untuk mengkhianati janji kepada ibumu lantas bagaimana aku tidak takut untuk mengkhianati janjiku kepada Allah!. Sang pimpinan perampok tadi menyuruh mengembalikan barang-barang kepada kafilah dan iapun berkata : aku bertaubat kepada Allah di hadapanmu (dengan bimbinganmu)!. Anak buahnya pun berkata :

أنت كبيرنا في قطع الطريق، وأنت اليوم كبيرنا في التوبة

Engkau adalah pemimpin kami dalam hal merampok dan hari ini engkau menjadi pemimpin kami dalam taubat.
Lalu semua perampok tadi bertaubat sebab kejujuran Syeikh Abdul Qadir al-Jailani. [Nuzhatul Majalis]

APA YANG DITANAMKAN PADA ANAK-ANAK

1.  Orang Muslim yang jujur itu memiliki pengaruh pada orang.

2.  Kejujuran itu jalan kemenangan dengan ridha Allah.

3.  Orang yang jujur mendapatkan cinta Allah dan kepercayaan manusia.

SUPLEMEN RAMADHAN

KEUTAMAAN BERDOA DI WAKTU MUSTAJAB

Berdo'a, ataukah Membaca al-Quran Pada Waktu Mustajab ?

الدُّعَـاءُ بَيْـنَ الأَذَانِ وَالإِقَـامَةِ لَا يُـرَدُّ

“Do'a yang diucapkan antara adzan dan iqamah itu tak tertolak.”
[Hadits ini dibawakan oleh Ibnu Hajar dalam Bulughul Maram 454]

Al-’Allamah asy-Syaikh Shalih al-Fawzan Hafizhahullahu berkata ketika menjelaskan hadits shahih tersebut,

كثير من الناس يهملون الدعاء بين الأذان والإقامة ويشتغلون بتلاوة القرآن.
تلاوة القرآن لا شك أنها عمل جليل، ولكن لها وقت آخر.
كونُك تستغلّ هذا الوقت بالدعاء والذكر أفضل، لأن الدعاء المقيد في وقته أفضل من الدعاء المطلق.
تلاوة القرآن مطلقة في كل وقت 
وهذا الوقت مخصص للدعاء  
فكونك تشتغل بالدعاء والذكر والاستغفار أفضل من تلاوة القرآن في هذا الوقت .
هذا ينبغي أن يفطن له .
 
“Banyak orang mengabaikan do'a di antara adzan dan iqamah, dan malah menyibukkan diri dengan tilawah (membaca) al-Qur'an.

Tilawah al-Quran itu tentu saja amal yang sangat mulia, tapi amal ini memiliki waktu lain untuk dikerjakan.

Anda memanfaatkan waktu (mustajab) ini untuk berdzikir dan berdo'a itu lebih afdhal, karena doa yang muqayyad (terikat) dengan waktu tertentu itu lebih utama daripada do'a yang muthlaq (yang tak dibatasi waktunya). 

Tilawah al-Quran itu tak dibatasi waktunya, kapan saja (bisa dikerjakan), Sedangkan waktu (antara adzan dan iqamah) ini adalah waktu yang khusus untuk berdo'a.

Maka Anda menyibukkan diri di waktu ini dengan do'a, dzikir, dan istighfar, itu lebih afdhal daripada tilawah al-Qur'an. Inilah yang seharusnya dipahami.
[Tas-hil al-Imam bi Fiqhil-Ahadits min Bulughul-Maram (6/326)]

#MariBerbenahDiridanMenataHati

https://www.facebook.com/100027191355554/posts/597851584464548/

Comments

Popular posts from this blog

jenis-jenis Sistem Transmisi mobil

Kudeta Jokowi Mulai Tercium Oleh Prabowo Subianto

Jumlah rakaat shalat tarawih sesuai tuntunan