Dirawat di rumah atau dititip ke panti jompo?

Dirawat di rumah atau dititip ke panti jompo?

Pingin nulis ini sejak lama menanggapi viralnya kisah panti jompo yang memfoto pernyataan anak-anak seorang ibu yang nggak sanggup merawat ibunya.  

Saya ingin menanggapi dari sudut pandang lain yang mungkin belum dibahas oleh banyak orang. Mayoritas orang menyalahkan anak-anak si ibu. Dibilang nggak berbakti, durhaka, dsb. 

Apakah kasusnya sesuai dengan apa yang netizen duga? Apakah netizen paham betul bagaimana duduk persoalannya sehingga begitu mudahnya menghakimi anak-anak ibu tersebut? 

Sebagai perbandingan, mayoritas orang Jepang memilih panti jompo untuk menitipkan kerabat atau atas keputusannya sendiri. Sempat ketemu orang Jepang dia cerita kalau suaminya sekarang tinggal di panti jompo. Seorang teman lain juga cerita bahwa bapak mertuanya juga dititip di panti jompo. Permintaan tenaga perawat lansia juga semakin banyak. Apa itu artinya mereka yang menitip suami dan mertuanya ke panti jompo adalah istri dan anak yang nggak punya perasaan? 

Jangan dulu menghakimi seseorang tanpa mengetahui latarbelakangnya. Tidak ada jaminan dirawat sendiri di rumah lebih baik daripada dititip ke panti jompo. Semua tergantung pada bagaimana kualitas perawatan yang diberikan. 

Kalau di Jepang orang bekerja sangat keras salah satu alasannya biar nanti kalau tua bisa masuk ke panti jompo yang bagus. Disana  mereka dirawat oleh para tenaga ahli yang sangat terampil dan sabar. Banyak aktifitas yang diprogram untuk  mengisi waktu para lansia agar mereka tetap  sehat dan bahagia. 

Bandingkan jika dirawat di rumah. Apakah anak, pasangan, dll punya kapabilitas yang sama untuk merawat para lansia? Untuk kasus seseibu yang menitip suaminya ke panti jompo karena dia sadar bahwa fisiknya nggak akan sanggup untuk merawat. Untuk kasus yang menitip mertuanya karena dia sadar bahwa dirinya sangat sibuk bekerja. Banyak menjumpai lansia yang ditinggal sendiri di rumah dengan segala keterbatasan fisiknya. Karena menitip ke panti jompo dianggap tabu maka banyak orang yang merawat sendiri para lansia di rumah namun tidak dibekali  pengetahuan tentang keperawatan dan sebagainya. Sehingga para lansia tidak mendapat stimulasi aktivitas, makanannya asal-asalan, dsb. 

Kok nggak resign aja untuk ngerawat orang tua? Kadang memutuskan sesuatu nggak semudah membalikkan tangan. Bekerja kadang nggak sekedar demi uang. Kadang ada kebutuhan psikologis yang terpenuhi dengan bekerja. Misalnya bisa ngobrol dengan teman sebaya, bisa merasa eksis dan bermakna, dll. Selain itu sejak kecil mayoritas kita didorong untuk bekerja dan berkarya. Alam bawah sadar mayoritas orang tentu pada akhirnya sangat lekat pada aktivitas bekerja dan akan sangat susah jika diminta berhenti begitu saja. 

Mungkin ini bisa jadi pelajaran juga bagi kita orang tua muda. Kalau ada anak kita yang nggak terlalu semangat belajar dan berkarya biarin aja. Anak seperti itu biasanya nggak punya keinginan macam-macam. Nggak punya keinginan merantau dsb. Siapa tahu anak itulah yang nanti akan merawat kita saat tua. 

Kalaupun nanti saat kita tua tidak bersedia dititipkan ke panti jompo maka sejak sekarang harus menentukan siapa anak yang akan merawat. Kita harus beri perhatian yang lebih pada anak tersebut dan tentu saja tidak terlalu mendorongnya untuk berkarir di luar kota. Bahkan kalau perlu jodohnya pun kita carikan yang rumah ortunya juga dekat dengan kita. 

"Kamu nanti yang akan ngerawat ibu dan bapak. Kamu nggak usah sibuk mikir cari kerja ke luar kota. Garap saja ladang yang ada dsb." 

Kadang ada juga ortu yang egois. Sejak kecil anaknya didorong untuk rajin belajar dan menjadi orang sukses. Tapi ketika mereka sudah meniti karir mereka tiba-tiba diminta pulang kampung. Orang tuanya sendiri nggak mau ikut ke rumah anak dengan alasan nggak kerasan di lingkungan baru, nggak bisa ninggalin sapi dan kambing, nggak bisa ninggalin ladang, dsb. 

Merawat orang tua tidak sama dengan merawat anak-anak. Anak-anak nggak bisa protes mau dibawa tinggal dimana saja mengikuti orang tuanya. Tapi orang tua biasanya sudah terlalu nyaman tinggal di rumahnya sendiri, nggak mau dibawa pindah. 

Dilihat dari kacamata si anak, ketika kecil dia mau dibawa kemana-kemana, di dorong untuk berkarier, kemudian tiba-tiba diminta pulang. Ketika menolak dia dibilang durhaka. Sebenernya apa cuma anak yang bisa durhaka? 

Solusi lainnya, kalaupun kita nggak mau dimasukin ke panti jompo dan ingin anak-anak kita tetap berkarya kemanapun sesuai keinginannya maka sejak sekarang kita harus siap hidup dimana saja mengikuti anak-anak kita. Nggak usah terlalu menyamankan diri dengan tempat tinggal kita sekarang yang membuat kita merasa terikat dan enggan meninggalkan. 

Aku dan suami belajar menjadi ortu tipe yang terakhir. Kami memutuskan untuk menyimpan aset kami seliquid mungkin dan tidak menyamankan diri  di satu lokasi. Dengan demikian kami selalu siap untuk  pindah kemana saja mengikuti kemanapun kelak anak-anak kami akan pergi.


Comments

Popular posts from this blog

jenis-jenis Sistem Transmisi mobil

Kudeta Jokowi Mulai Tercium Oleh Prabowo Subianto

Jumlah rakaat shalat tarawih sesuai tuntunan