tanggung jawab binaannpada keluarga taaruf 2

Menarik sih ini. Banyak segi bisa dibahas. Mulai dari kenapa "dulu" endorse an ketua ini itu dan semanhaj udah cukup. Sedangkan sekarang, tidak. 

Mungkin, bedanya adalah di akses nya. Dulu, utk jadi "ikhwan" prosesnya cukup rumit. Perlu niat ngaji, liqo, Ilmu agama juga perlu dijemput di kajian. Bukan distreaming di hape sambil rebahan di kosan. 

Dulu, utk jadi ikhwan perlu rajin datang kajian. Ga cukup rajin nonton youtube kajian. Dan jaman dulu pun, suasana kajian ga seperti sekarang. Datang ke kajian siap siap dianggap culun, teroris, dll. Hanya sedikit yang menganggap keren. 

Dari caranya mendapat ilmu saja sudah beda. Generasi datang kajian vs rebahan nonton kajian. Generasi datang dg resiko dianggap orang asing vs dianggap pemuda keren. 

Dengan kata lain, utk bisa dapat sebutan "ikhwan", sudah "terseleksi alam". Dulu.

Segala kerumitan menjadi ikhwan pada jaman dulu, secara tidak langsung menguji etos kerja. Sehingga yang disebut ikhwan, pada waktu itu, ya hanya yang beretos kerja.

Yang tidak beretos kerja, akan gugur. Jangankan ditaarufkan. Dianggap ikhwan pun tidak. 

Itu baru akses ilmu. Belum akses jejaring. Dulu ya harus ngaji bener. "Nongkrong" bener. Sekarang cukup saling komen di IG, bikin grup wa, Join grup ODOJ dll. 

Secara umum, makin mudah diakses, ya yang etos kerjanya rendah jadi mudah masuk.

Ya kayak akses Internet lah. Dulu sebelum ortu punya wa, grup wa adem ayem. Setelah bapak ibu, paman, dll piawai ber WA, punya grup keluarga, suasana jadi berbeda kan? Hoax lebih cepat tersebar. (dulu sih. Sekarang alhamdulillah bapak ibu paman lebih aware soal hoax)

Atau karena bahas etos kerja... Coba bandingkan. Jaman dulu saat bikin surat lamaran itu harus dicetak, bahkan tulis tangan, kirim surat. Bandingkan dg era cukup kirim email. Atau bahkan skg cukup via WA. Betapa banyak kisah pelamar yg lembek bukan? Karena ya jaman sekarang apply kerjaan kayak chat gebetan. 

Sebutan ikhwan nasibnya mirip dg sebutan Ustadz, kiai, ulama. Sekarang kan modal ilmu di medsos, posting nasihat, berpenampilan religius, sudah bisa dicap ustad. Bahkan menyebut diri ustad. 

Semakin merata akses, semakin rendah seleksinya, semakin banyak yang kurang niat, bisa masuk. 

Jadi ya keluhan "dulu cukup endorse ini, sekarang tidak" bisa dilihat dari satu sudut pandang: kabar baiknya, makin banyak yg tertarik menjadi "ikhwan". 

Mungkin kayak jilbab deh. Dulu yg berjilbab (apalagi era 80an),ya bener2 fighter. Sekarang? Sudah tahu sendiri lah ya. Sisi baiknya, artinya makin banyak yg tertarik berjilbab. Meski belum sempurna. 

Sama kayak ikhwan ini. Dulu ada anggapan kalo berjilbab pasti solehah dll. Sekarang kan mulai luntur. 

Tapi ya itu. Ibarat tanah, kabar baiknya, tanah negeri kita subur utk berislam. Sampai sampai tanaman yang tidak niat tumbuh pun bisa subur. Tugas berikutnya nya ya meningkatkan kualitas tanaman, menyiangi gulma, membasmi hama. Atau mau mengurangi kesuburan tanah aja? 

Itu poin pertama. Poin kedua lain kali aja. Pegel jempol🤣

https://www.facebook.com/1521190322/posts/10218554556364745/

Comments

Popular posts from this blog

jenis-jenis Sistem Transmisi mobil

Kudeta Jokowi Mulai Tercium Oleh Prabowo Subianto

Jumlah rakaat shalat tarawih sesuai tuntunan