Jamaah itu setara, biarlah semuanya mendapatkan layanan yang sama

SETARA DI MASJID

Waktu itu tiba-tiba ada yang WA ke nomor admin masjid, mengkritik penerima bantuan dari masjid,

"Itu bajunya bagus-bagus ustadz, gak layak nerima, harusnya faqir miskin, yang susah-susah."

Respond pertama saya pada konsep berfikirnya, baju bagus itu definisinya apa? Jika sekedar baju yang enak dilihat, lalu apakah mereka yang bajunya baik itu selalu cukup kebutuhan hidupnya? Ini perlu di pertajam.

Namun saya gak mau berdebat disitu, saya coba jelaskan panjang alur berfikirnya, mengapa konsep Masjid BerkahBOX membagi kesemua, tanpa dipilih-pilih, karena ini riset nya panjang.

Mudah-mudahan, dalam tulisan ini, kita bisa memahami nya dengan bijak.

***

Jika akadnya dana zakat, maka asnafnya terkunci di 8 golongan, penerimanya harus khusus, gak boleh distribusi sembarangan. Faqir, miskin, ibnu sabil, fii sabilillah, gharimin, riqob, muallaf dan amil clear.

Maka zakat ini sumber nya fix, aturannya jelas, berapa yang wajib dizakatkan, lalu kategori penerimanya juga fix.

Berbeda dengan infaq yang sebenarnya diinfaqkan sesuai akadnya. Maka di Masjid BerkahBOX selalu diakadkan untuk jamaah masjid. Titik. Walau ada juga anjuran asnaf infaq di ayat yas alu madza yunfiqun.

Lingkungan Masjid BerkahBOX bukan terletak di pemukiman mewah, komplek perumahan komersilnya belum ramai penghuni, sehingga jamaah kami dominan penduduk dari pemukiman rumah bersubsidi FLPP, di Balikpapan ini lebih dikenal perumahan Jokowi, karena Bapak Presiden yang meresmikannya. Hehehe..

Maka segmen faqir mungkin jarang, tetapi segmen miskin, yaitu mereka yang berpenghasilan namun tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan, itu yang cukup besar.

Masjid BerkahBOX memutuskan untuk melayani semua jamaah tanpa memilah milih. Kenapa? Karena pada dasarnya jamaah juga punya harga diri.

Misalnya begini, jika masjid statement ke jamaah, "makanan yang tersedia hanya untuk faqir miskisn", maka yang faqir dan miskin gak akan ada yang makan.

Menurut saya, hal inilah yang kita gak patut kita lakukan, kita letakkan makanan di masjid, lalu kita tulis besar-besar, khusus dhuafa dan faqir miskin. Bayangkan mereka yang butuh makan, lapar, kira-kira mau ambil makanannya gak?

Kalo memang untum faqir miskin, antar ke rumahnya. Kami ada program Fidyah, untuk faqir miskin, maka kami antar ke rumahnya, kami jaga harga diri jamaah.

Nah, kalo yang datang ke masjid, kami lebih memilih untuk memberlakukannya setara. Mau dosen, engineer, karyawan, pengangguran, ibu rumah tangga, kaya miskin, ya boleh dapat layanan masjid, semuanya.

Boleh makan,
Boleh dapat voucher,
Boleh dapat sembako,
Boleh minum teh dan kopi,

Logikanya sederhana, kalo memang ada orang kaya yang ikut program, insyaAllah dia akan sedekah lebih besar, apa yang diterima, bisa jadi diteruskan lagi ke tetangga.

Dan andai gak sedekah juga, gak ngasih ke tetangga juga, dikekep juga yang dari masjid, berarti kan memang miskin batin, secara hakikat miskin juga, gak papa banget.

Dengan kita membuka untuk semua, maka faqir miskin akan lebih terbuka untuk hadir ke masjid. Orang sulit itu sensitif, orang yang lagi sulit hidup itu baperan, jadi harus jaga perasaan mereka. Gak boleh asal direndahin

Dengan terbukanya program masjid ke semua, maka faqir miskin akan ringan datang ke masjid, dan ikut pelayanan program.

"Lha itu dosen saja ikut,..."
"Lha itu yang punya bisnis saja makan di masjid,..."

Kalo gitu saya ikut makan ah, toh semua juga makan.

Keterbukaan akad mutlak pada infaq masjid seperti ini, insyaAllah lebih maslahat. Gak usah difikir nanti yang makan yang kaya, nanti banyak yang numpang hidup di masjid, ya gak papa, itu bukti masjidnya bermanfaat.

***

Semua nanya nya sama, gimana cara menggerakkan donatur.

Maka kami jawab, "programnya dulu jalan, buktikan ada manfaat yang tersalurkan, masjid makmur, ramai, insyaAllah donatur jalan."

Para takmir jawab lagi,

"Sudah ustadz, sudah bagi sembako, bagi makanan, gak gitu juga ada yang datang, tetap sepi."

Begitu saya lihat programnya,

"Sembako untuk faqir miskin"
"Makanan untuk dhuafa"

Ya jelas gak ada yang mau datang, gengsi lah ummat, hancur lah harga diri jamaah kalo kayak gitu.

Makadari itu bebaskan saja, semua boleh makan, semua boleh dapat sembako.

Di Masjid BerkahBOX ada program Berkah Sembako Jumat, BERSAMA. Pertama program ini Kak Nirwana rancang untuk faqir miskin, tetapi akhirnya jamaah malu-malu datang. Maka kami lepas saja terbuka, setiap yang datang taklim, dapat sembako, dhuaarr... 200 orang lebih, ya gak papa.

200 paket sembako tiap pekan, reguler di luar bulan Ramadhan, rasa-rasanya boros, sayang, jadi kelebihan, tetapi ada harga yang harus kita bayar untuk mendakwahkan Islam ini. Gak papa datang semua dulu, nanti baru dipilah pilih untuk program lanjutan.

***

Semoga tulisan ini manfaat, panitia zakat silakan fokus cari 8 asnaf, tetapi takmir yang kelola dana kas masjid, akadkan saja terbuka di kotak kencleng infaq, infaq untuk seluruh jamaah, siapapun.

Lagipula masjid itu setara. Kita duduk sama rata, sujud ditanah yang sama, shaf pertama diisi oleh siapa yang duluan datang. Tidak ada pengkhususan. Itulah kesetaraan masjid, itulah semangat egaliter didalam masjid.

Jamaah itu setara, biarlah semuanya mendapatkan layanan yang sama. Jangan dibeda-bedain.

Rendy Saputra & Nirwana Tawil 
Masjid BerkahBOX

https://www.facebook.com/100008227817040/posts/3277366349214260/

Comments

Popular posts from this blog

jenis-jenis Sistem Transmisi mobil

Kudeta Jokowi Mulai Tercium Oleh Prabowo Subianto

Jumlah rakaat shalat tarawih sesuai tuntunan