Mudah menurunkan utang negara? Mudah. Cukup bilang: kita berhenti nambah utang. Selesai.

*Tidak paham

Saya tidak paham. 

Saya bertemu dengan pegawai pajak, pegawai bea cukai, mereka bilang: 'Kami habis2an bekerja siang malam, mengejar target pemasukan negara. Agara negara punya uang untuk melaksanakan APBN. Kami ini jungkir balik mikir, apalagi yg bisa dijadikan pajak, kemana lagi nyari pajak."

Semenit kemudian, saya bertemu dengan pegawai kementerian lain, mereka bilang: 'Kami habis2an bekerja siang malam, mengejar agar uang negara dihabiskan. Rapat2 di hotel. Jalan2 dinas kemanalah. Pokoknya harus habis, kalau tidak habis, nanti anggarannya hangus, tahun depan tidak dikasih lagi. Kami jungkir balik mikir gimana ngabisin itu uang."

Tidakkah kita melihat realita ini? Yes. Itulah faktanya. 

Sementara pegawai pajak jungkir balik, di sisi lain, pemerintah punya ide work from bali, juga menggelontorkan dana kartu pra kerja. Kalian tahu berapa yg telah menerima program kartu pra kerja? 8 juta lebih. 5,5 juta tahun 2020, 2,7 juta per Mei 2021, total jenderal 8,2 juta. Itu artinya nyaris semua pengangguran di Indonesia harusnya sudah dapat itu program. Apakah mereka sudah bekerja? Efektif?

Yes. Pemerintah memakai biro survey politik utk menunjukkan betapa bagusnya program ini. Bayangkan, biro survey yg dibayar saat kontestasi politik, dipakai utk bilang menjustifikasi program kartu pra kerja keren maksimal. Fantastis lucunya. Apakah penerima kartu pra kerja sudah bekerja? Ngimpi.

Hari ini, saya banyak yg tidak paham lagi.

PPN mau dinaikkan. PPh juga menyusul. Semua mau naik. Tapi PPnBM mobil dihapus dikasih diskon. Pajak mau dinaikkan kemana2. Tapi tax amnesty kedua siap digelar. Sungguh, pegawai pajak disuruh jungkir balik sampai pecah kepala mereka mencari tambahan pemasukan, di sisi lain, pegawai kementerian lainnya, untuk rapat yg efektif 6 jam doang, kementerian, lembaga pemerintah pergi ke Bali. Menginap di sana 3 malam. Pakai pesawat Garuda. dll

Begitulah.

Tapi ini benar juga. Spending membantu ekonomi. Dan soal Garuda, kita memang harus kasihan. BUMN satu ini punya utang 70 trilyun, ekuitas minus 41 trilyun, dgn penghasilan hanya 600 milyar per bulan. Dan utang terus bertambah 1 trilyun setiap bulan. Pun Bali, kasihan, hotel2 bintang 5 di sana, dgn aset trilyunan, nasib hotel2 ini lebih buruk dibanding Nek Minah yg jualan daun pisang. Jadi harus dibantu. 

Sungguh, 

Hingga kapan kita benar-benar mau berhemat? Sejak kapan kita benar2 mau menyadari negara kita itu memang miskin? Utang, utang, dan utang.

Ayolah, kita sedang pandemi. Kenapa tidak pakai rumus terbalik? Biarkan sajalah tahun ini ekonomi minus seminusnya gara2 belanja negara turun. Biarkan saja ekonomi seturun2nya gara2 pemerintah memutuskan berhenti dulu belanja yg tdk jelas. Biarkan saja ekonomi sekacau2nya gara2 pemerintah menahan semua pengeluaran yg tidak jelas.

Tapi setelah itu, setelah semua tangis dan darah itu, kita bisa menata ulang semuanya. 

Mudah menurunkan utang negara? Mudah. 

Cukup bilang: kita berhenti nambah utang. Selesai. Memang besar resikonya. Hancur lebur memang semua angka2, pertumbuhan, dll. Tapi boleh jadi, kita memang butuh pendekatan 'jurus dewa mabuk' seperti ini. Revolusi total. Kita restart ulang semuanya. 

Daripada kita terus mabuk utang betulan, mabuk belanja2, pengeluaran ini, pengeluaran itu. Mabuk. Bergaya memakai kebijakan anggaran defisit. Tapi sejatinya sedang mabuk. Kita terus menari seolah menjaga keseimbangan, seolah lihai meniti badai, tapi kita semakin tersedot ke putaran masalah itu. Utang dan utang. Pengeluaran tidak efisien. Program2 pemerintah seperti menghamburkan uang. 

Well, ini hanya igauan saja. Tapi mungkin besok lusa, generasi berikutnya ada yang berani melakukannya. Karena saksikanlah: pegawai pajak jungkir balik nyari pemasukan negara; pegawai lain santai bawa rombongan dinas ke LN.

*Tere Liye, penulis novel 'Negeri Para Bedebah'

Comments

Popular posts from this blog

Tingkatkan Pengetahuan Anda! TAHUKAH ANDA?

Menyambut Ramadhan

Mencampuradukkan ajaran agama lain ke dalam Islam