HIBURAN, menjadi obat penyembuh
HIBURAN
Barusan baca kisah seorang anak yang bahagia karena ibunya kembali sehat setelah diajak staycation di hotel.
Sang ibu terkena penyakit yg membuat badannya kaku seperti kena stroke dan mulutnya berjamur susah digerakkan. Si anak memilih resign dari pekerjaan untuk mengurus sang ibu bergantian dengan saudara yang lain.
Ketika sang ibu sudah mulai bisa duduk di kursi roda, si anak punya ide untuk mengajak sang ibu staycation di hotel. Bukan hotel mewah, yang penting ada kolam renangnya sehingga sang ibu bisa duduk di pinggir kolam sambil memandang cucu-cucunya berenang. Rupanya hampir tiap bulan jalan-jalan plus melihat keriangan cucu dan anaknya di hotel gini menjadi obat mujarab. Sang ibu semakin pulih.
"Bu. Nanti kalau ibu sudah bisa jalan, kita cari hotel yang lebih bagus ya bu," kata si anak, menyemangati.
Alhamdulillah sekarang sang ibu sudah bisa jalan di atas kaki sendiri.
Kisah serupa juga diceritakan oleh kawan saya. Ibunya mendadak seperti lumpuh gak bisa ngapa-ngapain. Seolah tulang2nya sudah tidak kuat menyangga tubuh.
"Kok bisa? Kenapa?" tanya saya.
"Kata dokter, ibuku depresi," jawabnya. Dia tidak tau apa yang menyebabkan sang ibu depresi. Tapi jelas bahwa penyakit psikis mempengaruhi fisiknya.
"Sekarang gimana?" Saya tanya lagi.
"Alhamdulillah setelah dua tahun bisa sembuh," jelasnya.
Saya setengah melongo pas tau gimana sembuhnya. Ibu teman saya ini sembuh setelah diijinkan jualan sayur di pasar. Sederhana kan 😄
Ternyata saat berjualan sayur, mengasah otak dg menghitung dagangan, dan juga bertemu banyak orang membuat sang ibu merasa bahagia.
(Ni buat yang ngeliat orang udah tua tapi masih jualan jangan buru-buru nyalahin "Anaknya kok tega ya". Banyak lho orang tua yang kalau gak ngapa-ngapain malah badannya jadi sakit.)
Kapan hari saya diskusi sama teman yang sarjana psikologi. Ada seseorang yang depresi karena ortunya meninggal dunia gara2 co vid. Orang ini mendadak menyulut api mau bakar rumah, ngajak bunuh diri bareng. Sodara-sodaranya bingung dan takut.
"Gitu perlu dibawa ke RSJ gak?" tanya saya.
"Kalau bisa dibawa ya lebih baik. Disana nanti bisa diarahkan oleh orang yang tepat," jawabnya.
Saya juga mikirnya gitu. Di RSJ ada dokter dan psikolog yang lebih paham bagaimana menyembuhkan pasien.
"Tapi sebetulnya orang depresi itu butuhnya cuma satu Tha: orang yang bisa dipercaya. Kalau dia sudah percaya sm seseorang, maka dia bisa cerita dengan leluasa. Kalau sudah bisa cerita, maka bebannya terlepas. Beban ini yang bikin dia depresi," jelasnya.
Hmmm.. betul juga sih. Kalau konseling dengan psikolog kan ya fokusnya di cerita. Kita melepaskan unek-unek di dada.
Mungkin ini juga alasan kenapa kalo kita lagi sedih trus ditanya: "Kamu kenapa? Kamu gak papa?" Tadinya gak papa trus malah jadi mewek dah 🤣
Kesimpulannya: jika ada sesuatu yang bikin empet, jangan dipendam terus-terusan. Release. Cari penyaluran yang baik dan benar. Jangan curhat di medsos ya. Sungguh ini pelampiasan yg buruk! Nanti bakal jadi bumerang.
Pilih orang yang tepat buat cerita, nangis2 sampe puas pas sujud, pergi jalan-jalan, atau sikat wc sampe kinclong juga termasuk pelampiasan yang bagus lho.
https://www.facebook.com/100003545812852/posts/4035077759953711/
Comments
Post a Comment