borobudur, made in Sulaiman?

Borobudur Made in Sulaiman???!!
----------------------------------------------

Saya dapat request pembaca, mengulas tentang "Apa betul Borobudur dibangun Nabi Sulaiman?". Request ini ternyata terkait postingan lalu saya yang menyentil dikit tentang soal ini. Saya sama sekali ga minat mengulas, awalnya. Karena yang nulis in paling "sapa seh". Ntar kita ulas, malah bikin "sapa seh" ngetop lagi. Bantuin orang ngetop? Gembel bener da ah.

Makanya, meskipun hoax itu bergenre sejarah, ga ada secuilpun sejarawan Indo turun tangan buat meluruskan. Eh.. tapi saya kan juga "sapa seh", bukan sapa-sapa. Hoax dari "sapa seh" mestinya dijawab "sapa seh" jugak dong. Biar jadi "sapa seh" kuadrat. Baiklah, ga perlu doktor ilmuwan yang meluruskan. Biar ane, anak gang Asem yang jelasin. "Jadih!", kalo kata orang Minang.

Sekalian, kita akan bahas tentang Nabi Sulaiman yang mungkin perlu saya buat berseri, karena kisah Nabi Sulaiman itu sangat menakjubkan... dan panjang. 

Jadi, candi borobudur kata KH. Fahmi Basya, the self-proclaim "ahli matematika Islam", adalah buatan Sulaiman. Alasan pertama katanya karena melihat reliefnya, relief-relief yang ada, memang terdapat beberapa simbol, yang mengesankan dan identik dengan kisah Sulaiman dan Ratu Saba, sebagaimana keterangan Alquran. Pertama adalah tentang tabut, yaitu sebuah kotak atau peti yang berisi warisan Nabi Daud AS kepada Sulaiman (kita udah bahas tentang tabut ini pada posting yg lama). 

Katanya, pada relief yang terdapat di Borobudur, tampak peti atau tabut itu dijaga oleh seseorang. Katanya dia lagi, Sulaiman berbicara dengan burung-burung dan hewan-hewan. (QS An-Naml [27]:20-22). Reliefnya juga ada di Borobudur. Bahkan, sejumlah frame relief Borobudur bermotifkan bunga dan burung. Terdapat pula sejumlah relief hewan lain, seperti gajah, kuda, babi, anjing, monyet, dan lainnya.

Saya narik nafas dalam-dalam lihat argumen begini. Ybs ternyata dosen di universitas Islam negeri di jakarta. Saya lempar bendera putih dah, kalo hoax kayak gini ternyata keluar dari mulut seorang dosen. Dia kesampingkan fakta relief2 yang kasat mata betul-betul tanpa butuh tafsir, bahwa patung Budha segala ukuran ada disono. Mungkin ini kurang keterlaluan.

Saya belom pernah ke Borobudur, tapi ga perlu saya ke sana buat mengetahui bahwa di Borobudur, banyak relief2 erotik dan ngeres, sebagaimana candi-candi lain di Indonesia. Para arkeolog Indo "yang bijak sono" bikin tafsir, bahwa arca dan relief erotis ini sebagai simbol "kesuburan". 

Katanya, Penis dan vagina adalah simbol yang sakral dan suci, melambangkan keberlangsungan hidup antar generasi. Kita ngerti lah, ada motif "nasionalisme" dalam tafsiran itu, dipaksa dibawa kepada "tafsiran positif thinking". 

Tapi, apa iya maknanya kesuburan? Apa ga kejauhan? Kalo kesuburan, kan cukup bikin stiker bapak, emak, sama 4-5 anak, tempel di kaca belakang mobil.

Kalo kita liat relief patung2nya, rasanya sulit kita kibulin otak kita, kalo ini sebetulnya emang betulan patung erotis. Period!

Relief kayak gini ada di banyak candi Indo, misal candi Sukuh dan candi Cetho. Tentang relief erotis di Borobudur, relief ini sekarang dikubur sehingga tidak bisa disaksikan orang. Itulah bagian panel relief Karmawibhangga. 

Pada tahun 1891, Seorang fotografer Belanda bernama Kasiyan Chepas membongkar bagian yang menutup relief tersebut dan memotretnya satu persatu setelah itu di tutup lagi seperti semula. Setelah diteliti relief-relief tersebut sebagian besar mengilustrasikan adegan vulgar dan kejahatan. Lantai dan dinding kaki candi itu terpaksa ditutup karena begitu banyaknya mengandung visualisasi konten sadis, porno, dan kehidupan bebas ala rakyat strata terbawah di kalangan Jawa Kuno masa itu. Foto-foto karya Chepas masih bisa disaksikan sekarang. Trus mo diaku-aku buatan Nabi Sulaiman? Ga ada yang tersinggung gitu?

Kedua, katanya kerajaan Saba' -yang menurut dia kerajaannya nabi Sulaiman- berlokasi di Yogyakarta. Ini sama aja ngomong kalo kalo Paris itu bukan di Perancis,.. tapi ada di Bandung. Buktinya apa ya, Om? Buktinya, Bandung dari dulu dinamai "Paris Van Java".

Pembuat hoax ini ga paham bedanya lokasi kerajaan nabi Sulaiman dan kerajaan yang dipimpin Ratu Saba'. Kerajaan Nabi Sulaiman berlokasi di Baitul Maqdis, Palestina. Sedangkan Kerajaan Saba' berlokasi di Yaman. Kita sudah bahas sekilas kerajaan Saba' di Yaman pada postingan lalu disini https://www.facebook.com/zico.p.putra/posts/10157370461309915

Negeri Saba' ini dimuat dalam Surat Saba':15 dan juga kisah tentang burung Hud-hud tentara Sulaiman disini, Surat An-Naml:22-23, "Maka tidak lama kemudian (datanglah hud-hud), lalu ia berkata: "Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya; dan kubawa kepadamu dari negeri Saba suatu berita penting yang diyakini.(An-Naml 22)".

Jadi burung Hud-hud itu terbang menempuh jarak lebih 2500 km, dari  Masjidil Aqsa ke wilayah kerajaan Saba'. Atau bolak-balik sekitar 5000-an kilo meter, setara jarak jakarta - surabaya 5x perjalanan. Kalo dipaksa itu burung terbang dari masjidil Aqsa ke Jogja, aduhai tega amat itu Nabi Sulaiman sama burung yang lemah itu. Berapa ratus ribu kilo meter jaraknya dia harus terbang?

Pembuat hoax menyangka, wilayah kerajaan Sulaiman dan kerajaan Saba lokasinya satu daerah. Karena nampak konsep dia soal relief2 itu campur aduk. Kerajaan Saba' bukanlah kerajaan Sulaiman, tapi kerajaan milik Ratu Saba' yang kemudian jadi istrinya. Trus cara Nabi Sulaiman ke Yaman gimana dong sejauh itu? Karena suami kan harus mampu berbuat "adil" dong. Masa ratunya pindah kerajaan ke palestina, ninggalin rakyat Yaman selamanya? Ya tentu sang ratu balik ke yaman setelah menikah dengan Sulaiman. Trus jatah nafkah batin ratu saba gimana? Kita bahas nanti insya Allah.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lupain soal nasionalisme, kita fair-fairan aja. Relief-relief sex, ngeres dan menampilkan alat vital, bukan monopoli candi-candi di Indonesia. Candi-candi lain diseluruh dunia, juga punya relief senada. Saya ga ingin upload gambarnya, tapi di India juga ada misal candi yang menampilkan berbagai posisi -maaf- Kama Sutra. Yaitu Kuil Khajuraho dan kuil Konark. Begitu vulgar dan sadis adegan2 intim disitu, yang ga cocok buat dikunjungi anak-anak. Bahkan buku Kama Sutra sendiri, adalah buku warisan budaya India sejak ribuan tahun lalu.

Setelah melihat hasil penggalian situs-situs kuil Budha di India, Gustave le Bon, ilmuwan besar Perancis abad 19, menyatakan, "Untuk memahami gambaran agama Budha sebenarnya, kita harusnya mempelajari peninggalannya (yaitu candi, patung, dsb), bukan kitab sucinya. Peninggalan budaya Budha ini mengajarkan hal yang bertolak belakang dari teori prinsip (Budha) yang dipahami orang barat. Peninggalan ini menunjukkan bahwa agama -yang oleh para cendekiawan Barat digambarkan kepada dunia sebagai agama monoteistik (tauhid)-, pada kenyataannya, adalah biang dari semua agama penyembah berhala dan kemusyrikan." 

Terkait Hindu, Gustave menyatakan, "Hindu sangat memuja gambar dan berhala... Candi-candi mereka isinya begitu semua, apalagi patung "lingga" dan "yoni" (vagina dan penis). Bahkan tiang-tiang di kuil Asoka digambarkan oleh Hindu sebagai "lingga". Berbentuk menjulang vertikal dengan ujung bawah berbentuk kuncup yang menegakkan tiang itu."

"Memang, ada sebagian sekte yang menyembah perempuan telanjang atau sebaliknya", kata Gustave. Banyak dari candi-candi ini memang dulunya lokasi pencabulan, yang dipimpin oleh pendeta-pendetanya sendiri. Istana para raja dan bangsawan juga menggambarkan hal-hal tak bermoral seperti ini. Posisi wanita pada era Brahma dalam Hukum Manu, menurut Gustave le Bon, wanita itu selalu digambarkan lemah dan mereka biasa disebut dengan istilah yang menjijikkan. 

Bangsa India kuno ga sendirian dalam promosi cabul. Bangsa Persia dan Romawi lebih kentara lagi. Isi peninggalan Persia dan Romawi, baik yang kita lihat di Museum Turki, Italy, dan Inggris, semua penuh patung-patung telanjang, adegan-adegan cabul, dewa-dewa tak berbusana, yang semuanya tentu saja memberi gambaran kehidupan masyarakatnya. Wanita itu dalam kehidupan sosial zaman dulu, posisinya ga lebih dari sekedar obyek laki-laki. Tidakkah buku Sejarah Indo menggambarkan posisi wanita di Jawa sebelum Islam masuk?   

Bangsa kuno ga monopoli perilaku cabul, bangsa modern bahkan lebih buas. Mereka ga perlu lagi ribet pahat-pahat dan ukir-ukir kayak dulu. Ada alatnya, tinggal cekrek. Ada mesinnya buat perbanyak jadi ribuan oplah, jadilah majalah esek-esek. Ada TV-nya, disaksikan jutaan orang seabrek. Balik lagi, dari zaman primitif sampai modern, wanita selalu diposisikan sebagai obyek visual. 

So, ga ada yang tersinggung dibilang Borobudur buatan Nabi Sulaiman??

Referensi:
- Islam and The World, The Rise and Decline of Muslims and Its Effect on Mankind, Syed Abul Hasan an Nadwi (Madha khasira al-'alam bi-inhitat al-Muslimin)
- Les Civilizations de I'nde, Gustave Le Bon (dari buku diatas)
- Sumber2 lain terkait Borobudur

Comments

Popular posts from this blog

Tingkatkan Pengetahuan Anda! TAHUKAH ANDA?

Menyambut Ramadhan

Mencampuradukkan ajaran agama lain ke dalam Islam