pencuri di abdullah bin baz

KISAH SEORANG YANG BERUSAHA MENCURI DI RUMAH SYAIKH ABDUL AZIZ BIN ABDULLAH BIN BAZ ( MUFTI KERAJAAN ARAB SAUDI )

Nama Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz rahimahullah, mungkin tidak asing lagi, bagi yang menunaikan ibadah haji tahun 90 an sampai tahun 2000 an , insya Allah akan ingat bahwa setiap jamaah haji Indonesia akan dibekali buku  saku panduan dari departemen agama.

Buku-buku tersebut adalah karya dari Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia.
Yang saya masih ingat adalah selain tuntunan ibadah haji yang sesuai syariat , fiqh wanita, juga buku yang membahas tentang syirik dan sihir.
Saya tau mengenai hal ini karena saat nenek saya menunaikan ibadah haji, beliau memberikan buku buku saku tersebut untuk kubaca.

Buku-buku tersebut diantaranya di terjemahkan oleh ustadz alm Rahmat Al Arifin (tetanggaku, rumah beliau tidak jauh dari rumah ku). 

statusku berikut nya insya Allah saya akan menulis tentang ustadz Rahmat Al Arifin dan kenangan ku terhadap beliau dan cerita beliau yang di dapat dari Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin baz, Karena ustadz Rahmat ini adalah murid Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin baz sewaktu beliau kuliah di universitas Islam Madinah.

Aku sendiri pertama mengenal nama Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz ,saat jaman kuliah, tahun 90 an.
Saat itu ada majalah yang bernama "Al Muslimun" yang di terbitkan oleh pondok pesantren "persis" Bangil.
Dan aku adalah salah seorang pelanggan majalah tersebut.sayang majalah tersebut sekarang sudah tidak terbit lagi. Padahal bagus dan penuh ilmu.
Adakah kalian juga berlangganan majalah ini ?..toss deh... berarti ketahuan kalo kita sudah tua ,😁😁

Ada satu kolom di majalah tersebut yang berjudul "nadwah mudzakarah" .kolom ini membahas tentang derajat sebuah hadits, apakah sebuah hadits itu palsu, dhoif, atau shahih.

Dari kolom "nadwah mudzakarah " inilah aku tau bahwa hadits yang berbunyi "tuntutlah ilmu sampai negeri China" itu adalah palsu.

Masing-masing hadits di urai berdasarkan sanad dan matan. Dan tentunya pendapat para ahli hadits seperti Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, Syaikh Nasiruddin Al Albani, Syaikh shalih Al Utsaimin, Syaikh shalih bin Fauzan dll...

Siapakah Syaikh Abdul Aziz bin Baz ?

Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz (bahasa arab: عبد العزيز بن باز) adalah seorang ulama kontemporer yang ahli dibidang sains Hadits, Aqidah, dan Fiqih. lahir di Riyadh - Arab Saudi tahun 1909 M/1330 H. Pada awalnya dia bisa melihat dengan normal, tetapi penglihatannya perlahan memburuk hingga puncaknya pada usia sekitar 20 tahun dia pun mengalami kebutaan total. Syaikh Bin Baz pernah menjabat sebagai mufti (penasehat agung) kerajaan Arab Saudi, rektor Universitas Islam Madinah, Hai'ah Kibaril Ulama (semacam MUI di Arab Saudi), Dewan Riset Ilmu dan Fatwa (al-Lajnah ad-Daimah lil Buhuts al-Ilmiyah wal Ifta'). Dia meninggal dunia pada tahun 1999 M/1420 H dan disemayamkan di pemakaman Al-Adl, Mekkah.

=========================

MENCURI DI RUMAH SEORANG MUFTI

Akhlak yang mulia dan budi pekerti luhur memang lebih penting daripada kalimat yang tidak diungkapkan. Nasihat dengan keteladanan lebih mengena dari ucapan lisan. Itulah yang dipraktikkan oleh seorang ulama Rabbani, Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz rahimahullah .

 Selain menasihati umat dengan tulisan dan tulisan, beliau juga membuat hati manusia terkendali dan jiwa-jiwa terketuk dengan keteladanan. Di antara contoh yang sangat menarik dari keteladanan beliau  adalah saat beliau memperlakukan seo pencuri yang berhasil menyatroni rumahnya.

Salah seorang penuntut ilmu bercerita:

Saat aku beri'tikaf di Masjid al-Haram di 10 hari terakhir bulan Ramadhan, aku sudah memuji majelisnya Syaikh Ibnu Utsaimin yang diadakan setelah shalat subuh usai. Ada yang bertanya kepada dia tentang suatu masalah yang menurutnya ada kerancuan dan bagaimana melihat Syaikh Ibnu Baz terhadap kasus tersebut. Syaikh Ibnu Utsaimin meminta izin penyair dan memuji Syaikh Ibnu Baz rahimahumallahu jami'an .

Saat aku sedang hanyut dalam pembahasan pelajaran, tiba-tiba seorang pria di sampingku –mungkin usianya akhir 30-an- sedang berurai air mata. Kemudian isak tangisnya mulai merambat ke telinga para peserta kuliah subuh itu.

Saat pelajaran usai, kulemparkan pandanganku ke laki-laki yang menangis tadi. Kulihat ia tengah memegang bubur haf dan tenggelam dalam kesedihannya. Kudekati dia terlihat terlihat tampak menghindar. Kuucapkan salam dan kemudian aku bertanya, “ Kaifa haaluka yaa akhi ? Maa yubkiika ? ”(Apa kabarmu saudaraku? Apa yang membuatmu menangis?) Ia menjawab dengan suara parau yang tidak jelas. Terdengar hanya jazaakallahu khair (semoga Allah membalasmu dengan kebaikan).

Aku pun mengulangi pertanyaanku, “ Maa yubkiika akhi ?” (Apa yang membuatmu menangis?).

Dengan wajah penuh kesedihan ia menjawab, “ Laa laa syai-a, innama tadzakkartu Ibnu Baz, fabakaitu ” (Tidak, tidak ada apa-apa. Aku hanya teringat Ibnu Baz.

Dari  logatnya, aku tahu ia berasal dari Pakistan. Akhirnya ia pun bercerita:

Dulu aku ada kejadian bersama beliau. Sekitar 10 tahun yang lalu, saya bekerja sebagai satpam di salah satu pabrik di Kota Thaif. Kemudian sepucuk surat dari Pakistan sampai kepadaku.

 Surat ini membawa kabar tentang ibuku dalam keadaan sekarat / koma. Dokter menyatakan harus segera dilakukan operasi transplantasi ginjal. Dan biayanya berjumlah 7.000 Riyal Saudi. Sementara aku hanya memiliki 1.000 riyal. Tidak kutemui seorang pun yang dapat membantuku demikian juga dari perusahaan.

Jika operasi tidak dilakukan dalam kurun waktu satu pekan, maka akan dihapus. Keadaannya benar-benar tinggal menghitung hari. Aku menangisi ibuku. Karena dialah yang mengasuhku. Yang bergadang di malam hari untuk menjagaku. Situasi kepepet ini pun membuatku nekad. Akhirnya aku pulang ke salah satu rumah di dekat pabrik tempatku bekerja. Kumasuki tempat itu pukul dua dini hari.

Setelah aku berhasil meloncati pagar rumah itu, beberapa saat kemudian tanpa kusadari petugas keamanan telah menangkapku. Mereka melemparku ke dalam mobil. Saat ini, dunia yang sangat gelap ini kurasakan.

Kemudian saat shalat subuh, datanglah polisi. Ia mengembalikanku ke rumah yang kusatroni tadi. Yang rencananya mau kujarah barangnya. Polisi memindahkanku di suatu tempat, lalu ia pergi berlalu.

Beberapa saat kemudian datang seorang pemuda dengan membawa makanan. Ia berkata, “ Kul! Bismillah ”(Makanlah dengan menyebut nama Allah).

Aku heran dan bingung. Sebenarnya aku sedang berada di mana?

Saat adzan subuh berkumandang, orang-orang di rumah itu mengatakan kepadaku, " Tawadhdha 'lish shalah" (Wudhulah untuk shalat). Rasa khawatir dan takut menggerayangi tubuhku.

Lalu muncullah seorang laki-laki yang sudah sepuh. Ia dituntun oleh seorang pemuda menuju kepada ku . Laki-laki tua itu menyalamiku kemudian meminta salam. “ Hal akalta? “(Sudah makan?) Tanyanya. " Na'am " jawabku. Ia pun meraih tangan kananku lalu menggandengku pergi bersama ke masjid untuk shalat subuh berjamaah.

Setelah shalat, kulihat laki-laki tua yang memegang tanganku itu duduk di kursi di baris depan masjid. Para jamaah dan pelajar pun mendekat, duduk di sekelilingnya. Mulailah Syaikh yang menyampaikan pelajaran.

Seketika itu kuletakkan kedua tanganku di kepala. Aku malu dan aku juga takut. “Ya Allaaah .. apa yang sudah aku lakukan ??? Aku mencoba mencuri di rumah Syaikh Ibnu Baz ”gumamku. Aku tahu, nama Syaikh Ibnu Baz karena dia begitu tenar di negaraku Pakistan ( dan di Indonesia beliau juga sangat terkenal)

Setelah pelajaran usai, Syaikh kembali membawaku ke Rumah. Dengan hangat, ia kembali menggapai tanganku dan mengajakku sarapan pagi. Sarapan yang dihadiri banyak orang-orang. Ia dudukkan aku di sampingnya. Sambil menyantap sarapan beliau bertanya, " Masmuka ?" (Siapa namamu?) "Murtadha." Jawabku.

Aku pun menceritakan kisahku lulus. Dia memuji, " Hasanan .. sanu'thika 9.000 riyal ." (Baik, kami akan memberikan 9.000 riyal untukmu). “ Al-mathlub 7.000 Riyal ” (Yang dibutuhkan hanya 7.000 Riyal).

Ia memutuskan, “Sisanya ambillah untukmu. Tapi jangan kau ulangi lagi, lakukanlah itu, wahai anakku ”. Aku pun mengambil uang itu. Kuucapkan terima kasih. Dan kudoakan manfaat untuknya.

Setelah itu aku pulang ke Pakistan untuk membiayai operasi ibuku. Alhamdulillah ibuku bisa pulih.

Lima bulan kemudian, aku kembali ke Saudi. Dan langsung menuju Riyadh. Aku mencari Syaikh dan kukunjungi kediamannya. Aku sudah mengenalnya sekarang. Begitu pula beliau. Dia bertanya tentang ibuku. 1500 Riyal ku keluarkan dan kuberikan kepada beliau. Segera beliau bertanya, " Maa hadza ?" (Apa ini?) " Al-Baaqi " (Sisanya) jawabku. Lalu beliau berkata, “ Huwa laka ” (Uang itu untukmu).

Aku kembali meminta permintaan kepada Syaikh, “Syaikh, aku ada permintaan”. "Apa itu wahai anakku?"

“Aku ingin bekerja padamu. Jadi pembantu atau yang lain. Aku mohon Syaikh, jangan tolak permintaanku. Semoga Allah senantiasa menjagamu ”. Pintaku. " Hasanan " (setuju) jawabnya.

Lalu aku pun bekerja di rumah Syaikh sampai beliau rahimahullah wafat.

Salah seorang yang dekat dengan Syaikh mengabarkan kepadaku, “Tahukah kamu, saat kau melompati pagar rumah beliau. Dia sedang shalat malam dan mendengar suara di halaman rumah. Lalu dia memanggil bel yang biasa digunakan untuk membangunkan orang-orang di rumah saat shalat wajib saja. Mereka semua terbangun dan mengalami kejanggalan. Lalu dia memberi tahu ada ribut-ribut di halaman. Mereka pun mengungkapkannya ke satpam, lalu satpam menelpon polisi. Tanpa menunggu lama, mereka pun menunggu Anda.

Syaikh pun bertanya apa yang terjadi. Orang-orang di Wisma mengatakan ada pencuri, dan polisi telah menggelandangnya. Syaikh pun marah, lalu bertanya, “Jangan, jangan .. bebaskan dia sekarang dari kantor polisi. Aku yakin dia tidak akan mencuri, kecuali karena sangat terdesak.kejadian selanjutnya seperti yang diceritakan diatas.

Aku (yang bertanya) berkata kepada sahabatku (yang bercerita), “Sekarang matahari telah diterbitkan (sudah pagi). Seluruh umat ini terasa berat dan menangisi perpisahan dengan beliau. Berdirilah sekarang, marilah kita shalat dua rakaat dan berdoa untuk Syaikh rahimahullah .
—–

Semoga Allah senantiasa merahmati Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz dan menempatkannya di surga yang penuh dengan kenikmatan .. Amin ..

Sumber:
- http://forum.islamstory.com/13889-
 https://kisahmuslim.com/4926-mencuri-di-rumah-seorang-mufti.html

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10206680117998491&id=1739728119

Comments

Popular posts from this blog

Tingkatkan Pengetahuan Anda! TAHUKAH ANDA?

Menyambut Ramadhan

Mencampuradukkan ajaran agama lain ke dalam Islam