menipu dng kartu

MENIPU DENGAN KARTU

©elfarakani

Jokowi kembali akan meluncurkan 3 kartu. Kartu untuk biaya kuliah mahasiswa dan kartu belanja ibu-ibu. Narasi yang dibangun adalah dengan kartu-kartu tadi selesailah masalah bayar-bayar kuliah. Dengan kartu belanja masalah ibu-ibu selesai urusan dapur. 

Ooh tidak sesederhana Jae Ferguso. Dulu kau luncurkan Kartu Indonesia Pintar, padahal itu nama lain dari BOS (bantuan operasional sekolah) yang memang sudah dilakukan di jaman SBY. 

Kemudian ada Kartu Indonesia Sehat. Yang sebelumnya sudah ada jamkesmas. Isinya sama, dan sekarang semua kartu itu diintegrasikan dengan BPJS. Padahal BPJS adalah amanat undang-undang JKN tahun 2004. Jadi itu bukan baru, karena Jae hanya buat kartu. 

Lalu kau sekarang kau akan buat kartu mahasiswa. Bukankah sudah ada BIDIKMISI? Ini juga sama hanya numpang buat kartu. Dan Jae juga buat kartu buat ibu-ibu. Bukankah sudah ada program PKH? 

Pembuatan kartu-kartu sebenarnya tak lebih dari branding baru dari produk lama. Memang ada penyempurnaan berupa teknis penyaluran, tapi itu tidak prinsip dan memang harus dilakukan oleh siapa pun presidennya. Jadi program kartu-kartu cenderung hanya untuk menipu bahwa pemerintah ini kerja. 

Menurut data BPJS bahwa rakyat yang menerima PBI (Penerima Bantuan Iuran) sebanyak 92, 4 juta orang. Dan kita tahu sasaran untuk menerima bantuan PBI itu adalah rakyat katagori miskin. Dan semakin hari penerima PBI itu semakin naik. Menurut BPJS target 2019 penerima PBI itu 107,2 juta orang. 

Kalau syarat penerima BPI itu miskin, berarti rakyat miskin itu banyak. Sementara Jae mengklaim jumlah rakyat miskin turun. Menurut BPS (Badan Pusat Statistik) rakyat miskin di Indonesia sebanyak 26,58 juta orang. Jadi data mana yang dipakai? 

Dalam sistem kapitalis program sosial seperti di atas hanyalah program menghibur di atas ketidakmampuan pemerintah untuk mensejahterakan rakyatnya. Di Amerika ada program mirip seperti itu namanya Obama Care. Dan itu diprotes oleh para kaum liberal karena membebebani APBN. 

Di Indonesia yang sudah mengadopsi sistem kapitalisme memandang masalah kesejahteraan sosial  adalah beban APBN. Makanya tanggung jawab pemerintah atas urusan kesehatan dikomersilkan menjadi BPJS. Subsidi BBM dikurangi. Pendidikan tinggi dikomersilkan.  

Dalam kondisi seperti ini, tidak semua rakyat mampu mengakses fasilitas sosial yang layak. Maka lahirlah kartu-kartu yang sebentanya menipu, namun dinarasikan sebagai bentuk rasa kasihan pemerintah terhadap rakyat tak mampu. Padahal urusan kesejahteraan sosial adalah tanggung jawab negara, bukan pemerintah. Jadi siapa pun pemerintahnya maka negara harus hadir dalam masalah ini. 

Coba kita bandingkan anggaran kesehatan 2019, sekitar 121 T dikurangi 74, 25 T untuk menanggung BPI BPJS. Sementara anggran bayar bunga hutang 275,4 T. APBN kita lebih banyak untuk membayar riba dari pada untuk menyehatkan rakyatnya. Itulah makanya mengapa pemerintah menunggak membayar klaim-klaim BPJS di beberapa RS Sakit. 

Kemudian kenapa harus kartu? Kartu itu sebagai identitas, artinya tidak semua rakyat negeri ini akan menikmati program tersebut. Hanya pemegang kartulah yang berhak menikmatinya. Jadi jangan senang dulu, anda yang tidak terkatagori siap-siap gigit jari. 

Sungguh malang memang, terutama yang dianggap kelas menengah. Mereka terkena inflasi, mereka korban-korban harga naik. Namun mereka tidak berhak mendapatkan konvensasi. Ketika inflasi rakyat miskin ada konvesasi, PKH, subsidi BBM atau pendidikan. Namun kelas menengah hanya menjadi korban. 

Persoalan kesenjangan sosial tidak bisa diselesaikan dengan kartu-kartu apalagi mengandung tipu-tipu. Karena  kesenjangan sosial di negeri ini bukan hanya masalah teknis, politis. Tapi lebih ke pada masalah ideologis. 

Bahwa kesenjangan sosial di negeri ini adalah akibat diadopsinya ideologi kapitalisme. Maka selama ideologi ini diterapkan masalah yang akan diatasi dengan kartu-kartuan akan terus bermunculan. Karena ideologi kapitalisme memang didesain untuk memakmurkan individu kaya, bukan memakmurkan rakyat semesta. 

Udah, udah, udah,...kartu bisa menyulap mata rakyat menjadi suara.

#kartu
#jangantertipu

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=787697591616402&id=100011285051886

Comments

Popular posts from this blog

Tingkatkan Pengetahuan Anda! TAHUKAH ANDA?

Menyambut Ramadhan

Mencampuradukkan ajaran agama lain ke dalam Islam