mentalitas pancasila musuh agama
BELAJAR DARI MENTALITAS PROF SUTEKI
Oleh: Dr. Mastori
Prof Suteki telah tampil sempurna di acara ILC pimpinan bang Karni Ilyas kemarin dengan tema 'Agama musuh besar Pancasila?". Sebuah tema yang berawal dari pernyataan sembrono bahwa agama adalah musuh besar Pancasila oleh salah seorang pejabat di negeri ini.
Walaupun pernyataan itu sudah diklarifikasi oleh yang bersangkutan namun klarifikasi itu belum mampu menganulir pernyataan sebelumnya, sebaliknya, justru memperkokoh maksud pernyataan pertama. Bila pernyataan pertama menyebut agama sebagai musuh besar Pancasila, pernyataan kedua justru mempertegas dengan menyebut bahwa ayat suci berada dibawah konstitusi.
Karena itu, dalam paparannya, prof suteki mengidentifikasi bahwa Pancasila telah ditafsirkan secara Marxisme dan Leninisme. Karena ideologi yang memusuhi agama hanya lah ideologi komunisme, ideologi besutan Marx dan Lenin.
Paparan demikian tentu membuat gerah kekuasaan yang diwakili Mukhtar Ngabalin, Fadjroel Rachman, Adian dan kawan-kawan nya. Karena, walaupun mereka menolak diidentikkan dengan komunis tetapi kebijakan dan komentar politik orang orang yang ada dalam lingkaran kekuasaan yang cenderung terus menerus menyerang agama (Islam), membuat publik menilai bahwa Pancasila memang sudah terpapar komunisme.
Pendapat ini terbilang berani dan mewakili perasaan publik, khusus nya umat Islam yang selama ini menjadi bulan bulanan kekuasaan karena sikap kritisnya.
Padahal, bila kita baca riwayat kehidupan prof Suteki, beliau adalah ASN. Sementara ASN saat ini seperti dikondisikan agar menjadi meong penjaga kekuasaan. Bila berani berkomentar kritis terhadap kekuasaan maka harus siap menghadapi pemecatan.
Sosok Prof. Suteki termasuk tokoh akademisi yang mengalami persekusi kekuasaan karena terlibat menjadi saksi ahli atas persoalan hukum yang dialamatkan kepada HTI. Status yang sebenarnya netral dan diakui secara hukum. Namun toh pada akhirnya beliau dipersoalkan dan pada akhirnya dicopot dari seluruh jabatan yang beliau sandang.
Pasca pencopotan itu, mungkin banyak orang mengira bahwa prof suteki akan berhenti dengan pikiran pikiran nya, menyesali sikap kritisnya dan berubah menjadi 'sok bijak'. Namun toh ternyata tidak demikian. Prof Suteki makin 'brutal' dan makin menunjukkan kualitas diri nya dalam menguliti berbagai fikiran dan kebijakan rezim yang kapitalistik, komunistik dan abai terhadap masyarakat kecil.
Dengan demikian, Prof Suteki saat ini bukan hanya milik perguruan tinggi tempat beliau mengabdi tapi milik masyarakat Indonesia yang mendampakan negeri ini menjadi negara yang baldatun Thoyyibatun wa rabbun Ghofur.
Pada titik ini, terlihat bahwa cobaan pertama yang beliau alami pasca jabatan nya dipreteli justru menaikan reputasi beliau dari level kampus kepada level nasional. Suatu capaian yang barang kali belum di capai oleh atasan yang memperkarakannya.
Pelajaran penting yang dapat diambil dari sikap prof suteki, minimal dari perjalanan hidupnya saat ini adalah teruslah melangkah dan menjadi pembela kebenaran, apa pun resikonya. Kita tidak tahu pada titik mana Allah justru akan menaikkan derajat dan reputasi kita. Sangat boleh jadi apa yang kita anggap buruk padahal itu justru yang terbaik untuk kita, begitu pun sebaliknya.
Dan yang terpenting bahwa perjuangan harus diniatkan karena Allah bukan karena sebuah jabatan. Bila itu terjadi lalu apa bedanya kita dengan para politisi yang sikapnya mencla-mencle? Wallahu a'lam
https://www.facebook.com/100038240195877/posts/181382003146472/
Comments
Post a Comment