Hukum salah melafalkan
HUKUM KESALAHAN MELAFALKAN SURAH AL-FATIHAH ALASAN DIALEK?
*Ust. Miftah el-Banjary
"Ustadz, bagaimana hukumnya bacaan surah al-Fatihah yang dibaca keliru, terdengar merubah makna, tapi disebabkan alasan dialek daerah atau pengaruh aksen lokal? Sahkah shalatnya?"
Membaca surah al-Fatihah wajib hukumnya. Syarat sah dan tidaknya shalat sangat ditentukan oleh kefasihan dan ketepatan membaca surah al-Fatihah.
Menurut kaidah ushul fiqh, "Maa laa yatimmu al-wajib illa bihi fahuwa waajib, tidak ada sesuatu menyebabkan terpenuhinya syarat hukum yang wajib, melainkan dengan sesuatu, maka hukumnya juga wajib."
Artinya, jika membaca surah al-Fatihah itu merupakan sebuah kewajiban, maka mempelajari surah al-Fatihah yang sempurna juga wajib hukumnya.
Sebenarnya untuk menguji standar keilmuan agama seseorang dalam membaca al-Qur'an itu gampang, suruh saja dia baca surah al-Fatihah.
Jika al-Fatihah-nya tepat makhrijul hurufnya, benar tajwidnya, pas mad panjang pendek hukum bacaannya, dia teruji mampu membaca al-Qur'an. Begitu seharusnya seorang muslim.
Tapi jika bacaan al-Fatihahnya saja belepotan, makhrijul hurufnya seperti orang kumur-kumur, tidak jelas, tidak fasih, tajwidnya amburadul, panjang jadi pendek, pendek dipanjangkan, nauzubillah sudah. Wajib belajar al-Fatihah lagi.
Bacaan 'alamien menjadi 'ngalamien' tentu keliru. Ini dalam perkara ilmu hukum tajwid.
Bukan menghinakan, tapi beginilah standar keilmuan agama mengaturnya. Bacaan al-Fatihah belum beres, tidak sah shalatnya menurut hukum Fiqh. Shalat tidak sah, belum gugur kewajibannya.
Terus jika ada yang bilang, "Sah saja baca al-Fatihah menjadi al-Fatikah", karena alasan aksen atau pengaruh budaya lokal?
Perhatikan pendapat ulama fuqaha Imam Ibrahim al-Baijury di bawah ini!
ومن أسقط من الفاتحة حرفا أو تشديدة أو إبدل حرفا منها بحرف لم تصح قراءته ولا صلاته إن تعمد..
"Siapa yang hilang satu huruf dari al-Fatihah, atau mentasydidkan, atau mengganti satu huruf dari huruf-huruf bacaan di dalam surah al-Fatihah, maka tidak sah bacaannya dan shalatnya, sekiranya disengaja.. "
وكان اللحن مغيرا للمعنى فإن كانا ناسيا أو جاهلا بطلت قراءته بتلك الكلمة.
"Dan dialek yang merubah makna, sekiranya terlupa atau tidak tahu pun, maka rusaklah bacaannya dengan sebab adanya dialek itu."
(kitab Hasyiah Baijuri halaman 222)
Jadi, aksen lokal atau warna bahasa tidak dapat dijadikan pembenaran bahwa orang boleh saja mengucapkan surah al-Fatihah sesuka hatinya, selama orang itu tidak mengalami cacat pada alat komunikasi. Dia wajib belajar dan memperbaiki bacaannya.
Comments
Post a Comment