Penikmat uang haram

*Kebahagiaan Para Penikmat Uang Haram*

Para penikmat uang haram wa syubhat ini kadang tidak kehilangan akal untuk berargumentasi ketika menerima nasehat. Pernah kami mendengar seorang yang berada di ‘posisi basah’ di pemerintahan berkata, “ah siapa bilang doa saya tidak makbul, buktinya saya minta rezeki, Allah selalu datangkan rezeki

Jadi dia merasa, doanya minta rezeki selama ini makbul, buktinya uangnya semakin banyak (karena rajin korupsi). Orang-orang ngeyel begini persis seperti yang digambarkan oleh Allah di dalam Quran:

وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ قَالُوا إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُونَ أَلَا إِنَّهُمْ هُمُ الْمُفْسِدُونَ وَلَكِنْ لَا يَشْعُرُونَ

Dan bila dikatakan kepada mereka, “Janganlah kamu
membuat kerusakan di muka bumi”. Mereka menjawab,  “Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan.” Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar. (Al Baqarah: 11-12)

Mereka merasa sudah berbuat kebaikan, tidak merasa salah me-mark-up anggaran, membuat surat perjalanan dinas fiktif, memeras peserta tender, menerima macam-macam uang syubhat, karena mereka juga mengadakan ‘perbaikan’, dan merasa doanya dikabulkan oleh Allah dengan semakin banyaknya ‘rezeki.

Mereka tidak menyadari, kesenangan duniawi yang diberikan oleh Allah itu adalah sebuah bentuk istidraj. Apa itu istidraj? Istidraj adalah pemberian kesenangan duniawi oleh Allah kepada manusia yang durhaka kepadaNya, tidak menggunakan hal itu di jalan yang diridhoiNya, sehingga dibiarkan Allah dalam kesenangan duniawi, ditangguhkan adzabnya sampai tiba saatnya kelak. Ketika adzab itu datang, mereka tidak bisa mengelak lagi. Allah memang menangguhkan hukuman buat mereka yang berbuat zhalim. Dalam sebuah hadits shahih, nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

عَنْ أَبِي مُوسَى رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ لَيُمْلِي لِلظَّالِمِ حَتَّى إِذَا أَخَذَهُ لَمْ يُفْلِتْهُ قَالَ ثُمَّ قَرَأَ { وَكَذَلِكَ أَخْذُ رَبِّكَ إِذَا أَخَذَ الْقُرَى وَهِيَ ظَالِمَةٌ إِنَّ أَخْذَهُ أَلِيمٌ شَدِيدٌ }

Dari Abu Musa radliallahu ‘anhu dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta ‘ala akan menangguhkan siksaan bagi orang yang berbuat zhalim. Dan apabila Allah telah menghukumnya, maka Dia tidak akan pernah melepaskannya. Kemudian Rasulullah membaca ayat yang berbunyi, “Begitulah adzab Tuhanmu, apabila Dia mengadzab penduduk negeri-negeri yang berbuat zhalim. Sesungguhnya adzab-Nya itu sangat pedih dan keras.” (HR. Bukhari Muslim. Ayat yang dibacakan nabi adalah Surat Huud : 102)
Dalam hadits lain definisi istidraj ini diberikan secara Jelas;

عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍعَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا رَأَيْتَ اللَّهَ يُعْطِي الْعَبْدَ مِنْ الدُّنْيَا عَلَى مَعَاصِيهِ مَا يُحِبُّ فَإِنَّمَا هُوَ اسْتِدْرَاجٌ ثُمَّ تَلَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ { فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ }

Dari Uqbah bin Amir dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda, “Jika kalian melihat Allah memberikan dunia kepada seorang hamba pelaku maksiat dengan sesuatu yang ia sukai, maka sesungguhnya itu hanyalah merupakan istidraj.” Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membacakan ayat, “Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, Maka ketika itu mereka terdiam berputus asa”. (HR. Ahmad, salah satu perawinya dhaif -lihat catatan di bawah-. Ayat yang dibacakan nabi saw adalah QS. Al-An’am [6] : 44).

Hadits di atas, meskipun sanadnya lemah, kami tampilkan sebagai penjelas dari hadits shahih yang sebelumnya. Karena hadits ini menjelaskan definisi istidraj secara lebih gamblang. Banyak lagi dalil-dalil dari Quran dan hadits tentang istidraj ini. Seharusnya ini cukup sebagai kabar buruk atau peringatan kepada pelaku maksiat yang ke-geer-an, karena sejauh ini mereka merasa happy-happy saja dengan kemaksiatannya tanpa adanya siksa dari Allah.

Banyak contoh-contoh istidraj ini, yang mungkin saja menimpa kita tanpa kita sadari. Ada pejabat karir pemerintahan, merasa baik-baik saja dengan perilakunya memperkaya diri dengan korupsi, karena dia merasa Allah selalu memberkahi dia dengan kenaikan pangkat. Toh meskipun korupsi, dia juga berderma. Dia berkata, “Kalau Allah marah sama saya, pasti karir saya tidak akan sehebat ini.

_Dikutip Dari Buku Halal Haram Jual Beli. Abu Assakha_

Comments

Popular posts from this blog

jenis-jenis Sistem Transmisi mobil

Kudeta Jokowi Mulai Tercium Oleh Prabowo Subianto

Jumlah rakaat shalat tarawih sesuai tuntunan