Sehat dengan memaafkan

SEHAT DENGAN MEMAAFKAN
Oleh : Badrul Munir*)

Ternyata untuk menjadikan tubuh yang  sehat bukan hanya dengan makan bergizi dan berolahraga secara teratur seperti yang kita pahami selama ini, tetapi juga harus ditambah dengan membentuk pribadi positif. Salah satunya membentuk pribadi pemaaf dan menghilangkan sifat mendendam.

Memaafkan sangat baik untuk kesehatan kita  beberapa penelitian menunjukan bukti tersebut antara lain penelitian Lorren Toussaint yang dipublikasikan di Journal of Health Psychology 2016  yang meneliti 148 sampel dewasa dengan cara memberikan kuosinoer untuk melihat kondisi stress dan depresi dihubungkan dengan sikap memaafkan.

Ternyata didapatkan hasil bahwa orang yang pendendam dan sulit memaafkan berpotensi mempunyai kesehatan fisik dan mental yang buruk, sedangkan orang yang mudah memberi maaf baik kepada orang lain maupun kepada dirinya sendiri berpotensi menjadi pribadi menarik, kuat menghadapi stress dan terhindar dari gangguan mental.

Penelitian lain memetakan dan membandingkan  kerja otak berdasarkan MRI fungsional  antara orang yang pemaaf dan pendendam menunjukan hasil yang menarik dimana pribadi pemaaf bagian otak yang disebut dorsolateral prefrontal cortex (DLPFC) lebih dominan dibanding pendendam, fungsi utama DLPFC ini adalah area kognisi artinya seorang pemaaf lebih mampu mengaktifkan pikiran, analisis  dan kecerdasannya dibanding pendendam sehingga lebih arif dan bijaksana.

Sedangkan pendendam lebih aktif di bagian otak medial temporal gyrus (MTG) yang dominan dalam hal emosi dan perasaan negatif.  ( Journal of Frontier in Juman Neuroscience 2013).

Kerja kognisi pada orang pemaaf ini akan menstimulus disekresinya zat kimia otak (neurotransmitter) yang sifatnya menenangkan dan membahagiakan seperti serotonin, endorphin, asetil kholin dan lainnya,  hasil akhirnya meningkatkan daya tahan tubuh dan harapan hidup lebih panjang.

Selain itu juga pada diri pemaaf juga didapatkan kadar  norepinefrin dan epinefrin yang seimbang dibanding pendendam.

Keadaan ini akan menyebabkan kerja jantung lebih stabil, tekanan darah tidak naik dan akhirnya tidak terjadi disfungsi endotel  yang merupakan awal mula terjadinya penyakit berbahaya seperti stroke, serangan jantung sakit ginjal dan lainnya.

Pada diri pemaaf juga didapatkan lebih tahan terhadap stimulus nyeri dibanding pendendam, hal ini dikarenakan kerja sistem yang meredam nyeri di daerah otak bernama hipotalamus lebih efektif dan mampu menahan (inhibisi) stimulus nyeri.

Trik  menjadi Pemaaf
Teori neurogenesis dan neuroplastisitas menunjukan untuk membentuk pribadi pemaaf harus dibentuk sejak tumbuh kembang anak sampai dewasa dengan memberi stimulus dan latihan untuk memberi dan meminta maaf secara terus menerus agar otak membentuk sirkuit dan sinaps otak yang berfungsi untuk memaafkan.

Waallahu a'lam bissowab

*) Dosen Neurologi FK Univ Brawijaya- RS Saiful Anwar Malang

Comments

Popular posts from this blog

jenis-jenis Sistem Transmisi mobil

Kudeta Jokowi Mulai Tercium Oleh Prabowo Subianto

Jumlah rakaat shalat tarawih sesuai tuntunan