SUAMI DAN EGONYA

SUAMI DAN EGONYA

+ Pak Nas... boleh ga sih saya membenci hidup saya sendiri?

Seorang lelaki mendatangi saya dan mengadukan masalahnya.

-: Wooow... keren... ada apa?

+ Hhhh... hidup saya rasa horor pak. Pernikahan saya diambang perceraian. Pertengkaran jadi menu sehari-hari antara saya dengan istri saya. Entah kenapa, dia bawaannya marah terus tiap hari. Kalau dia sudah mulai tinggi, ego saya ikut naik. Akhirnya, ya cek-cok ga ada habisnya.

Istri sudah niat menggugat cerai. Keluarganya semua mendukung. Anak2 sekarang lebih sering dibawa ke rumah orang tuanya. Ya mungkin karena istri saya ga mau anak-anak liat pertengkaran kami.

Entah dimulai dari mana, rasanya keuangan kami baik-baik saja. Saya pun masih suka sama istri saya. Walaupun kadar cinta ya sudah berkurang jauh. Tapi saya ga mau menceraikan dia.

-: Bapak profesi apa?

+ Saya bisnis kecil2an sama istri. Kami kerja berdua. Hasil ya cukup untuk sehari2. Kadang ada lebih, kadang pas turun. Ya standarnya orang usaha. Naik-turun.

-: Bapak ga ada hal apa gitu yang bikin istri ga suka?

+ Ya apa ya... kayaknya ga ada pak Nas. Istri aja yang kurang bersyukur dengan keadaan. Kadang dia memang kepengen sesuatu, kadang bisa saya turutin, tapi ada saat-saat di mana saya ga bisa menuruti. Nah, seringnya dia langsung naik pitam. Aneh aja gitu, perempuan koq gampang marah.

Saya udah bilang sama dia, untuk ikut pengajian. Supaya lebih adem. Tapi cuma iya iya aja. Ga dikerjain. Saya sendiri agamanya kurang, mau ngajarin ga bisa. Lebih baik dia belajar dari orang lain.

Kalau dari sisi saya pribadi, saya merasa baik-baik saja. Ga selingkuh. Saya tetep bantu dia dalam usaha. Saya antar anak sekolah.

Saya mengangguk angguk pelan. Ini tipikal lelaki memang. Egonya tinggi. Ga mudah mengorek sebab dari semua ketidak-normalan hidupnya. Kadang mereka merasa semua baik-baik saja, tapi kenyataan hidup tidak menunjukkan demikian.

Satu hal yang saya fahami, jika seorang ada masalah dalam hidupnya, terutama masalah dengan orang lain, itu hanya akibat prilakunya yang kurang baik. Tapi, siapalah yang mau mengaku kalau dirinya salah. Saya pun harus berhati-hati menunjukkan kesalahannya. Bisa-bisa malah dia marah sama saya, hehe...

-: Anak bapak berapa?

+ Dua pak Nas. Yang pertama kelas 5 SD, yang kedua masih TK.

-: Wah lagi lucu-lucunya ya...

+ Yaaah Alhamdulillah pak Nas. Makanya saya bilang sama istri saya, kamu tuh kurang bersyukur. Allah udah kasi anak. Berapa banyak orang mau punya anak tapi ga punya. Kayaknya hidup kami udah normal2 aja lah pak. Allah kasi nikmat. Tp ya gitu, entah... krn kurang bersyukur, akhirnya hambar dan malah skrg diambang perceraian.

-: Kalau lagi bertengkar gitu, Pernah KDRT?

+ Naudzubillah... Ga pernah pak Nas. Kami seringnya cek-cok mulut aja. Kadang berantemnya di whatsapp. Kadang istri juga ungkit2 kesalahan saya yang dulu. Kesalahan kecil yang menurut saya udahlah ga usah diungkit lagi. Tapi dia senengnya ya gitu.

-: Apa kesalahan-kesalahan kecil itu pak?

+ Ya Allah, paling cuma kesalahan kecil pak. Saya kadang nonton TV sampe malem. Dia ga suka. Kadang saya main game di hape, dia ga suka. Kadang namanya lelaki, saya jalan ama temen2 saya, dia kadang cemburuan, bilangnya saya jalan ama perempuan lain, padahal ga ada. Kadang ada juga tentang saya ngasih uang ke keluarga saya, dia ga suka. Katanya, saya harus izin dia.

Kadang pas urusan jualan, saya agak lambat belanja barang, trus konsumen lari, ya dia marah. Saya udah minta maaf, tetep dia kayaknya dendam banget.

Kalau dia mulai ungkit, saya ungkit kesalahan dia balik, dia malah ga terima. Kayak yang dia paling bersih aja. Nah... yang begitu-begitu yang bikin jadi mulai cek-cok pak Nas.

Saya membatin, dari diskusi ini sebenarnya saya sudah mulai tahu, di mana titik mulanya. Dan siap mengeluarkan jurus untuk memperbaikinya. Tapi tidak mudah... belum tentu juga dia mau melakukannya.

-: Gitu ya... ok gini... Bapak masih mau pertahankan pernikahan?

+ Ya mau pak. Saya ga mau ceraikan dia. Saya mau jadi baik pak Nas.

-: Saya punya satu tips. Kita pakai dulu tips ini, siapa tahu bisa meng

ubah sedikit keadaan. Mau ga?

+ Ya boleh Pak

-: Tapi, ini ga gampang... ngeliat Bapak kayaknya koq saya ga yakin bisa melakukannya...

+ Memangnya apa sih pak? Segitunya... bisa lah saya In Syaa Allah

-: Hehe... ya udah, sip... Gini...

Saya mulai menerangkan ke beliau tentang teori Garis Kebenaran.

*****

Jika seorang penjahat berdarah dingin yang telah membunuh 10 orang, diwawancara, “kenapa koq kamu tega membunuh orang?” Kira2 apa jawaban mereka?

Ternyata, penelitian membuktikan, rata2 menjawabnya adalah karena orang lain itu telah melanggar batas yang dia tetapkan “saya sudah buat garis, siapa orang yang melewati garis saya, saya akan tembak. Mereka tahu garis batas yang saya buat, eeehhh, ada yang lewat ya saya tembak. Dua orang lewat saya tembak. Sepuluh orang lewat ya saya tembak semua. Lalu, siapa yang salah? Kan mereka. Sudah tahu garis batas, malah melanggar”

Ya, pembunuh berdarah dingin memang pandai memberi alasan. Mereka menyalahkan orang lain atas aksi yang dilakukannya. Mereka tidak pernah salah, orang lain lah yang salah.

Ternyata, sifat ini bukan hanya dimiliki oleh pembunuh berdarah dingin, rata-rata manusia memiliki sifat “pembunuh berdarah dingin” ini.

Setiap ditanya atas masalah yang dihadapi, orang dengan type ini selalu mengatakan “saya benar, dia yang salah”. Akhirnya, memang semua masalah hidup terjadi karena prinsip ini.

Dan kebalikannya, ternyata semua solusi terjadi pada saat seseorang mampu membaliknya.

*****

-: Bapak mau bener dan mau dapet solusi? Sederhana, katakan “saya salah, istri yang benar”. Kita membalik prinsip agar hidup kita penuh solusi.

+ Gitu ya pak, koq bisa kita ngaku salah?

-: Kalau bapak tidak mau melakukannya, tidak mengapa, ada manusia paling mulia yang mau melakukannya. Siapa dia? Nabi Muhammad saw.

Apa kurangnya Nabi. Beliau sudah dijuluki Nabi dan Rasul terbaik. Akhlaqnya paling agung. Kata-katanya wahyu.

Kalau kita jadi Nabi... mungkin kita kalau dilempar batu sama orang, kita akan bilang “hey, berani-beraninya kamu melempar saya. Ga tahu kamu, aku ini Nabi? Kamu salah, saya yg dijamin benar oleh Allah”

Mungkin, itu mungkin... kalau kita yg diberikan predikat itu. Tapi, nabi berbeda. Beliau mengatakan “saya salah, saya salah, saya salah... ampuni saya...” 70 sampai 100 kali dalam sehari.

Itulah kalimat istighfar.

Ini kita, belum aja jadi Nabi, tapi selalu ngaku kalau diri kita benar. Setiap cek-cok sama orang lain, kita ambil predikat “selalu benar” ini.

Nah, ini tips dari saya pak... kalau bapak mau hidup bener ama istri dan kembali harmonis, jalankan prinsip ini “saya salah, ampuni saya”

Jadi pak, setiap lagi cek-cok sama istri. Langsung katakan saja dalam hati “saya salah, saya salah, saya salah...” dalam hati. Walaupun dia yang salah, tetep aja bapak bilang bapak yang salah.

+ Hhhhh... gitu ya pak Nas. Apa ini bisa bekerja pak?

-: Yaa buktinya Nabi begitu. Kita pernah sih mengucap istighfar, tapi ga pernah mengaku kalau kita salah. Ucapan istighfar kita ga sampe kalimat awalnya yaitu “saya salah”. Mana mungkin orang minta ampun kalau ga salah.

+ Tapi... jelas-jelas koq pak Nas, istri sy memang banyak salahnya...

Langsung saya potong.

-: Bapak mau bener? Dan dapat solusi?

+ Ya iya pak Nas.

-: Coba kerjakan saja dulu... 7 hari aja... Setiap cek-cok, langsung bilang “saya salah, ampuni saya, astaghfirullah” dalam hati aja... Nanti kalau udah 7 hari belum ada perubahan, kita coba cara lain.

+ Istri saya apa saya bilang begitu juga, supaya dia juga ngaku salah.

-: Waaah ya jaaangan... kan sekarang bapak yang ada di hadapan saya. Biar bapak yang melakukannya. Istri mah ngaku bener juga gpp.

+ Duh... gitu ya pak... enak banget dia pak.

-: Bapak mau solusi gaaa?

Dia hanya terdiam dan mengangguk pelan.

-: Nanti tolong dengarkan audio di channel telegram ya pak, judulnya “garis kebenaran”. Disitu penjelasan saya lebih panjang.

+ Baik pak... Saya coba praktekkan, dan nanti saya kontak pak Nas ya... doakan saya ya pak..

-: In Syaa Allah sy doakan...

BBRP HARI BERLALU

+ Pak Nas... terimakasih atas nasihatnya... ternyata benar ya pa

k... saya banyak salah.

-: Ya, kita semua bersalah pak. Saya pun begitu.

+ Makasih pak... istri saya mulai melunak. Cek-cok masih ada, tapi saya mulai bisa mengendalikan diri. Saya sekarang malah yakin, kalau begini terus, mungkin dia ga akan gugat saya cerai.

-: Alhamdulillah...

+ Ajaibnya, kenapa dia ngikut2an ya pak Nas? Dia sempat bilang, “saya salah” padahal seumur2 kami cek-cok, dia gengsi banget pak ngucapin kata itu.

-: Ya kita saling terhubung pak. Saat bapak bilang “saya benar, kamu salah” maka bapak sedang memprogram istri untuk mengatakan hal yang sama. Akhirnya kan cek-cok. Tapi ketika dibalik, bilang “saya salah, kamu benar” itu juga yang terjadi, istri terprogram mengucapkan hal yang sama. Akhirnya adem dan saling memaafkan.

+ Ya Allah... Makasih banget pak Nas. Saya mau coba dengarkan semua audio yang lain. Semoga saya juga jadi Magnet Rezeki seperti Pak Nas.

-: Aaamiin ya Rabbal ‘Alamiin

*****

Warning Keras : Tulisan ini hanya untuk jadi inspirasi bagi suami. Istri sangat dilarang untuk memaksa suami membacanya. Tapi... jika istri memang mau suaminya berubah, mungkin bisa dimulai dari istri yang mengucapkan pertama kali “saya salah... suami saya yang benar”

Sahabatmu,
Nasrullah
“yang berdoa agar semua menjadi Magnet Rezeki”

Al maidah 114 ayat magnet rejeki

Comments

Popular posts from this blog

jenis-jenis Sistem Transmisi mobil

Kudeta Jokowi Mulai Tercium Oleh Prabowo Subianto

Jumlah rakaat shalat tarawih sesuai tuntunan