HTI Ibarat sedang meruqyah PDIP dengan jarak jauh

HTI Ibarat sedang meruqyah PDIP dengan jarak jauh... Yang membongkar kejahatan partai ini, yang membuli dan yang membakar benderanya tidak ada hubungannya dengan HTI, tetapi kesurupan yang keluar dari mulutnya adalah ormas HTI, KHILAFAH, dan sejenisnya sebagaimana didalam sebuah video gerombolan yang berseragam PDIP dengan tetiakan; "HTI JANCOK !!!!"...
_________________________

"SAYA BUKAN KOMUNIS, SAYA BUKAN KHILAFAH"

Baru satu hari terjadi aksi pembakaran bendera PDIP di depan gedung DPR-RI, besoknya demo tandingan sekaligus protes digelar. Kader dan simpatisan partai banteng moncong putih itu keluar menuju Polres Jakarta Timur.

Para peserta aksi-protes atas pembakaran bendera partainya itu melakukan longmarch. Melalui media sosial, bisa disaksikan isu penting yang ingin mereka mainkan. Poster yang tampaknya menjadi ikon deklarasi mereka adalah "Saya bukan PKI. Saya bukan HTI. Saya PDIP". Sementara poster lain dipajang tak kalah sengitnya: "Go to hell Khilafah".

Tentu menjadi menarik demo 
pada Kamis, 25 Juni 2020 itu. Selain nyaris bisa dipastikan mereka melabrak legalitas kegiatan penyelenggaraan penyampaian pendapat di muka umum, sasaran protes tidak menunjukkan ketersambungan dengan peristiwa satu hari sebelumnya.

Tatacara legalisasi demonstrasi salah satunya diatur tentang pemberitahuan tertulis. Penyelenggara aksi harus melaporkan rencana kegiatannya selambat-lambatnya 3 x 24 jam sebelum turun ke jalan. Pada kegiatan aksi protes oleh DPC PDI Perjuangan Jakarta Timur, pembakaran bendera partainya terjadi sehari sebelumnya. Artinya, patut diduga kuat mereka melakukan demonstrasi ilegal.

Lalu apapula hubungannya antara HTI, Khilafah, serta peristiwa pembakaran bendera merah berlambang kepala banteng moncong putih? Seharusnya tidak sedikitpun terjalin relevansinya. Unjukrasa menolak RUU Haluan Ideologi Pancasila (HIP) yang dianggap menebarkan aroma komunisme pada hari sebelumnya, bukan diprakarsai aktivis-aktivis Khilafah. Tidak pula di tengah suasana berlangsungnya unjukrasa terdapat yel yel "Khilafah... Khilafah... Khilafah...".

Jika protes atas pembakaran bendera PDIP justeru digiring pada bertunasnya opini "Saya bukan PKI. Saya bukan HTI", maka sejak jauh sebelumnya sosial media telah mengangkat barangkali ribuan status setiap harinya yang berupaya menggelindingkan opini yang senada dengan mereka, bahwa HTI sama bahayanya dengan PKI.

Jika protes atas pembakaran bendera PDIP memicu tuntutan "Go to hell Khilafah", maka jauh hari sebelumnya fenomena politik telah bergiliran terjadi. Sejak pencabutan Badan Hukum Perkumpulan (BHP) HTI, monsterisasi sejarah Khilafah, hingga upaya mengisolasi Khilafah dari kesatuan konsepsi Islam serta larangan mendakwahkannya.

Walhasil, patut dicurigai, ada kekuatan tokoh-tokoh berhaluan sosialis yang menyusup melalui partai penguasa. Mereka menyadari sungguh-sungguh, jika berhasrat besar membangkitkan komunisme, beton perintangnya bukanlah Kapitalisme Demokrasi. Sebab dari ruang demokrasilah mereka akan mendapatkan kebebasan bergerak yang sesungguhnya. 

Beton tebal nan tinggi bagi meminggirkan peran agama dalam mengatur irama kehidupan adalah tumbuhnya kesadaran Muslimin Nusantara akan ajaran Islam kaffah sebagai pedoman mereka. Dan proses membumikan sistem Islam sedang berlangsung cantik dan terus memperbesar magnetnya. Sementara stamina dan energi pertahanan Kapitalisme Demokrasi semakin terlihat menyusut dan kelelahan. Dan terhadap Sosialisme Komunis, perspektif Islam tidak berubah semenjak tegaknya kali pertama Daulah Islam di Madinah. Salah satu kewajiban penguasa adalah menutup syiar-syiar (publikasi) jahiliyah, dan membatasi pengamalan ajaran jahiliyah hanya khusus di kalangan entitasnya saja. Mafhum Baginda Rasulullah saw menegaskan perihal ini, "Sesungguhnya Allah telah meletakkan urusan jahiliyah di bawah telapak kakiku."

Umat Islam Indonesia menyegarkan kembali tugas utama itu. Reaksi penolakan RUU Haluan Ideologi Pancasila (HIP) sebagai ekspresi kewaspadaan jangan sampai jahiliyah komunisme bangkit kembali, telah digemakan umat di berbagai tempat, waktu dan ragam even aktualisasi.

Manipulasi isu oleh para demonstran di atas, akhirnya menjadi semakin mudah diduga tendensinya. Deklarasi "Saya bukan PKI. Saya bukan Khilafah. Saya PDIP" melahirkan kecurigaan berlipat ganda.

Dan kecurigaan terbesarnya adalah adanya jaringan haluan Sosialisme yang kuat dan mapan bergerak di negeri ini. Mereka merasa terancam dengan pergerakan mendakwahkan nilai-nilai Ketuhanan, dalam pengaturan sistem Islam yang momentum kedatangannya pasti!@
•••••••••••

Referensi:
Ustadz Ahmad Khozinudin, SH:
"Kami Bukan Komunis, Kami Bukan Kapitalis, Kami Pejuang Islam!"

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10207348050856776&id=1751132304

Comments

Popular posts from this blog

jenis-jenis Sistem Transmisi mobil

Kudeta Jokowi Mulai Tercium Oleh Prabowo Subianto

Jumlah rakaat shalat tarawih sesuai tuntunan