Solusi upacara biaya mahal

dari semeton tyang yg tyang hormati : Shre Damar Ganacakra

*Ida Pandita Agni Shri Anantadamar Ganachakra*

Pengalaman saya pribadi, di tahun 2006 saya pernah masuk islam dan sertifikatnya sama persis seperti di foto itu.

Alasan saya karena tidak punya uang untuk bekal mati. Sebagai seorang trah ksatria saya harus menyiapkan dana minimal 15 juta untuk ngaben dg kajang satria.

Setidaknya begitulah kenyataanya waktu ajik saya tercinta meninggal tahun 2006, tak ada satupun rohaniawan Hindu (pandita) saat itu yg berani muput ngaben seorang ksatria dg banten sederhana
( karena saya hanya punya uang 8 juta saat itu) dg alasan kajang satria lebih banyak bantenya dibanding kajang sudra.

Ini membuat saya berontak dan masuk islam, (4 hari setelah ajik saya upacara ngaben) dg alasan yang sangat konyol yaitu tidak punya uang untuk persiapan BANTEN kalau saya mati kelak.

Saya masuk islam bersamaan dg 15 KK lainya yg masuk Kristen dg alasan banten ngaben kurang yang menyebabkan ngeletehin desa sehingga 15 KK itu harus membuat upacara Rsi Gana Desa dengan biaya 125 juta saat itu (th 2006).

Betapa beratnya menjadi Hindu dr sisi ekonomi lemah, itu adalah sebuah FAKTA yg tak usah malu dan ragu bagi kita utk mengakuinya.

Selanjutnya th 2009 saya digundul menjadi seorang Budha, sehingga sertifikat hijau islam itu saya bakar di sungai musi palembang.

Th 2011 saya kembali ke pangkuan Hindu Veda (bukan Hindu Bali) karena berdasarkan kesederha naan Veda, berkat seorang mahaguru dr India selatan yg tiba2 berkunjung kerumah saya (sebuah keajaiban).
Selanjutnya tahun 2015 saya diksa menjadi Pandita Agni, serta saat ini sedang menempuh pendidikan Yogarsi di Uttarakhand, sebuah pendidikan untuk persiapan menjadi seorang sanyasi.

Bahan utama pendidikan kesederhanaan Hindu Veda yg saya dalami adalah Bhavisya Purana, Agni Purana, Ganesha Purana, Catur Veda, Surya Upanisad dan Bhagavadgita.

Sekarang saya tak lagi khawatir atas mahalnya bekal mati sebagai orang Hindu, karena saat ini saya sudah berani mimpin upacara ngaben tradisi surya hanya dg satu banten pejati seharga 45.000 rupiah,

12 hari kemudian upacara ngeroras lagi2 hanya dg satu banten pejati seharga 45.000 rupiah dan ditutup dg upacara ngelinggihang hanya dg satu buah daksina seharga 8.000 rupiah.

Itu sudah merupakan banten kelas tertinggi. Kalau mau lebih murah lagi cukup dg pancopacara puja : dipa, dupa, air, bunga, gandham.

Ternyata Hindu yg sebenarnya sangat SEDERHANA dan begitu INDAHNYA, sehingga kembali ke pelukan Veda sungguh sebuah berkah yg tiada tara.... Suksme Hyang Widhi.

Guru Diksa saya Shri Dewanatha Acharya Ramaaditya (skr Sanyasin yg bertapa di  bongkol gunung himalaya) dan Ida Pedanda Nabe Gde Ketut Sebali Tianyar Arimbawa (Grya Tegeh Karangasem, mantan Dharma Adhyaksa PHDI Pusat)

Beliau telah melahirkan 168 nanak pandita di lampung, bali, lombok, kalsel, sulsel yg siap berupacara sederhana.

Dharma Adhyaksa kita sudah mengkampanyekan Hindu Mardava (Kesederhanaan Hindu) sejak tahun 1995 dimulai dr Puri Pemecutan Denpasar dg nanak pertama Ida Rsi Agung Satya Prema Agni (kebetulan beliau masih keluarga besar saya).

Namun sampai sekarang masih banyak pembangkangan bahkan dari sebagian para pandita Sabha Pandita PHDI itu sendiri, kenapa?

Karena BISNIS BANTEN keluarganya terancam gulung tikar. Sebuah FAKTA  lagi bahwa bisnis spiritual Hindu sudah menjadi pekerjaan utama, sehingga kampanye mardava/kesederhanaan berupacara akan butuh 2 generasi lagi (cucu kita) yg nanti akan menerapkanya.

Mari kita mulai dr sekarang, dari diri sendiri. *Sadhu.  Swaha*  😇 🕉 🌺 🌻 🍀

Comments

Popular posts from this blog

janganlah kalian kotori dengan masuk ke dalam kubangan politik

Never attempt anything without complete information.

SEMUA ORANG PUNYA LUKA DAN EMOSI