KHILAFAH AJARAN ISLAM, GUS MIFTAH LEBIH BAIK BACA KITAB DULU SEBELUM MULANG NGAJI
*KHILAFAH AJARAN ISLAM, GUS MIFTAH LEBIH BAIK BACA KITAB DULU SEBELUM MULANG NGAJI*
Oleh : *Ahmad Khozinudin*
Sastrawan Politik
_"Lho, khilafah ideologi? Kian ngawur aja ente. Frasa ideologi terdiri dari kata "ideo" (ide) dan "Logos" (logika, akal, rasio) lahir dari Aristoteles, tahun 1200. Murid Aristoteles adalah Al Farobi, yg dlm ilmu filsafat dikenal 'bapak kedua filsafat' setelah Aristoteles."_
*[Joko Edi Abdurahman, 9/5]*
Mantan anggota DPR RI yang juga menjabat sebagai Wakil Sekretaris LPBH NU periode 2015-2020, Joko Edi Abdurahman mengkritik pernyataan Gus Miftah yang mengklasifikasi Khilafah sebagai ideologi. Pria yang akrab disapa Joker ini mempertanyakan penyematan kata ideologi pada pembahasan terma Khilafah sebagaimana disebutkan Gus Miftah.
Gus Miftah sendiri menyatakan orang yang secara agama berakidah ahlul sunnah wal jamaah, namun ideologi negaranya adalah khilafah sebagai orang-orang yang sangat menipu. Bahkan, orang seperti ini menurut Gus Miftah sangat berbahaya.
Hal itu disampaikan Gus Miftah di acara buka bersama di kantor PDIP, yang dihadiri Sekjen DPP PDIP Hasto Kristiyanto, Wasekjen PDIP Arif Wibowo, Ketua Umum Baitul Muslimin Indonesia Hamka Haq, Ketua DPP PDIP Rokhmin Dahuri, Zuhairi Misrawi, dan Anggota Komisi VI DPR Deddy Yevri Sitorus.
Hadir pula sekjen parpol koalisi yang hadir diantaranya Arwani Thomafi dari PPP, Sekjen PKB Hasanuddin Wahid, Sekjen PBB Afriansyah Noor, Sekjen Perindo Ahmad Rofiq, Sekjen PKPI Verry Surya Hendrawan, Sekretaris Dewan Pembina PSI, Raja Juli Antoni. Mantan Sekjen yang kini merupakan Wakil Ketua Umum PPP, Arsul Sani juga sempat hadir. (6/5).
Gus Miftah ini ngajinya kurang jauh, baca kitabnya terbatas sehingga mengklasifikasi Khilafah sebagai ideologi. Padahal, Khilafah adalah ajaran Islam yang hukumnya wajib.
Mengenai wajibnya Khilafah, telah banyak ulama ahlus sumnah yang menyampaikannya. Kalau Gus Miftah belum sempat baca kitabnya, saya bantu menukilnya.
Imam an Nawawi (w. 676 H) dalam Syarh Shohih Muslim (12/205) menulis :
وَاَجْمَعُوْا عَلَى اَنَّهُ يَجِبُ عَلَى الْمُسْلِمِيْنَ نَصْبُ خَلِيْفَةٍ، وَوُجُوْبُهُ بِالشَّرْعِ لَا بِالْعَقْلِ
Dan mereka (kaum muslimin) sepakat bahwa sesungguhnya wajib bagi kaum muslimin mengangkat Khalifah, dan kewajiban (mengangkat khalifah ini) ditetapkan dengan syara’ bukan dengan akal.
Imam an Nawawi juga mengaitkan kewajiban mewujudkan Imamah (Khilafah) ini dengan kewajiban membentuk peradilan Islam,
لَا بُدَّ لِلْأُمَّةِ مِنْ إِمَامٍ يُقِيمُ الدِّينَ، وَيَنْصُرُ السُّنَّةَ، وَيَنْتَصِفُ لِلْمَظْلُومِينَ، وَيَسْتَوْفِي الْحُقُوقَ وَيَضَعُهَا مَوَاضِعَهَا
“Adanya imam (khalifah) yang menegakkan agama, menolong sunnah, memberikan hak bagi orang yang dizalimi serta menunaikan hak dan menempatkan hal tersebut pada tempatnya merupakan suatu keharusan bagi umat Islam”.
Bahkan Ibnu Hajar Al Haytami Al Makki Asy Syafi’i (wafat 974 H) dalam kitabnya, as Shawâiq al Muhriqah juz 1 hal 25 menyebut bahwa penegakan khilafah adalah kewajiban terpenting,
اعلم أيضا أن الصحابة رضوان الله تعالى عليهم أجمعين أجمعوا على أن نصب الإمام بعد انقراض زمن النبوة واجب بل جعلوه أهم الواجبات
“ketahuilah juga bahwa sesungguhnya para shahabat r.a telah ber ijma’ (sepakat) bahwa mengangkat imam (khalifah) setelah zaman kenabian adalah kewajiban, bahkan mereka menjadikannya sebagai kewajiban yang terpenting”.
Ungkapan bahwa khilafah merupakan ahammu al wâjibât (kewajiban terpenting) juga dinyatakan oleh Imam Hasan al-‘Aththar dalam Hasyiyah Jam’u al-Jawami’, Juz II/487. Imam as-Safarinial-Hambali dalam kitabnya, Lawâmi’ al-Anwâr,Juz II/419. Imam Syamsuddinar-Ramli dalam Ghâyah al-Bayân: Syarhu Zubad Ibn Ruslân, hal 23.
Itu hanya sekelumit contoh, tentang pandangan ulama ahlussunah terhadap Khilafah. Lalu, dengan deskripsi Khilafah Gus Miftah yang amburadul, apa berani Gus Miftah menyatakan Imam An Nawawi dan Ibnu Hajar Al Haytami Al Makki Asy Syafi’i sebagai penipu ? berbahaya bagi umat ?
Gus Miftah, semestinya bicara yang menipu dan berbahaya itu orang yang mengaku ahlussunah wal jamaah tapi korupsi. Itu berbahaya bagi eksistensi bangsa dan negara.
Didepan petinggi partai, semestinya Gus Miftah tunjuk hidung yang berbahaya itu Juliari Peter Batubara dari PDIP, atau minimal Harun Masiku. Yang bahaya itu yang korupsi bansos, E KTP, BLBI, Jiwasraya, dll.
Khilafah tidak pernah korupsi, kenapa dijadikan kambing hitam ? tetapi saya bisa pahami kenapa Gus Miftah tidak mungkin berani menyatakan yang berbahaya itu Harun Masiku. Ini hanya soal 'Bisyaroh' saja. [].
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=101038438814971&id=100067264440410
Comments
Post a Comment