TIDAK BOLEH DAN TIDAK SHAH PEMBAYARAN ZAKAT FITHRI DENGAN MATA UANG !
Bismillah
Silsilah Zakat Fithri (4)
Kembali Ana Ingatkan :
TIDAK BOLEH DAN TIDAK SHAH PEMBAYARAN ZAKAT FITHRI DENGAN MATA UANG !
(Dilengkapi dengan Fatwa Ulama Empat Madzhab dan Para Ulama Lainnya dari Zaman ke Zaman atas Masalah Ini)
By: Berik Said
Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma menceritakan:
فرض رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ زَكَاةَ الْفِطْرِ صَاعًا مِنْ تَمْرٍ أَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيرٍ
"Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mewajibkan zakat fithri sebanyak satu sha’ kurma atau satu sha’ gandum".
[HSR. Bukhari no.1503 dan Muslim no.984]
Sementara dalam hadits yang berasal dari Abu Sa’id Al-Khudri disebutkan tentang yang dijadikan zakat fithri yakni:
صاعًا من طعامٍ، أو صاعًا من شَعيرٍ، أو صاعًا من تَمرٍ، أو صاعًا من زَبيبٍ،
"1 sha’ dari bahan makanan, 1 sha’ gandum, 1 sha’ kurma, 1 sha’ gandum atau 1 sha’ kismis".
[HSR. Bukhari no.1437 dan Muslim no.985]
Dalam riwayat lain -masih dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiallahu ’anhu- disebutkan:
أو صاعًا من أقِطٍ
"Atau satu sha’ dari keju“.
[HSR. Muslim no.985]
Dari hadits-hadits di atas dapat diketahui bahwa, ZAKAT FITHRI ITU BERUPA MAKANAN POKOK, terutama makanan pokok yang masyhur di daerahnya, baik berupa gandum, kurma, kismis, keju atau dinegeri kita beras dan lain-lain yang termasuk bahan makanan pokok.
Ibnu Taimiyyah rahimahullah saat menjelaskan mengapa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menggambarkan alasan dijadikannya kurma atau gandum sebagai barang yang dijadikan zakat fithri, maka beliau berkata
وَالنَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَرَضَ زَكَاةَ الْفِطْرِ صَاعًا مِنْ تَمْرٍ أَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيرٍ ؛ لِأَنَّ هَذَا كَانَ قُوتَ أَهْلِ الْمَدِينَةِ
"Dan adalah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mewajibkan zakat fithri dengan satu sha’ kurma atau satu sha' gandum, karena ini (kurma dan gandum) adalah MAKANAN POKOK penduduk Madinah".
Majmu’ Fatawa [XXV:68-69]
Atas dasar itu JUMHUR (MAYORITAS ULAMA) menyatakan bahwa ZAKAT FITHRI METI BERUPA MAKANAN POKOK, terutama makanan pokok penduduk di wilayahnya.
Ini adalah Madzhab dari
• sejumlah Ulama Malikiyah, diantaranya diutarakan oleh Al Baaji dalam Al-Muntaqa Syarh Muwatha’ [II:188],
• Syafi'iyah (Raudhatut Thalibin [II:303], karya Imam Nawawi,
• salah satu riwayat dari Imam Ahmad rahimahullah Al-Mughni [III:85],
• Ibnul Qayyim rahimahullah dalam I’laamul Mauwaqqi’in [III:11], Syaikh bin Baaz rahimahullah dalam Majmu’ Fatawa-nya [XIV:207],
• Syaikh Al 'Utsaimin rahimahullah dalam Majmu’ Fatawa-nya [XVIII:283].
Lebih dari itu MAYORITAS ULAMA MELARANG MEMBAYAR ZAKAT FITHRI DENGAN MATA UANG WALAU MISAL MATA UANGNYA SENILAI ATAU BAHKAN LEBIH DARI HARGA MAKANAN POKOK.
IMAM NAWAWI rahimahullah menyatakan:
وَلَمْ يُجِزْ عَامَّةُ الْفُقَهَاءِ إِخْرَاجَ الْقِيمَةِ وَأَجَازَهُ أَبُو حَنِيفَةَ
"Segenap (mayoritas) ahli fiqih TIDAK MEMPERBOLEHKAN PEMBAYARAN ZAKAT FITHRI DENGAN MATA UANG PENGGANTI, selain Abu Hanifah rahimahullah".
(Syarah Shahih Muslim [VII:61-62])
Kata IBNU QUDAMAH rahimahullah:
أنَّ النبيَّ صلَّى الله عليه وسلَّم فرَضَ الصَّدقةَ في أنواعِ الطَّعامِ، فمَن عَدَل إلى القِيمةِ، فقد ترَكَ المفروضَ
"Sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mewajibkan shadaqah (zakat fithri) dalam berbagai jenis makanan (pokok), maka BARANGSIAPA MENGGANTINYA DENGAN MATA UANG, , berarti ia telah MENINGGALKAN DARI SESUATU YANG DIWAJIBKAN (oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam)".
(Al-Mughni [III:87])
SYAIKH BIN BAAZ rahimahullah berkata:
لا يجوز إخراج القيمة في قول أكثر أهل العلم ، لكونها خلاف ما نص عليه النبي صلى الله عليه وسلم وأصحابه رضي الله عنهم
"TIDAK BOLEH MENGELUARKAN/MEMBAYAR DALAM BENTUK UANG yang senilai zakat fitrah menurut pendapat kebanyakan Ulama, karena menyelisihi apa yang ditetapkan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan para Shahabatnya radhiallahu 'anhum".
(Majmu’ Fatawa-nya [XIV:32])
SYAIKH AL ‘UTSAIMIN rahimahullah berkata:
إخراجها نقداً فلا يجزئ، لأنها فرضت من الطعام.
"Mengeluarkan dalam bentuk uang itu TIDAK SHAH, karena zakat itu diwajibkan DALAM BENTUK MAKANAN (POKOK) ".
(Majmu’ Fatawa-nya [XVIII:265])
Syaikh Al 'Utsaimin rahimahullah juga berkata:
أنَّ زكاةَ الفِطرِ عبادةٌ مَفروضةٌ مِن جِنسٍ معيَّنٍ، فلا يُجزِئُ إخراجُها مِن غَيرِ الجِنسِ المعيَّنِ، كما لو أخرَجَها في غيرِ وَقتِها المعيَّنِ
"Sesungguhnya zakat fithri adalah suatu ibadah yang telah ditetapkan jenisnya, (yakni berupa makanan pokok -pent), maka TIDAK DIPERBOLEHKAN MEMBAYARKAN ZAKAT FITHRI DENGAN (MAKANAN POKOK) YANG BUKAN JENIS YANG TELAH DITETAPKAN TERSEBUT. Ini sama dengan mengeluarkan zakat fithri di bukan waktu yang telah ditentukan".
(Majmu’ fatawa wa Rasa’il [XVIII:284])
SYUBHAT YANG MEMBOLEHKAN PEMBAYARAN ZAKAT FITHRI DENGAN MATA UANG
Uang lebih mudah digunakan dan lebih diperlukan saat ini oleh orang yang miskin.
JAWABAN ATAS SYUBHAT TERSEBUT
Pertama
Uang telah dikenal di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bersamaan dengan itu telah diketahui oleh kita semua bahwa seandainya ada perkara yang paling mudah bagi ummatnya yang masih dalam batas syari’at, maka beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu akan memilihkan yang termudah.
Namun dalam kenyataannya, saat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan pilihan barang yang dapat dijadikan zakat fithri, beliau memberikan alternatif seluruhnya berupa makanan pokok sebagaimana beberapa dalilnya telah dikemukakan di atas.
Sungguh, seandainya mata uang juga merupakan alternatif yang dibolehkan dengan anggapan lebih mudah dan lebih dibutuhkan, sudah barang tentu tanpa kita gurui lagi beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam akan menjadikan mata uang sebagai salah satu alternatif tersebut, karena -sekali lagi- mata uang pun telah dikenal di zaman beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Kedua
Ulama telah sepakat bahwa dalam kurban, maka hewan kurban tidak boleh diganti dengan mata uang.
Kalau seandainya alasan penggantian dengan mata uang untuk zakat fithri dibenarkan, maka tentu alasan penggantian mata uang hewan kurban jauh lebih logis, dikarenakan sudah pasti membawa-bawa hewan kurban jauh lebih ribet daripada membawa-bawa 2,5/3 Kg beras atau makanan pokok serupa. Tapi kenyataannya tidak ada satupun Ulama -sepanjang pengetahuan kami- yang berpendapat demikian.
Maka dengan ini, zakat fithri hendaklah berupa makanan pokok dan tidak boleh diganti dengan mata uang.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم
Comments
Post a Comment