Eka P: Demokrasi vs Monarki
Banyak orang yang membandingkan pemerintah Jepang dan Indonesia. Tanpa melihat sistem pemerintahan kedua negara yang berbeda.
Indonesia negara demokrasi. Jepang negara monarki. Presiden Indonesia dwi fungsi, pemimpin negara sekaligus pemimpin pemerintahan. Sedangkan Jepang, ada kaisar sebagai pemimpin negara dan ada perdana menteri sebagai pemimpin pemerintahan.
Keberadaan kaisar membuat visi misi negara Jepang relatif tetap terjaga. Tidak banyak terpengaruh oleh perebutan kekuasaan kaum oligarki. Kebijakan yang dibuat tidak terlalu mudah ditarik ulur oleh kekuasaan harta. Kaisar tetap berperan sebagai The Godfather dari semua kelompok oligarki. Kekuasaannya mutlak turun temurun. Tidak bisa dibeli dengan uang. Meskipun banyak negara monarki dimana kaisarnya tunduk pada perdana menteri. Tapi tampaknya tidak dengan Jepang.
Indonesia masa lalu sempat sedikit menyerupai sistem pemerintahan Jepang. Meskipun tetap dikemas dalam bungkus demokrasi. Soekarno sempat ditampuk sebagai presiden seumur hidup. Digantikan Soeharto yang juga berusaha melegalkan diri sebagai penguasa selamanya melalui pemilu-pemilu yang penuh kepalsuan.
Pemilu mayoritas dikuasai oleh mereka yang punya kekayaan. Salah satu contoh kecil silahkan lihat para anggota DPR yang muda belia. Berapa besar kekayaannya. Jika tak punya harta memiliki kedudukan di negeri demokrasi hanya mimpi belaka. Silahkan dihitung berapa biaya pemilu yang diperlukan. Berapa amplop serangan fajar yang dikeluarkan. Berapa banyak bingkisan yang dikemas untuk memperoleh suara rakyat. Silahkan dilihat siapa yang berdiri di belakangnya. Tak jauh-jauh, orang tuanya biasanya juga seorang penguasa.
Kedudukan yang lain juga sama saja. Silahkan lihat berapa kekayaan orang-orang yang mencalonkan diri. Kalaupun ia tak punya harta silahkan cari tahu siapa yang berdiri dibelakangnya. Kaum oligarki jika tidak bisa tampil sendiri mereka akan cari orang lain untuk mewakili.
Tidak ada yang bisa menggantikan Soekarno maupun Soeharto. Hanya mereka berdua yang bisa menundukkan semua kaum oligarki dalam satu bendera. Ketika mereka berdua digantikan, berbagai kelompok oligarki menjadi liar. Masing-masing ingin tampil unjuk gigi. Membentuk parpol sendiri-sendiri. Memperebutkan tidak hanya suara rakyat namun juga kelompok oligarki yang lebih tinggi.
Indonesia tampaknya belum siap menjadi negara demokrasi seutuhnya. Lebih baik kembali ke sistem demokrasi terpimpin sebelum semuanya terlambat.
*Pendapat receh sebelum cuci piring 😎
https://www.facebook.com/1428354522/posts/10220648360265439/
Comments
Post a Comment