Pendidikan untuk memerangi radikalisme
RADIKALISME TIDAK BISA DIPERANGI?
Indonesia darurat radikalisme? Jelas. Bisakah radikalisme diperangi? Menurut saya tidak bisa. Makin diperangi maka mereka akan makin menjadi. Ini berhubungan dengan belief system, mindset, sugesti bawah sadar, iman dan semangat berjuang demi Tuhan dan agama (jihad). Bisakah NU membantu pemerintah melakukan upaya deradikalisasi? Sulit karena mereka juga tidak percaya bahkan juga tidak suka (atau bahkan membenci) NU.
Lalu apa yang harus dilakukan? Dalam tataran ideologi dan pola pikir maka pemikiran harus dilawan dengan pemikiran lain, bukan dengan tindakan. Teroris bisa dibunuh tapi terorisme justru akan makin berkembang. Makin ditekan dan direpresi maka ego, kebencian dan perlawanan mereka justru akan makin menguat. Mereka tidak takut dengan hukuman dari pemerintah karena bahkan justru mati demi agama itulah yang mereka kejar demi untuk meraih surga – katanya.
Terus terang saya dulu juga termasuk fanatik, agak radikal dan punya semangat jihad yang tinggi. Saya paham sekali dengan pola pikir mereka karena saya pernah berada di sana cukup lama, hingga beberapa tahun. Jadi saya paham betul bahwa radikalisme bukanlah suatu hal yang mudah diperangi apalagi jika keyakinan dan ideologi ini sudah merasuk ke dalam hati, jiwa dan pikiran bawah sadar seseorang.
Tapi untunglah yang menyelamatkan saya dari pola pikir yang sesat dan keliru itu adalah rasa ingin tahu saya yang sangat besar serta hobi saya yang gila baca. Belakangan saya tahu dan sadar (setelah melalui proses pergulatan batin yang cukup berat dan lama) bahwa ternyata semua itu salah. Jika dinilai dari sudut pandang dan tolok ukur pemahaman saya yang dahulu maka mungkin sekarang ini saya sudah bisa dibilang murtad dan kapir – dan terus terang saya sama sekali tidak peduli disebut demikian - karena barangsiapa yang pernah melihat apa yang ada di balik tirai maka dia sudah tidak bisa dibohongi lagi tentang apa yang ada dibalik tirai tersebut.
Berbagai tulisan kritis mulai dari yang lunak sampai yang tajam, pedas dan keras sudah saya lontarkan tapi tetap tidak bisa membawa hasil yang maksimal. Yang radikal justru akan makin kuat sifat radikalnya. Itulah sebabnya sekarang saya akan melakukan terobosan dan karya nyata dengan menulis buku-buku bertema spiritual karena dari bacaan-bacaan yang bertema inilah yang telah mengubah pandangan saya dan menyelamatkan saya dari kepicikan dan kejumudan cara berpikir saya yang lama.
Indoktrinasi dan metode cuci otak mereka sangat efektif dengan balutan perintah Tuhan, ancaman neraka dan iming-iming surga, padahal itu semua hanyalah alat bagi mereka untuk membutakan masyarakat, mematikan nalar kritis dan menumpulkan hati nurani sehingga mudah diperalat dan dimanipulasi demi ambisi kekuasaan mereka saja. Namun jika kita mau mempelajari spiritualisme dan mengembangkan kewarasan, kecerdasan dan kesadaran kita maka semua propaganda mereka itu tidak lain hanya ilusi dan fatamorgana saja.
Jika dulu pikiran saya bisa terbuka dan berubah maka begitu pula harapan saya jika ada orang lain yang membaca tulisan saya. Menulis buku seperti ini seakan saya sedang kilas balik proses pencarian saya dahulu. Saya dulu tidak cukup beruntung untuk menemukan buku yang menjelaskan secara cukup lengkap sehingga harus mencari dan menekuni banyak buku seperti merangkai kepingan-kepingan puzzle yang bertumpuk tak beraturan dan berserakan. Sangat rumit dan serba membingungkan.
Dengan menulis buku seperti ini seakan saya sedang membalas jasa dan mengembalikan kepada alam semesta atas apa yang dulu pernah diberikan kepada saya berupa pemahaman dan pengertian yang lebih tinggi. Misi utama saya tetap pada melawan radikalisme dan mengupayakan terjalinnya Persaudaraan Universal tanpa membedakan suku, agama, ras dan kasta hanya saja kini cara saya berbeda. Semoga apa yang saya lakukan ini mendapat dukungan dari alam semesta dan juga Anda semua.
Salam Sadar
(NB : Malala Yousafzai, gadis Pakistan yang selamat meski ditembak di bagian kepala dan lehernya oleh Taliban saat pulang dari sekolah karena dia gemar mengkritik kelompok teroris yang pernah berkuasa di Pakistan itu. Dia kemudian menjadi aktivis anti terorisme dan menjadi penerima Nobel Perdamaian termuda. Dia mengatakan bahwa terorisme tidak bisa dibasmi dengan senjata melainkan dengan pendidikan.)
.
.
.
Muhammad Zazuli
Comments
Post a Comment