Gebrakan pilihan menteri di kabinet maju
FOKUS MEMERANGI RADIKALISME
Jika pada pelantikan Kabinet Kerja 5 tahun lalu yang mencuri perhatian publik adalah Susi Pujiastuti, pengusaha wanita yang hanya berijasah SMP, merokok, bertato dan cuek (yang kemudian menjadi heboh lagi dengan kebijakannya menenggelamkan kapal-kapal asing pencuri ikan), kini pada pelantikan Kabinet Indonesia Maju setidaknya ada 3 nama yang sempat mencuri perhatian kita yaitu :
1. Prabowo, rival dan pesaing terbesar Jokowi selama 5 tahun ini sekaligus tokoh pemimpin oposisi yang kemudian menjabat sebagai Menteri Pertahanan.
2. Nadiem Makariem, pendiri dan boss Go-jek yang dipercaya sebagai Mendikbud.
3. Jend (purn) Fachrul Razi, mantan wakil Panglima TNI yang diangkat sebagai Menteri Agama.
Diangkatnya Prabowo sebagai Menhan terbukti berhasil memporak-porandakan kekuatan kubu oposisi yang selama ini sangat kritis bahkan terkesan anti dengan pemerintahan. Dengan masuknya Prabowo ke dalam Kabinet bisa jadi Jokowi ingin menyampaikan pesan agar Indonesia kembali damai dan bersatu sekaligus bergandengan tangan untuk bisa bersama-sama membangun bangsa. Langkah ini sekaligus memperjelas peta mengenai siapa “musuh Jokowi” yang sebenarnya.
Diangkatnya Nadiem sebagai menteri termuda sepanjang sejarah Indonesia sekaligus satu-satunya Mendikbud yang berasal dari kalangan bisnis dan bukannya dari dunia pendidikan / akademisi juga menjadi sebuah terobosan baru yang mungkin tidak terpikirkan oleh banyak orang. Pendidikan yang berbasis tehnologi dan korelasi dengan dunia kerja untuk menjadikan SDM yang siap bersaing mungkin menjadi sasaran Jokowi kali ini.
Nah yang paling mengejutkan bagi saya adalah terpilihnya mantan Jendral Kopassus sekaligus mantan wakil Panglima TNI Fachrul Razi menjadi Menteri Agama. Menag yang selama ini hampir selalu dipegang dan menjadi jatah NU kali ini dipercayakan kepada seorang militer. Tentu penunjukan ini bukan sembarangan dan pastilah sudah melalui berbagai pertimbangan yang matang. Kondisi Indonesia yang saat ini darurat radikalisme tentulah menjadi alasan utama kenapa Jokowi memilih sosok ini.
Dengan terpilihnya Jendral Fachrul Razi seakan Jokowi ingin menyampaikan pesan bahwa sekarang sudah tidak saatnya lagi orang bebas berteriak dan memaki atas nama agama. Dari wawancara beberapa media terhadap Fachrul Razi tampak sekali sikap dan ketegasannya serta komitmennya terhadap NKRI. Para ustad dan ulama Wahabi Salafi radikal yang selama ini seenaknya menebar ujaran kebencian dan permusuhan di antara sesama anak bangsa terpaksa harus siap berhadapan dengan hukum.
Menurut Fachrul Razi dia akan melakukan pendekatan persuasif terhadap tokoh-tokoh ulama atau ustadz yang dianggap radikal untuk diajak bicara secara empat mata. Namun jika hal itu tidak membuahkan hasil maka dia tidak akan segan berkoordinasi dengan instansi lain yang terkait (misal Polri) untuk melakukan eksekusi dan penindakan jika terbukti ada pasal dan hukum yang dilanggar.
Terus terang saya bangga dan optimis dengan Jendral yang bersama SBY dulu turut menandatangani surat pemecatan Prabowo ini. Saya yakin di tangannya maka radikalisme yang selama ini seakan tidak pernah berhasil efektif diatasi bisa mulai berkurang dan negeri ini kembali damai dan bersatu lagi.
Salam Bhinneka
KataKita
Comments
Post a Comment