Pergantian petral dan detailnya

MENGELOLA NEGARA ITU TIDAK SESEDERHANA NUNGGU CUCIAN KERING

Oleh: Mardigu WP

Bisnis 4.0 banyak mulai saya ungkap karena berhubungan dengan “konspirasi”. Dimana siapapun pejabat negara yang menggunakan sistem pemilihan langusng “one man one vote” merasakan akibatnya. Akibat apa? Akibat untuk menang suara rakyat perlu modal besar yang perlu sponsor.

Kalau belum menjabat maka pakai kaum “konspirator” ( baca : mafia) sebagai sponsor sehingga begitu menjabat ya haris bayar modal tadi. Kalau sudah menjabat pakai 2 hal. Alat negara dan fasilitas negara selain sponsor tadi di maksimukan dengan fasilitas dan proyek.

Misalnya apa itu alat negara? Kementrian itu alat negara,menterinya di pilih “pemenang perang”. Lalu ketika menteri berkampanye itu alat negara. Ketika tiket pesawat untuk kampanye menteri maka itu namanya “fasilitas negara”.

Di bungkus dengan “tugas kementrian” maka sempurnalah “jualan” untuk pemenangan.

Lalu di buat program pemenangan yang dari awal memang memakmurkan rakyat dan itu benar, misalnya dana desa, 70 ribuan jumlah desa di kasih 1 milyaran maka angka pertahun di total di semua departemen adalah 240 tiliun selama 1 periode jabatan, ya keren lah desa tersebut dan itu benar. Itu pintar. Utamakan yang banyak penduduknya dan sekali lagi itu pintar.

Hanya kalau saya mempertanyakan selalu kenapa banyak untuk konsumtif tidak produktif? Dukungan untuk sektor produktif bagaimana?

Kembali ke bisnis 4.0 yang ada 2 kata yang kita kenal, konspirasi dan mafia. 7 presiden, mafia pangan tidak hilang, mafia migas tidak hilang. Namanya hilang petralnya, tetapi pelakunya mutant, ganti aja, tetapi tetap ada.

Saya beri ilustrasi.

Kalau anda sebagai pengontrol minyak mentah di timur tengah, biasa jual ke broker anda katakan namanya RIA.  Ria dikatakan oleh penguasa baru sebagai mafia penguasa lama. lalu Ria diganti orangnya, atas nama negara deh, katakan anda sahabat, nama abdul.

Abdul datang ke pengontrol minyak mentah. Saya atas nama indonesia mau beli minyak mentah anda.

Lalu di pengontrol minyak tadi tanya? Siapa anda? Anda jawab utusan pemerintah indonesia.

Ria mana? Tanya si pengontrol. Oh dia tidak dipakai, dia mafia minyak indonesia.

Si pengontrol dalam hati berkata, lah komisi gua siapa yang bayarin? Biasa ada di rekening Ria sudah 10 tahun tinggal tranfer sekarang? Ini orang polos bener tahu ngak ada komisi?

Saya ngak mau kalau ngak ria? Demikian si pengontrol minyak berkata.

Oh dia mafia minyak di indonesia demikian abdul argumen. Si pengontrol minyak diam saja. Si abdul mulai pusing stok minyak BBM berkurang kalau setiap hari tidak masuk 800.000 barrel.

Semakin lama negosiasi semakin resiko besar.

Cari minyak dari negara lain? Itu yang ada di benak abdul. Maka dia pulang ke indonesia, kita cari sumber lain. Demikian penguasa baru berkata. Kita tidak boleh kalah dengan mafia migas.

Maka mulailah pakai sumber lain. Dapat minyak mentah dari afrika. Lalu di kirim ke indonesia. Ternyata?

Tidak bisa di refine di suling karena mesin refinery indonesia di design buat minyak arab hahahaha. Dasar kalau polos ya begini ini.

Mutu BBM jadi turun, biaya jadi mahal.

Balik ke arab lagi deh?!!!

Tapi si pengontrol minyak maunya sama ria? Ya sudah bawa lagi iranya. Dan akhirnya ria jadi broker lagi namun nama baru dan tidak pakai nama lama sama sekali. 4 dollar fee bisa kesana kemari sekarang dan abdul mulai sadar, o begini  mainnya. ria itu ngak bisa “di hilangkan” toh ternyata.

Konspirasi ini masuk dalam shadow business dan ini adalah bisnis 5.0 yang mencengkraam hampir semua negara. Inilah yang dalam buku joseph S. Nye yang mengisahkan secara gamblang dengan nama “sharp power” yang dimainkan oleh negara. “state sponsor conspiration”.

Sebuah tindakan kemafiaan di sponsori oleh korporasi beras multinasional yang di belaknganya negara. Ya kalau mau di sederhanakan, VOC adalah multinasional corporasi di belakanganya tentara kerajaan belanda. Itu bisnis 5.0. jadi jangan naif ya jadi pemimpin. #peace

Comments

Popular posts from this blog

jenis-jenis Sistem Transmisi mobil

Kudeta Jokowi Mulai Tercium Oleh Prabowo Subianto

Jumlah rakaat shalat tarawih sesuai tuntunan