Rumah yang penuh berkah
RUMAH-RUMAH TANPA NYAWA..
Gak ada hubungannya dengan KKN di desa penari, atau tersesat di tanah jahanam, ketemu queen of black magic, apalagi kepleset di Cappadocia!
Pernahkah kamu datang ke sebuah rumah:
☑ Tampak megah dan mewah, namun hawanya panas ketika dimasuki.
☑ Ada keheningan seperti ruang kosong, banyak perabotan, tapi seperti ada yang kurang.
☑ Besar tapi suram, bukan berwibawa tapi ada keengganan rasa untuk singgah lama.
☑ Tak terawat, banyak sisi dan sudut yang tak tersentuh, seolah-olah ada namun tiada.
☑ Tidak sejuk, tidak ada udara yang berputar, seperti kesedihan yang bertahan di dalam.
☑ Kotor, ada sampah yang berhari-hari atau berbulan hingga berdebu tak ada yang peduli menyapu.
☑ Tuan rumah yang masam, tak ramah, seolah ada beban setiap menitnya. Senyum yang sukar keluar, hingga bahkan tertahan di tenggorakan tanpa keikhlasan.
Namun lain waktu. Pernahkan engkau datang ke sebuah rumah:
☑ Mungkin tidak besar, tapi di halaman engkau sudah merasakan kesejukan.
☑ Salam disambut dengan salam, ditambah senyuman tuan rumah penuh keikhlasan.
☑ Masuk ke dalam.. nyesss, tak ada AC yang nyala, namun udara mengalir dengan lancarnya.
☑ Setiap sudut seperti hidup, ada coretan, mungkin ada sisa makanan, namun kelihatan bahwa ada manusia yang betah bertahan.
☑ Ramai dengan tawa, namun tetap adem tidak menyakitkan telinga.
☑ Ada canda dan gairah dari penghuninya, menyambut yang datang dengan sapaan yang terasa ikhlasnya.
☑ Makanan dan Minuman yang terhidang, mungkin tidak mewah, bahkan bersahaja. Namun seteguk air yang masuk ke tenggorokan seperti ada keberkahan.
☑ Bersih dan sederhana ditata. Tak ada barang yang sia-sia. Seolah tuan rumah paham tentang makna hidup secukupnya!
Yang pertama seperti RUMAH TANPA NYAWA
Bisa karena tercabut keberkahannya, membangunnya dari harta yang tidak jelas kehalalannya. Atau penghuninya mencari harta sehari-hari dari sumber yang ALLAH tidak suka. Hawanya panas, karena keburukan ikut terbawa ke dalam rumah. Setiap makanan yang terhidang menjadi darah daging keluarganya seperti bom waktu yang akan menjerat pada keburukan.
“In aḥsantum aḥsantum li`anfusikum, wa in asa`tum fa lahā.”
Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri. (QS Al-Isra’ : 7)
Rumah yang dijadikan berteduh jiwa-jiwa yang tersandera. Bisa jadi karena utang dan jeratan riba, sehingga penghuninya sibuk dalam kerja keras membayar cicilannya, tak ada waktu untuk bercengkrama dan berkasih sayang dalam keluarga. Semua terampas demi pujian dan decak kagum orang di luar sana, namun ketika pulang rumah hampa adanya.
Hati yang tersiksa ini membawa beban di hati, jika tak segera dilepaskan akan jadi penyakit yang menggerogoti seluruh jaringan badan dan sendi-sendi.
Rumah kedua bisa jadi adalah RUMAH SEPENUH JIWA
Penghuninya adalah orang-orang yang bersama membangun istana untuk keluarganya.
Mereka bekerjasama mencari harta dari cara dan sumber yang halal saja. Mereka pantang harta yang haram masuk melewati pintu rumahnya. Mereka tau konsekuensinya jika membiarkan harta haram masuk ke rumahnya, urusan bakal panjang dan menyesakkan.
“Barangsiapa mengerjakan kebajikan, maka itu untuk dirinya sendiri, barangsiapa mengerjakan kejahatan, maka itu akan menimpa dirinya sendiri, kemudian pada Tuhanmu kamu dikembalikan” QS Al Jasiyah:15
Penghuninya dilembutkan hatinya oleh ALLAH, setiap hari ada rangkaian ibadah demi ibadah yang dijalani dengan kebahagiaan.
“Jadikanlah rumah kalian sebagai tempat shalat kalian, jangan jadikan ia sebagai kuburan” (HR. Al Bukhari no. 432, 1187, Muslim no. 777)
“Shalat yang afdhal bagi seseorang adalah di rumahnya, kecuali shalat-shalat wajib” (HR. Al Bukhari no. 7290)
Rumah adalah tempat sholat sunnah bagi semua anggota keluarganya, dhuha, tahajud, witir dan taubat mengisi banyak ruang-ruang disana.
Alunan bacaan Quran tak pernah absen dihadirkan, kamar sana membaca, kamar ini gantian bersuara. Ruang tamu untuk mengaji, sudut belakang untuk berdzikir di sela hari.
Dapurnya sibuk dan selalu mengalir air kebaikan, untuk memasak dan melayani seluruh keluarga. Sekali waktu memasak untuk dibagi ke tetangga, atau malah dibungkus-bungkus dan rutin dibagikan pada para dhuafa.
Adeem.. tak ada hawa panas keburukan yang hadir dan betah disana. Sulit masuk, atau jika masuk sejenak lalu pergi begitu saja.. tak ada keburukan yang ditinggalkan disana.
Suami.. istri.. dana anak-anak saling menghormati, tak kata kasar yang terlontar, tak ada amarah yang dihambur-hamburkan. Semua rukun dan saling mendoakan.. masya ALLAH!
Apakah rumah tanpa nyawa masih ada? Buanyak! Bisa jadi itu rumah kita..
Apakah rumah sepenuh jiwa itu ada?
Buanyak juga... dan semoga salah satunya itu rumah kita!
Salam,
@Saptuari
Comments
Post a Comment