Konsekuensi kewajiban penguasa saat lockdown
- Lockdown? -
Sebenarnya saya enggan membuat status ini, namun lama-lama eneg juga mendengar teriakan Lockdown yang tak habis-habisnya, baik dari mereka yang disebut Social Justice Warrior, Social Screenshoot Judul Warrior maupun seorang dokter yang mengclaim dirinya ahli ini dan itu. Segala keahlian dia claim kecuali satu, ahli manajemen kebencanaan. Dialah yang dengan gagah menyerukan lockdown dengan segala macam argumentasi yang seluruhnya berfokus kepada penyebaran penyakit ini semata.
Saya Haryoko, praktisi Manajemen Risiko dan saya sudah menganalisa keputusan lockdown yang dilakukan pemerintah Cina. Mengapa mereka berhasil menahan penyebaran Covid 19 di negaranya dan sebaliknya mengapa negara lain yang menerapkan strategi yang sama, menemui kegagalan?
Begitu tampak terlihat eskalasi penularan, tingkat kesakitan dan tingkat kematian warga Wuhan yang terus naik, Pemerintah China dengan cepat menutup total kota Wuhan dan selanjutnya kota-kota lain di Provinsi Hubei. Tujuannya satu, mencegah jangan sampai virus keluar dari Wuhan dan Provinsi Hubei sehingga menjalar di seluruh wilayah Tiongkok. Tampaknya ini sebuah keputusan mudah, padahal Pemerintah Cina harus bekerja sangat keras untuk memastikan syarat2 Lockdown terpenuhi sehingga masyarakat yang diisolasi tidak panik dan memberontak :
1. Dukungan Logistik Yang Sangat Kuat
Ketika masyarakat harus berdiam di rumah dan tidak boleh keluar sama sekali untuk memutus mata rantai penularan, Pemerintah harus menjamin kebutuhan hidupnya. Cina negara kaya, mereka mampu mendorong dan mendisribusikan kebutuhan warga kota dengan baik. Sama sekali tak terdengar isu kelaparan di Wuhan selama proses isolasi berlangsung.
2. Menyediakan Fasilitas Perawatan Dengan Kapasitas Besar
Dunia pun terlongok-longok melihat Pemerintah Cina mengerahkan seluruh kekuatan logistiknya untuk membangun rumahsakit2 darurat skala raksasa guna merawat korban Covid19 yang memerlukan perawatan medis di rumah sakit. Dalam waktu dua minggu, mereka berhasil membangun fasilitas tersebut.
3. Menyiapkan Dukungan Logistik Kesehatan Yang Kuat
Sebuah rumah sakit darurat raksasa tak ada gunanya tanpa dukungan logistik kesehatan yang kuat dan Pemerintah Cina mampu memenuhinya. Sejak dari logistik medikasi hingga Alat Pelindung Diri bagi para tenaga kesehatan, tersedia mencukupi.
4. Ketersediaan Tenaga Dokter dan Perawat
Karena penyebaran virus berhasil ditahan di zona episenter, Pemerintah Cina memiliki kesempatan untuk memobilisasi dokter dan tenaga kesehatan dari seluruh wilayah Tiongkok ke zona tersebut. Mereka relawan, tidak diupah, namun bekerja di zona merah tersebut dengan sepenuh hati hingga situasi mereda.
5. Ketersediaan Call Center dan Ambulans
Pemerintah Cina harus menyediakan call center bagi warga Wuhan untuk melaporkan diri jika mereka terjangkit, atau terjangkit dan membutuhkan rawatan medis. Juga menyediakan sarana ambulans untuk menjemput korban dan membawanya ke rumah sakit darurat untuk dirawat di sana.
Jadi, pelajaran apa yang bisa dipetik dari Cina? Mereka berhasil melakukan strategi lockdown karena didukung oleh rakyat yang patuh, manajemen pemerintah di bidang penanggulangan bencana yang efisien dan kekuatan logistik yang luar biasa. Pertanyaannya, apakah kita memiliki ketiganya?
Jawaban yang paling logis bagi Indonesia adalah physical distancing dan itu sudah berulangkali diserukan dan ditegaskan oleh pemerintah. Plus sedikit upaya untuk mengerem pembicaraan yang tidak berguna. Negeri ini perlu kebersamaan kuat dari kita semua untuk menghadapi gelombang infeksi Covid19.
Ingat, gelombang ini memiliki durasi cukup panjang. Selanjutnya, terserah kepada kita semua dalam meresponnya.
Cinere, 26 Maret 2020
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10216735516396467&id=1118719651
Comments
Post a Comment