Kurs dollar naik, emangnya ngefek?

Kurs dollar naik, emangnya ngefek?

Kalau gue tinggal di hutan, dapat makan dari berburu rusa, babi, ular, kolor terbuat dari daun keladi, tak memakai alas kaki, minum dari air sungai yang mengalir, BAB kayak kucing, gigi dibiarkan menguning, membersihkan badan pakai sabut kelapa, dollar mau 100.000 juga gak bakal ngefek cuy! 

Karena gue manusia yang tinggal dalam peradaban modern, makanya ketar-ketir dengan pergerakan dollar yang liar. Karena paham bahwa itu semua akan berimbas pada harga komoditi di pasaran. 

"Ah, lu lebay. Barusan gue makan di warteg masih 12 ribu perak. Gak ada yang naik tuh! Lu mah menyebar ketakutan aja di media sosial. Dasar bajer kadrun!", nyinyir makhluk yang belum tercerahkan dengan prinsip dasar ekonomi.

Bila dollar terus merangkak naik, otomatis defisit APBN, APBD akan meningkat. Setiap proyek pemerintah akan dikaji ulang, bahkan bisa distop. Kenapa? Karena bahan baku mengalami kenaikan. Gak usah jauh-jauh deh, cangkul, jarum peniti, bawang putih aja kita masih ngimpor dari luar negeri. Apalagi baja dan besi. Proyek renovasi jembatan di salah satu kabupaten bisa ditunda, kegiatan macam pengajian akbar, misa agung, konser musik, dangdutan dan semua hal yang bisa memacu pergerakan ekonomi mikro dibatalkan, karena ketidakbecusan pemerintah dalam menangani pandemi covid-19. 

Investor ramai-ramai melakukan penarikan uang di pasar modal. Saham BUMN dan perusahaan swasta ambruk. IHSG anjlok! Itu semua terjadi karena krisis kepercayaan terhadap policy pemerintah Indonesia. 

Melihat kondisi Negara tak bisa cuma dinilai dengan harga sepiring nasi di warteg bro. Saat mesin-mesin pabrik berhenti beroperasi, otomatis terjadi PHK besar-besaran. Akankah krisis moneter 98 terulang? Semoga tidak. Cebong, kampret, kaya, miskin, PNS, karyawan swasta, pemborong, buruh pabrik akan merasa dampaknya. Luaskan cakrawalamu kawan. Negeri ini sedang menuju resesi.

Copas  (BZH)

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=207001827220803&id=100037329602617