Pengalaman terberat setelah 30 tahun sebagai Dokter

*Pengalaman terberat setelah 30 tahun sebagai Dokter*

Saya sudah 30 tahun menjadi dokter. Berbagai pengalaman hidup telah saya lalui dalam perjalanan panjang sebagai dokter. Tetapi pengalaman saya menjadi dokter saat pandemi global COVID-19 merupakan pengalaman hidup terberat saya sebagai dokter. 
Kita ketahui bahwa infeksi COVID-19 ini menular secara cepat dari satu orang ke orang lain. Saya bukan tidak mengantisipasi hal ini berbagai tulisan saya buat dan berbagai acara simposium kita lakukan dan berbagai edukasi kita kerjakan untuk bencana yang ada di depan mata. Berbagai rencana penelitian telah kita susun untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi dan upaya2 apa yang bisa dilakukan untuk mengatasi kondisi ini.
Tetapi memang kita harus menyadari sebagian dari kita mempunyai _sense of crisis_ yang rendah di awal sehingga kita abai dalam mengantisipasi pandemi global ini. Saat ini di seluruh dunia menghadapi pandemi global semua akan mempunyai kebutuhan yang sama. Semua membutuhkan masker, semua membutuhkan alat pelindung diri, semua membutuhkan dokter dan perawat semua sedang mencari obat dan vaksin. Dalam kondisi saat ini semua negara mempunyai permasalahan yang sama maka kalaupun obat dan vaksin ditemukan pada satu negara, pemenuhan utama akan diprioritaskan untuk negara dan bangsanya sendiri.
Menjadi motivasi buat kita semua bahwa kemandirian bangsa bukan hanya jargon yang diucapkan tapi harus dilakukan dan diwujudkan dikemudian hari.
*Pandemi global COVID-19 ini memang luar biasa dan saya sebut hari2 tersulit saya sebagai dokter*. Kondisi dimana kita tidak bisa bergerak dengan leluasa, kita tidak berinteraksi langsung dan melakukan pertemuan atau rapat dalam satu ruang tertutup untuk koordinasi mengatasi masalah ini karena kita harus juga menerapkan _social distancing_ sesama kita kondisi dimana kita sebagai petugas kesehatan dapat tertular langsung dari pasien yang sedang kita layani baik di poliklinik dan maupun di rawat inap. Terus terang ini juga sudah saya prediksi, bahwa model penyebaran kontak langsung seperti saat ini membuat petugas kesehatan bisa menjadi korban. Kebetulan anak pertama dan kedua saya sebagai dokter dan istri saya sebagai dokter gigi. Jadi mereka sama seperti saya juga berisiko dengan pasien2 COVID-19 yang bisa saja datang tanpa gejala. Mungkin saat ini virus COVID-19 belum menghinggap di tubuh kita tetapi bisa saja beberapa waktu ke depan virus ini hinggap di tubuh kita dan menyerang paru2 kita. Hal yang membuat hati kecil saya lebih ciut adalah ketika mendengar ada perawat yang meninggal  karena COVID-19 dan lalu mendengar ada dokter yang meninggal dan juga ada dokter gigi yang meninggal karena COVID-19 ini tentu mereka sebagian besar tertular dari pasien2 mereka. Belum lagi setiap waktu ada saja, saya mendengar bahwa rekan sejawat saya dokter, positip COVID-19 dan ada teman yang melakukan isolasi mandiri karena pasien yang ditangani di awal pada akhirnya diketahui menderita COVID-19. Sekali lagi kondisi2 ini memang membuat hati saya ciut. _Apalagi di tengah keterbatasan masker, alat pelindung diri dan hand sanitizer_. Disisi lain dalam kondisi keterbatasan sebagai praktisi klinis saya tetap menerima pasien, saya tetap melakukan endoskopi dan saya tetap merawat pasien dan hal yang tidak mungkin tidak harus saya lakukan dan teman2 sejawat saya kerjakan. Sebagai dokter senior saya harus memberikan contoh kepada teman2 dan junior atau peserta didik saya bahwa saya tetap berada ditengah2 pasien dan memberi semangat kepada teman2 sejawat dan junior saya untuk tetap berada di tengah2 pasien dan *tetap untuk tidak meninggalkan gelanggang walau nyawa taruhannya*. 
Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengingatkan kepada kita semua untuk berperang melawan COVID-19, virus yang menyebar antar manusia dan virus yang dapat menyebar  melalui droplet. Virus yang berdasarkan data pada tanggal 18 Maret 2020 menyebabkan kematian pada 1 dari 12 pasien yang positif virus penyebab penyakit ini. 
Oleh karena itu saya berharap semua pihak mengikuti ajakan Bapak Presiden *untuk belajar dari rumah, bekerja di rumah dan beribadah di rumah*. Dengan cara mengurangi pergerakan manusia dan mencegah interaksi antar manusia secara langsung angka penyebaran virus ini bisa kita tekan. Selain itu semua pihak harus menyadari bahwa penanggulangan pandemi global ini harus dilakukan secara gotong royong semua pihak termasuk juga semua kalangan. _Peduli sesama, kesetiaan kawan harus dimunculkan_. Karena tinggal menunggu waktu kita menjadi pasien berikutnya dari virus ini.
Berbagai sarana dan prasarana agar dokter bisa bekerja tenang harus diadakan. Pengadaan masker, alat pelindung diri, hand sanitizer harus diadakan dan harus segera di distribusikan kepada rumah sakit2 dimana para dokter bekerja. Tentu bukan saja rumah sakit rujukan tetapi juga pemenuhan pada berbagai pelayanan kesehatan tempat para dokter perawat dan petugas kesehatan lainnya berhadapan dengan pasien2 yang setiap saat menularkan virusnya kepada kita para petugas kesehatan. Selain itu memang berbagai peralatan diagnostik untuk COVID-19 harus segera dihadirkan agar diagnosis yang tepat dan cepat dapat ditegakkan. *Kita harus memutus mata rantai penyakit ini,* pergerakan orang harus dicegah untuk menekan penyebaran virus ini. _Social distancing_ harus konsisten dilaksanakan pada berbagai lini sendi2 aktifitas masyarakat. *Dampak ekonomi yang muncul akibat masyarakat tidak bergerak harus dikalahkan oleh dampak kesehatan masyarakat yang dahsyat* yang akan melumpuhkan semua segi ketika kita menghadapi sumber daya petugas kesehatan yang sakit atau sumber daya yang sedang melakukan isolasi diri. Alhamdulillah di era tehnologi informatika yang tinggi ini kita bisa dengan mudah _berkomunikasi secara online, belajar secara online dan bekerja secara online_, tatap muka tanpa bertemu. Kita tetap bisa produktif walau berada di rumah. Kasih kesempatan agar dokter dan petugas kesehatan dapat bekerja dengan tenang, tetap semangat _kita pasti bisa mengalahkan virus ini,_ kita musti kompak dan saling mengerti sesama.
*Selamat berjuang Dokter dan petugas kesehatan Indonesia*.

Salam sehat,
Ari Fahrial Syam
Akademisi dan Praktisi Klinik

NB Tulisan ini terbit di Opini Koran Bisnis Indonesia

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10222661942716138&id=1200227759

Comments

Popular posts from this blog

Tingkatkan Pengetahuan Anda! TAHUKAH ANDA?

Menyambut Ramadhan

Mencampuradukkan ajaran agama lain ke dalam Islam