Dua kubu. Pro kontra. Menerima atau menolak.
Campur Aduk Kepentingan.
Dua kubu. Pro kontra. Menerima atau menolak.
Banyak yang menolak konsep Herd Immunity lantaran gak suka dengan kebijakan apapun yang dilakukan oleh pemimpin.
Banyak yang menerima dengan suka rela sebagai wujud simpatisan yang setia.
Gak usah bawa-bawa jurnal ilmiah. Semua orang ujungnya bakal cari segala referensi yang mendukung pendapatnya.
Dan memang mau pro atau kontra. Mau lock down atau slow down semua ada rujukannya.
Kita mau yang mana?
Kalau aku fokus lihat kondisi sendiri dulu. Lepaskan kepentingan-kepentingan. Bukan egois. Tapi itulah pilihan yang paling logis. Selamatkan diri sendiri dulu baru pikirin orang lain.
Pernah naik pesawat? Mbak pramugari selalu bilang pasang alat perlindungan untuk diri sendiri baru tolong orang lain. Bahkan anak kita pun harus dinomor duakan.
Jangan jadi lilin. Berusaha menerangi sekitar tapi membakar diri sendiri.
Apapun keputusan yang ingin dibuat pertama yang harus ditimbang adalah apakah keputusanmu memang baik untukmu?
Jika iya lakukan. Jika tidak tinggalkan.
Bagaimana dengan kata orang?
Pertanyaan paling dasar, "Orang bisa apa kalau terjadi sesuatu pada kita?"
Orang yang benci gak akan pernah melihat kebaikan kita. Mereka akan mencaci apapun yg kita lakuin.
Orang yang suka sama kita gak butuh alasan untuk memahami dan mengerti.
Nasehat Luqman Hakim pada putranya,
”Wahai putraku! Lakukanlah hal-hal yang mendatangkan kebaikan bagi agama dan duniamu. Terus lakukan hingga kau mencapai puncak kebaikan. Jangan pedulikan omongan dan cacian orang, Sebab takkan pernah ada jalan untuk membuat mereka semua lega dan terima. Takkan pula ada cara untuk menyatukan hati mereka.”
”Datangkan seekor keledai kepadaku, dan mari kita buktikan.”
Luqman ngajak puteranya jalan-jalan di tengah masyarakat untuk membuktikan bahwa membuat semua orang “legawa” itu sangatlah susah. Bahkan sama sekali tidak mungkin terjadi.
Apapun yang diperbuat oleh seseorang akan selalu ada yang mempersalahkan. Selalu saja ada yang tidak setuju.
Perjalanan mereka dimulai, Luqman menaiki keledai dan menyuruh puteranya berjalan menuntun keledai.
Sekelompok orang melihat, segera komentar:
”Anak kecil itu menuntun keledai, sedang orang tuanya duduk nyaman di atas keledai. Kok congkak dan sombongnya orang tua itu.”
Luqman pun berkata:
”Coba dengar, apa yang mereka katakan.”
Luqman lalu gantian dengan puteranya, kini giliran Luqman yang menuntun keledai, dan puteranya naik di atasnya. Mereka melanjutkan perjalanan hingga bertemu sekelompok orang.
Tak pelak, orang-orang pun segera angkat bicara setelah menangkap pemandangan yang tak nyaman di mata mereka.
”Lihatlah, anak kecil itu menaiki keledai, sementara orang tua itu malah berjalan kaki menuntunnya. Alangkah buruknya akhlak anak itu.”
Luqman kemudian berkata kepada puteranya: ”Anakku, dengarlah apa yang mereka katakan.”
Mereka berdua melanjutkan perjalanan. Kali ini, keduanya menaiki keledai mungil itu. Mereka berdua terus berjalan hingga melewati sekelompok orang yang duduk-duduk di pinggir jalan. Lagi-lagi, mereka unjuk gigi saat melihat Luqman dan puteranya.
”Dua orang itu naik keledai berboncengan, padahal mereka tidak sedang sakit. Mereka mampu berjalan kaki. Ahh, betapa mereka tak tahu kasihan pada hewan,” sindir seseorang yang melihat luqman.
”Lihatlah apa yang mereka katakan” Luqman kembali menasihati puteranya.
Tanpa menghiraukan caci maki orang-orang itu, Luqman dan puteranya kembali melanjutkan perjalanan. Terakhir kali, mereka berjalan kaki bersama, sambil menuntun keledai.
”Subhanallah! Lihat, dua orang itu menuntun keledai bersama, padahal keledai itu sehat dan kuat. Kenapa mereka tidak menaikinya saja? Ahh, betapa bodohnya mereka.”
”Dengarlah apa yang mereka katakan. Lakukan apa yang bermanfaat bagimu dan jangan kau hiraukan orang lain. Aku harap kau bisa mengambil pelajaran dari perjalanan ini,” kata Luqman mengakhiri perjalanan bersama puteranya.
Cerita kebijaksanaan Luqman di atas dapat dipetik hikmahnya, bahwa manusia haruslah menjadi orang yang kuat, sehingga memiliki pendirian yang teguh dan kokoh dalam mengambil keputusan.
Kalau kata Gus Baha,
"Ra usah ngurusi cangkem elek"
🥰🥰👌👌
*Gambar dari Google.
https://www.facebook.com/1428354522/posts/10223001990904734/
Comments
Post a Comment