SOBAT AMBYAR, MERASAKAN PATAH HATI WALAU BELUM PERNAH MENCINTAI

SOBAT AMBYAR, MERASAKAN PATAH HATI WALAU BELUM PERNAH MENCINTAI

Mungkin saat ini selain sepak bola, Didi Kempot yang bisa menyatukan alumni pendukung 01 dan 02. Mereka bersatu, nyanyi bareng, joged bareng, nangis bareng.

Saya bukan penggemar lagu dangdut dan jogetan, Didi Kempot pun saya hanya tau sekilas gara-gara lagu ‘Stasiun Balapan’ ‘Sewu Kutho’ dan ‘Cintaku Sekonyong-konyong Koder’ sering dinyanyikan anak-anak yang berlarian di depan kamar saya tahun 2000-an dulu. 

Namun sejak 4 bulan lalu, setiap membuka Youtube, video-video Didi Kempot selalu menghiasi halaman beranda, ditambah wajah-wajah penontonnya yang nangis penuh nestapa. 
Semua duka yang terpendam seperti ditarik lagi keluar, sakit yang sudah berlalu, dibedah dan dibiarkan muncrat lagi kemana-mana. Menikmati rasa sakit, kecewa bersama-sama. 

9 Juni 2019 seorang blogger dari Magelang Agus Mulyadi menulis di twitter dan blog tentang Didi Kempot, saya kok ya nyasar kesana dan membaca tulisannya yang seger, dan bikin tersenyum! Di akhir tulisannya Agus membuat kesimpulan sangat mengejutkan:

“Hanya di tangan Didi Kempot-lah, negara seperti Swiss yang kuat meski tanpa tentara itu bisa luluh menjadi pesakitan.”
🎶 Swiss sakmestine, ati iki nelongso..🎶

Duarrrr!!! Ambyar... 

Saya klik salah satu video konser ‘Godfather of Broken Heart’ di sebuah televisi swasta akhir september lalu. Ini penonton menyatu bareng tanpa sekat apapun yang membedakan. Goyang dan nyanyi bareng dalam kepedihan. 

Kenapa rasa sakit hati dan kecewa itu saat ini seperti dapat tempat dan wadah yang tepat untuk mencurahkannya?

Diantara ribuan penonton itu, pasti juga banyak yang belum pernah jatuh cinta, apalagi patah hati, tapi rasa kecewa itu juga begitu emosional dikeluarkan. Jangan-jangan mereka kecewa pada keadaan saat ini dan butuh dilampiaskan?

Yang dulu dukung 01 banyak yang menyatakan kekecewaanya. Lambannya pemerintah menghadapi tekanan menyikapi perubahan RUU KPK, RUU KUHP dan lain-lain, kebakaran hutan yang tidak juga cepat dituntaskan berbulan-bulan, bencana gempa yang lambat penanganan, korban demo yang tidak jelas juntrungan. Media massa yang dibungkam tidak memberitakan ketimpangan. Utang negara yang diam-diam tembus 5000 trilyun entah berapa bunganya. BPJS yang akan naik iurannya, dengan penagih utang datang ke rumah. Mentri-mentri yang mengeluarkan pernyataan seperti sembarangan. Sementara buzzer pendukung pemerintah bebas menebar fitnah dan berita kebohongan.

“Pak de, ini kenapa jadi begini??” 
Salah satu ungkapan pendukungnya menyeruak membawa kecewa!

Yang kemarin mendukung 02, juga kecewa. Yang belum move on bernyanyilah mereka bersama lord Didi, 

🎶 Duduu presiden anyar sik neng ngarepe rupaku, nanging malah koalisi sik kok pamerke neng aku.. 🎶

Ada banyak rasa kecewa di sana, yang diharapkan jadi oposisi sejati bersama rakyat, malah merapat ke dalam kekuasaan. 

Belum lagi berita minggu lalu, banyak sekali anggota DPRD usai dilantik yang menggadaikan SK ke bank, apalagi kalau bukan untuk menutup modal biaya politik dan bayar utangan. Duuuh... di awal jabatan sudah kelihatan, peluang korupsi terbuka dan menggoda, dengan alasan kebutuhan dan belum balik modal. Di DPR pusat, KPK harus dilemahkan, agar tak bisa lagi tangkap tangan.

Saya jadi paham, kenapa Didi Kempot melejit dalam 4 bulan ini. Bahkan sepanjang jalan di Jogja kemarin saya menemukan 5 balihonya dalam berbagai event yang berbeda. Belum di kota-kota lainnya. 

Rakyat +62 bisa jadi memang sedang butuh hiburan, pelampiasan kekecewaan yang terpendam. Walaupun lewat nyanyian dan jogetan, hingga seluruh gerundelan di dada keluar dan dibiarkan muncrat hingga ke jalan-jalan.. 

Koor penonton itu begitu menyayat hati.. 
🎶 Cidro janji tegane kowe ngapusi... 🎶

@Saptuari

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=2199314493699643&id=100008633410630

Comments

Popular posts from this blog

jenis-jenis Sistem Transmisi mobil

Kudeta Jokowi Mulai Tercium Oleh Prabowo Subianto

Jumlah rakaat shalat tarawih sesuai tuntunan