"Lebih baik jadi harimau sekali daripada jadi kambing selamanya"
Belum nonton video bu Siti sama mas Deddy? Coba nonton bentar. At least buat penyeimbang informasi biar gak terlalu ke kiri.
( https://youtu.be/by3SglhT9Dc)
Apa yg beliau omongin sebenernya sudah jadi tema umum obrolan para pakar di luar negeri. Jadi sebenernya gak ada yang baru.
Cuma tetep salut banget beliau mau repot-repot bahas ini. Beliau terkenal orang yang sangat berani tidak takut sama siapa aja termasuk sama WHO, Amerika, dll.
Salut karena jarang-jarang ada orang Indonesia yang punya keberanian spt itu. Mayoritas masih dominan rasa "gak enakan" sama orang. Cenderung ngalah, nerimo, pasrah.
Ada beberapa poin menarik yang beliau bahas. Diantaranya :
1. Alat tes Corona. Mau setingkat PCR sekalipun perlu ditanyakan keakuratannya. Apalagi kalau kit nya dari luar negeri. Sedangkan Corona yang menyebar di Indonesia karakteristiknya beda dengan negara lain.
Indonesia udah mulai bikin sendiri. Semoga aja lebih akurat. Tapi tetep aja sih. Namanya alat bikinan manusia pasti ada galatnya. Gak usah terlalu di Tuhankan.
Jadi data hasil tes yang selama ini ada apa dong? Ehmm... Coba dinalar sendiri ya.
Mereka pakai acuan seberapa mirip sampel dari orang yg diduga kena covid dibandingin sama kit yg ada di alat.
Kalau 80% cocok disimpulkan bahwa orang tersebut kena covid.
Padahal kalau ngomongin sequence... Bukannya manusia mirip 96% dengan simpanse ya? Apa kita sama dengan simpanse?
Hal ini pernah dibahas jauh-jauh hari sama dr. Andrew Kaufman. (https://youtu.be/_wwZfWN1AXc)
2. Vaksin.
Patut dicurigai kalau berita tentang pandemik diikuti dengan slentingan jualan vaksin.
Orang awam patut mempertanyakan keberadaan "udang di balik batu". Publik patut mencurigai adanya perang kepentingan pihak-pihak tertentu.
"Ini selalu pandemik selalu ada vaksin. Kenapa gak pandemik ya pandeminya dihentikan, kenapa mesti dibikin vaksin. Jadi kenapa ya mbok dicegah jangan sampai ada pandemik," ujarnya bertanya-tanya.
Bu Siti bilang bahwa solusinya gak melulu dengan vaksin. Kalaupun pakai vaksin harusnya bisa bikin sendiri.
Saya oke-oke aja mau bikin sendiri juga. Poin yg saya tekankan tetep.. siapkan prosedur kompensasi yang memadai. Gak usah pakai maksa sana-sini.
3. Bu Siti menghentikan pandemi secara politik.
Beliau gak mau diatur-atur oleh pihak luar yang justru merugikan banyak pihak.
Yang pertama dipertimbangkan oleh beliau adalah bagaimana kondisi ekonomi masyarakat jika berita penyebaran penyakit dibiarkan tanpa batas?
Beliau dengan tegas menyatakan bahwa Indonesia baik-baik saja. Tidak ada penyebaran penyakit seperti yang diberitakan oleh WHO.
Jika baca buku tulisan Bu Siti, kalian akan tahu bahwa banyak kaki tangan WHO di Indonesia. Mereka dengan lugunya membawa kepentingan WHO meski merugikan bangsanya. Kaki tangan Bill Gates, kaki tangan oligarki pasti gak kalah jumlahnya.
Apa mereka orang biasa-biasa saja? Yang bener aja dong. Cari duta haruslah yang bisa menarik simpati publik. Punya gelar, dianggap ahli, dsb.
Intinya sih jangan naif melihat jabatan, gelar, kekayaan seseorang.... Lihat aja agenda apa yang ia perjuangkan.
Orang yang gak butuh uang dan jabatan biasanya gak terlalu maksa kalau ngomong sesuatu. Lempeng aja menyampaikan argumen. Didengerin monggo... Gak juga gak papa.
Bagi yang punya kepentingan jualan sesuatu di tengah pandemi, pasti akan membesar-besarkan berita seakan kucing telah berubah jadi singa.
Tujuannya apa? Fear mongering. Menyebar ketakutan. Biar bisa panen ditengah orang-orang yang takut dan kehilangan nalar.
Sekali ketakutan telah masuk ke alam bawah sadar akan sangat sulit untuk dihilangkan. Yang belajar hipnoterapi tahu betul tentang hal ini.
Jadi ya, yang udah kadung takut memang mau gak mau dituruti aja ketakutannya. Kalau dilawan setengah-setengah malah bahaya. Kecuali mau mengunjungi ahli hipnoterapi minta dibantu mengubah frame of referencenya.
Bagi yang belum punya takut tingkatkan terus sugesti positifnya. Kesehatanmu bergantung pada pola pikirmu. Kuncinya disitu.
4. Beliau bilang "Lebih baik jadi harimau sekali daripada jadi kambing selamanya"
https://theconversation.com/coronavirus-tests-are-pretty-accurate-but-far-from-perfect-136671
https://www.facebook.com/1428354522/posts/10223055130273185/
Comments
Post a Comment