Kaizen, mencari kesalahan
Kaizen itu Memang Mencari Kesalahan
Para pendukung Jokowi sering mengomeli kritik saya. “Jokowi sudah bekerja mati-matian, tapi ada aja yang disalahkan. Kesalahannya dicari-cari. Dasar orang nyinyir.” Orang-orang ini, maaf, bukan orang berpikir. Mereka cuma orang perasa yang GR. Mereka merasa bagian dari tubuh Jokowi. Jadi kalau Jokowi disentil sedikit, mereka merasa sakit. Jokowi adalah sumber kebahagiaan mereka. Kalau Jokowi dipuji, mereka merasa pujian itu untuk mereka juga. Kalau Jokowi dikritik, mereka merasa disakiti. Mungkin mereka tidak punya sumber kebahagiaan yang lain.
Seharusnya posisi kita adalah warga negara. Kita ingin yang terbaik bagi kita dan negara kita. Kalau ada kejelekan Jokowi disebut, mereka bilang,”Setidaknya lebih baik dari si Anu.” Ini adalah logical fallacy. Warga negara menuntut presiden melakukan yang terbaik, bukan sekadar lebih baik dari si Anu.
Tapi kan Jokowi sudah melakukan yang terbaik? Hehehe, apa iya? Itu kan kata orang gelap mata.
Gini. Saya kasih tahu Anda prinsip kaizen dengan ilustrasi berikut.
Seorang presiden direktur menetapkan ketentuan kepada manajernya. “Setiap minggu dalam rapat pagi semua manajer harus bisa menyebutkan 5 masalah di departemen yang mereka pimpin.” Lalu di rapat minggu selanjutnya para manajer menyebutkan 5 masalah di tiap departemen yang mereka pimpin. “Nah, kalian sudah tahu masalahnya, sekarang mulailah menyelesaikan masalah-masalah itu. Kerjakan segera.” Lalu para manajer itu bekerja.
Di rapat pagi minggu selanjutnya para manajer kembali diminta menyebutkan 5 masalah di departemennya. Ada yang menyebut 3 masalah, ada yang menyebut 2, 4, dan 1. Tidak ada yang menyebut 5.
“Kenapa tidak menyebut 5 masalah? Kan saya minta 5?”
“Yang 3 sudah saya selesaikan, Pak. Sekarang tinggal 2,” kata seorang manajer. Yang lain juga berpikiran begitu.
“Salah! Saya minta kalian mencari 5 masalah untuk diselesaikan. Kalau sudah selesai, bukan berarti kalian tidak punya masalah lagi. Masalah ada bejibun. Semua harus diselesaikan. Kalau kalian menganggap tidak ada lagi masalah, bukan karena masalahnya tidak ada. Kalian cuma tidak kreatif saja.”
Kaizen itu berkesinambungan, terus menerus. Selalu ada masalah yang harus diselesaikan. Masalah harus dicari untuk diselesaikan. Kaizen memang mencari-cari masalah.
Jadi, kalau orang mencari kesalahan atau kekurangan, itu bukan nyinyir. Itu orang yang berpikir dengan prinsip kaizen. Dalam kaizen tidak akan ada kesempurnaan, sky is the limit. Lha memang faktanya presiden itu manusia, dia pasti ada kekurangan. Kekurangan itu harus terus kita soroti, agar dia bekerja lebih baik lagi. Selama dia jadi presiden, harus dicari berbagai kesalahannya untuk diperbaiki.
Apa bedanya dengan nyinyir? Saya sudah sering katakan ini. Nyinyir itu basisnya kebencian. Cara berpikirnya ngawur. Mencari kesalahan untuk menumpahkan kebencian. Biasanya tidak pakai argumen, basis fakta yang digunakan keliru. Basisnya fitnah. Tujuannya menjatuhkan. Tuntutannya, supaya presiden mundur.
Saya tidak pernah melakukan itu. Saya mendukung Presiden Jokowi untuk bekerja sebaik-baiknya, untuk melayani masyarakat. Saya ingin ketika selesai masa jabatannya nanti Presiden Jokowi akan dikenang sebagai presiden yang telah membuat sangat banyak perbaikan untuk masyarakat dan bangsa Indonesia.
Paham, Bong?
Comments
Post a Comment