Komunis, atheis dan rancunya pemahaman

Komunisme, Ateisme, dan Kebodohan Permanen

Fb. Herry Febrianto

“Dasar kalian antek Komunis! Ateis! PKI “
Tahukah anda, dituduh menjadi komunis atau PKI di Indonesia itu lebih berat daripada menerima hukuman mati. Kalau hukuman mati, setelah digantung atau ditembak, Dor ! Selesailah urusan. Tetapi kalau dituduh komunis atau diberi cap komunis, urusan akan terus berlanjut bahkan setelah kematian terjadi. Tuduhan atau cap komunis tersebut akan terus menghantui ke anak cucu, seumur hidup mereka.

Dulu waktu masih duduk di bangku SD di tahun 90 an, saya (dan saya yakin di seluruh Indonesia ) diajarkan di sekolah bahwa Komunis adalah Atheis. Waktu itu saya masih ingat, dengan berseragam celana pendek merah dan hem putih SD, saya dan teman teman satu sekolahan digiring seperti barisan bebek untuk melihat film yang seharusnya mendapat rating dewasa. Bagaimana tidak ? Film itu penuh adegan pembicaraan politik yang rumit, penyiksaan, darah mengalir, penembakan, dan anehnya anak anak SD DIWAJIBKAN menonton film tersebut, dan rutin setahun sekali. Dimana KPAI saat itu? ahahahay ...

Apa yang masuk dalam pikiran anak anak setelah melihat film G30S/PKI ? Tidak ada, kecuali rasa takut. Saya sendiri waktu itu selain takut juga bingung dengan dialog orang berbicara sambil merokok. Bibir yang penuh kepulan asap rokok dan kata kata : “ Jawa adalah kunci “. Pandai sekali penguasa Orde Baru membangun sebuah image ideologi politik menjadi sebuah kepercayaan yang harus diterima masyarakat secara koersif. Lebih parahnya lagi, kesalahpahaman itu diajarkan dan diyakini secara turun temurun hingga saat ini. Bahkan sampai sekarang, banyak lho orang berpendidikan tinggi, doktor, professor, yang masih juga meyakini bahwa komunis adalah ateis.

Sebenarnya apa to komunisme itu ?
Kalau ingin tahu teori mengenai komunisme dapat dipelajari secara luas dari berbagai sumber, baik buku, karya tulis, ataupun dari internet. Komunisme dicetuskan oleh filsuf Jerman Karl Marx yang muak dengan system feodalisme agamis di Jerman. Komunisme adalah sebuah ideologi / paham yang mengusahakan pemerataan stratifikasi sosial. Komunisme berusaha mewujudkan masyarakat tanpa sekat, tanpa kasta, tanpa kepemilikan pribadi, sehingga tercipta sebuah persamaan dan kesetaraan hak dan kewajiban. Inti dari komunisme adalah keadilan sosial bagi semua strata masyarakat tanpa kecuali.

Nah kalau Ateisme, pengertiannya adalah paham yang tidak mempercayai adanya Tuhan atau Ketuhanan. Orangnya disebut sebagai Ateis. Bagaimana ceritanya dua “ benda “ yang berbeda kok dicitrakan sama ? Mosok komunisme disamakan dengan ateisme ? Itu sama saja menyamakan ayam dengan bebek, hanya karena sama sama bersayap dan berkaki dua.

Perlu digarisbawahi bahwa orang yang ateis (tidak percaya Tuhan), bisa saja memiliki pandangan politik Kapitalis, Sekuler, Liberalis, atau Komunis. Sebaliknya orang teis (percaya Tuhan), bisa saja memiliki pandangan politik Kapitalis, Sekuler, Liberalis, atau Komunis.

Ah mosok ada orang percaya Tuhan tapi kok berpaham komunis ? Mosok ada orang agamis sekaligus komunis ? Jawabannya : Ada, buanyak pol.
Bukankah orang menjadi teis atau ateis itu prinsip PRIBADI, sedangkan komunis, kapitalis, sekuler, liberal itu prinsip hidup bersama di masyarakat secara SOSIAL ?

Coba sebut tokoh PKI, Aidit.

Aidit dilahirkan dengan nama Achmad Aidit di Belitung. Ayahnya, Abdullah Aidit, adalah seorang tokoh agama dan tokoh masyarakat . Abdullah Aidit juga pernah mendirikan sebuah perkumpulan keagamaan, "Nurul Islam", yang berorientasi kepada Muhammadiyah. Keluarga Aidit berasal-usul dari Maninjau, Agam, Sumatra Barat. Jelas, Aidit bukanlah seorang ateis.

Tokoh yang lain adalah Haji Mochammad Misbah “Sang Kyai Merah”. Sebagai seorang muslim yang taat tidak menghalanginya untuk berjuang melawan ketidakadilan pemerintah Hindia-Belanda dibawah panji-panji PKI.

Anda tau Khabib Nurmagomedov ? Dia dan ayahnya adalah muslim yang taat, tapi juga nasionalis Russia yang komunisnya kuat.  Ayah khabib adalah tentara Komunis. Apakah orang komunis itu selalu melakukan aksi silet menyilet, memotong telinga dan hidung orang memakai arit , atau bersetubuh
secara serampangan? Kalau premis itu diamini kebenarannya, tentulah kita tidak melihat lagi bangsa Russia hingga saat ini.

Atau anda yang fanatik buta tentang Palestina, bagaimana kalau disodorkan fakta bahwa di Palestina ada Partai Komunis? Bisa bisa sampean kaget terus stroke.

Bagaimana dengan ucapan yang sering disitir orang “Agama adalah candu ? “ bukankah itu artinya komunis itu membenci orang beragama?
Ya namanya juga cuma orang  latah. Monkey heard, monkey yell. Begitulah kira kira…

Istilah agama adalah candu, atau aslinya ditulis dalam Bahasa Jerman, " Die Religion ... ist das Opium des Volkes"  (terjemahan bebasnya Agama... adalah opium bagi masyarakat), adalah
kutipan terkenal dari tulisan Karl Marx yang sering disalah artikan. Kutipan ini sering digunakan untuk menyerang Marx, seolah inti ajarannya adalah memusuhi agama, atau sebaliknya oleh orang ateis untuk memojokkan mereka yang memeluk agama.

Padahal latar belakang Marx menuliskan istilah tersebut adalah kegeramannya atas perilaku kaum agamis (gereja) saat itu di Jerman. Hanya mau mengeluh, menghujat, menyalahkan orang
lain atau pemerintah. Tetapi alih alih bekerja keras, mereka hanya bisa menyalahkan dan berdoa. Kalau ada apa apa, mereka bertamengkan agama dan kitab suci. Karl Marx mengamati perilaku orang orang agamis tentang doa dan usaha. Para penganut agama cenderung dibutakan dengan "doa" sehingga upaya mereka sempit dan terbatas.
Sebagai contoh, mereka hanya banyak berdiam diri di rumah dan di tempat ibadah untuk berdoa, tetapi ladang gandum mereka dibiarkan terbengkalai, lalu menyalahkan orang lain karena keluarganya kelaparan. Setidaknya itu yg dia lihat di Jerman kala itu. Eh tapi kok mirip dengan perilaku orang- orang negara tertentu saat ini ya?

Saya bukan pengagum komunisme, bukan pula simpatisan komunisme. Tetapi saya merasa harus melakukan sesuatu supaya disinformasi ini diluruskan. Saya gak pengen nanti anak saya tidak bisa membedakan kapitalisme dan liberalisme, komunisme dan ateisme, sekularisme dan agamis, dan lain sebagainya. Apalagi kalau berargumen hanya memakai dasar : Pokoknya ! Malu lah punya anak keturunan yang bodoh. Apalagi nanti kalau berinteraksi dengan orang dari negara lain, malu.

Ya barangkali karena menjadi cerdas atau bodoh itu adalah pilihan seseorang, dan memilih untuk tetap bodoh permanen adalah hak asasi yang dilindungi undang undang. Maka kita bisa berkaca pada rendahnya tingkat literasi bangsa ini…

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10220127159553184&id=1351465612

Comments

Popular posts from this blog

Tingkatkan Pengetahuan Anda! TAHUKAH ANDA?

Menyambut Ramadhan

Mencampuradukkan ajaran agama lain ke dalam Islam