MEMBANTU SAUDARA HIDUP TERHORMAT"
“Aku sedih, karena engkau sampai harus datang ke sini hendak meminjam uang. Seharusnya aku tahu kesulitanmu, sebelum engkau hendak meminjam uang padaku”. Imam Syafi'i"
"MEMBANTU SAUDARA HIDUP TERHORMAT"
Imam Syafi’i pernah menangis, ketika sahabatnya hendak meminjam uang...
Sang sahabat menjadi merasa tidak enak, lalu dia tanya kenapa beliau menangis.
Ternyata... Jawabannya sungguh tak diduga.
“Aku sedih, karena engkau sampai harus datang ke sini hendak meminjam uang. Seharusnya aku tahu kesulitanmu, sebelum engkau hendak meminjam uang padaku”.
Allahu akbar!
Begitu ulama besar memaknai sebuah persaudaraan. Bahwa seorang saudara itu seharusnya “sensitif” terhadap kesulitan saudaranya. Dan bisa membantunya “sebelum ia meminta pertolongan”.
Jika ada saudara kita yang status FB-nya “jualan melulu”, status WA-nya barang dagangan, profil picture-nya jualan. Bahkan di hari libur, di hari saatnya santai, ia masih juga jualan...
Jangan suuzhon dulu dengan mengatakan : “jualan melulu..!!!!”
Akhi fillah... Bisa jadi itulah cara saudara kita berikhtiar keluar dari kesulitannya...
Mereka bisa jadi ingiiiin sekali minta tolong pada kita. Tapi rasa iffah mereka, sudah mencegah dari melakukan itu.
Bisa jadi juga mereka pernah minta tolong pada kita, lalu kita berhalangan. Lalu mereka menjadi tidak enak dan tidak pernah minta tolong lagi pada kita..
Maka jika menemui kondisi saudara kita seperti di atas, paksakan untuk membeli produk/dagangan mereka!
Membeli barang dagangan saudara 100rb, 200rb bahkan 500rb, TAKKAN MEMBUAT KITA JATUH MISKIN !!!
Tetapi bisa jadi dengan nominal-nominal di atas, kita sudah membantu saudara kita "dengan cara terhormat”, agar ia keluar dari kesulitan, dan semoga Allah mengeluarkan kita juga dari kesulitan² kita kelak...
Jangan berpikiran, dia-kan dagang, harus usaha sendiri.
Akhi fillah... Urusan mereka bisa jadi tak-se-sepele itu. Mereka bisa jadi bukan pengusaha besar yang uangnya tak berseri. Mereka harus memutar modal dalam kesempitan dan kebutuhan hidupnya sendiri.
Itu tak mudah, jangan samakan dengan pengusaha besar yang bisa dapat modal triliyunan dengan mudah.
Kadang, kita ini tidak adil.
Kepada orang lain, anak yatim, yayasan, masjid atau lainnya, kita bisa rogoh kocek “sumbangan” 100-500rb (jika ditotal sebulan), sementara untuk membantu saudara kita, kita “pelit sekali”.
Kita ini sering terjebak pada “amal-amal simbolik”. Amal-amal yang membuat kita “perkasa” secara nama, tetapi sebenarnya kurang efisien. Jika ada dua orang sama-sama kesulitan. Salah satunya saudara kita (tetangga) kepada siapa sebaiknya kita bantu? (Kita sudah tahu jawabannya).
Kadang kita juga tak mau bantu saudara-saudara kita yang berniaga dengan alasan: “dia kan dagang”, ya harus usaha sendiri.
Allahu Akbar!
Akhi fillah... Tahukah... Bisa jadi “dagangan” mereka itu, untungnya, adalah buat ongkos da’wah mereka, minimal penghidupan mereka...
Untuk mereka beli bensin motor, makanan, agar mereka bisa mengisi hari dgn tegar tanpa perlu "mengemis"...
Ketika kita beli dagangan mereka, maka sesungguhnya kita sedang membantu saudara kita “hidup dengan cara terhormat”.
Maka sekali lagi “jangan perhitungan” pada saudara-saudara kita yang berniaga.
Bandingkan dengan perusahaan-perusahaan fast food, consumer goods yang biasa kita beli, yang keuntungannya mungkin berakhir di meja kafe-kafe, minuman keras atau bahkan peluru-peluru untuk membunuh saudara² kita di belahan dunia lainnya.
Akhi fillah, sekali lagi, janganlah terlalu perhitungan dengan saudara-saudara kita yang berniaga.
Dan mari bantu mereka, hari ini juga, sebab bisa jadi hari ini mereka sedang dalam kondisi kritis. Dan sangat butuh bantuan kita... Entah untuk membayar kontrakan yang mereka sudah kehabisan ide darimana lagi.
Bisa jadi untuk biaya sekolah anak mereka.
Bisa jadi untuk melunasi hutang-hutang mereka, yang mereka sudah sangat tertekan akibat terus menerus ditagih..
Dan masih banyak lagi.
Coba ingat-ingat, siapa yang dalam 7 hari terakhir ini pernah menawarkan dagangannya atau meminta bantuan untuk dipromosikan produknya.
Lihat status FBnya, twitternya, WA-nya dst. Lihat apa penuh dengan dagangan. Jika ia, itu “tanda”, mereka bisa jadi sedang sangat butuh pertolongan.
Kalau pun kita tak butuh jualan mereka, minimal bantu share. Insya Allah pahala kita makin berlipat. Pahala shodaqoh ke saudara kita, pahala mengeluarkan ia dari kesulitan...
Akan semakin maksimal, jika setelah membeli, kita juga mengajak orang lain untuk membeli.
Mari bantu saudara-saudara kita hari ini juga, saat ini juga...
Sebab jika bukan kita, siapa lagi?
عَنْ أَبِيْ حَمْزَةَ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ خَادِمِ رَسُوْلِ اللهِ عَنِ النَّبِيِّ قَالَ : ((لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ ِلأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ [مِنَ الْخَيْرِ])) رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ.
Dari Abu Hamzah, Anas bin Mâlik Radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda: “Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian hingga ia mencintai untuk saudaranya segala apa yang ia cintai untuk dirinya sendiri berupa kebaikan”. [HR al-Bukhâri dan Muslim].
عَنْ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى (رَوَاهُ مُسْلِمٌ).
Artinya: “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam berkasih sayang bagaikan satu tubuh, apabila satu anggota badan merintih kesakitan maka sekujur badan akan merasakan panas dan demam”. (HR. Muslim).
Dari Abu Hurairah ra, Nabi SAW, bersabda: “Barang siapa yang melepaskan satu kesusahan seorang mukmin, pasti Allah akan melepaskan darinya satu kesusahan pada hari kiamat. Barang siapa yang menjadikan mudah urusan orang lain, pasti Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat. Barang siapa yang menutupi aib seorang muslim, pasti Allah akan menutupi aibnya di dunia dan di akhirat. Allah senantiasa menolong hamba Nya selama hamba Nya itu suka menolong saudaranya”.
(HR. Muslim, lihat juga Kumpulan Hadits Arba’in An Nawawi hadits ke 36).
Comments
Post a Comment