TRIAS POLITICA?

TRIAS POLITICA? TÉSSERAS POLITICA?
WAKAKAKAKA POLITICA?
by Yogie W. Abarri


Sistem Dajjal Demokrasi memang takkan sanggup tegak dan bertahan kecuali dengan mengandalkan sihir, yang digunakannya untuk menipu umat manusia.

Sihirnya berupa kata², slogan², atau konsep² palsu, yang bahkan realitanya pun tak ada.
Namanya juga sihir. Sejak kapan sihir itu sesuai dengan realita?

Sebagaimana sihir penyihir Fir'aun. Sihir yang tidak pernah benar² merubah tali menjadi ular, melainkan tali tersebut hanya tampak seolah seperti ular saja.

Salah satu sihir demokrasi yang akan kita sorot kali ini adalah sihir yang berupa konsep tipu² yang berjuluk Trias Politica.

Trias = tria + as = tiga poros
Katanya sih gitu.

Trias politica = konsep pemerintahan yang mengatakan bahwa kekuasaan politik di suatu negara itu harus dipisah ke dalam beberapa lembaga negara yang terorganisir ke dalam tiga kesatuan yang berbeda.

Katanya sih gitu.

Menurut John Locke, yang isunya adalah penggagas awal Trias Politica, tiga bagian/cabang yang dimaksud adalah... legislatif, eksekutif, dan federatif.

Adapun menurut Montesquieu, yang kabarnya adalah penggagas final Trias Politica, tiga bagian/cabang yang dimaksud adalah... legislatif, eksekutif, dan yudikatif.

Katanya sih gitu.

Masyarakat lalu dicekoki doktrin lewat pendidikan dan propaganda lewat media, yang berbunyi bahwa... jika Trias Politica sudah diterapkan, maka munculnya diktator dalam sistem demokrasi pun menjadi sulit.

Tak cukup sampai disitu, mereka juga melontarkan gagasan check and balance, sehingga Trias Politica (tiga poros) seolah berubah menjadi Tésseras Politica (empat poros).
Dan poros keempatnya adalah media.

Dengan keterlibatan media, mereka mendoktrin masyarakat, bahwa munculnya diktator dalam demokrasi menjadi nyaris mustahil.

Katanya sih gitu.

Apakah klaim tersebut benar?

Omong kosong.


Kediktatoran Kolektif/Berjamaah

Lihat saja bagaimana rezim ini menjalankan kekuasaannya.
Pentolan² lembaga² penting, baik yang di legislatif, eksekutif, maupun yudikatif, semuanya diisi oleh kader² partai koalisi yang berkuasa.
SEMUANYA !!!

Ada yang tak paham dengan arti kata "semuanya"?

Dan yang dilakukan rezim ini sebenarnya bukan hal baru. Dari rezim ke rezim di negeri ini hal itu sudah dilakukan. Para penjahat, di atas sana mereka saling bekerja sama. Bersepakat menjadi diktator secara kolektif/berjamaah.

Benarlah apa yang RasuluLLah katakan saat menjelaskan tentang periodisasi Ummat Islam dalam hadits terkenal riwayat Imam Ahmad.
Beliau menyebut fase ini dengan istilah "mulkan jabariyyan" (kekuasaan yang diktator).

So, siapa bilang dengan diterapkannya Trias Politica itu jadi tak memungkinkan munculnya kediktatoran?

Trias Politica itu omong kosong.
Tésseras Politica pun omong kosong, karena media konvensional semuanya juga ada di pihak rezim, atau minimal enggan berseberangan dengan rezim.

Tak ada itu yang namanya Pemisahan Kekuasaan.
Yang terjadi adalah Pembagian Kekuasaan.

Kekuasaan dibagi² di antara anggota koalisi.
Semuanya ada dalam genggaman mereka.

Rakyat tertipu.
Mereka mengira dengan dibagi tiga or empat, persekongkolan kekuasaan itu tak mungkin terjadi.

Padahal,
Mau konsepnya dirubah menjadi Chílias Politica (seribu poros) sekalipun, tetap saja ke-seribu-nya itu akan dikuasai oleh para serigala yang bersekongkol untuk merampok harta rakyat dan menjarah kekayaan alam milik rakyat.

Rakyat mengira kuncinya adalah terletak pada pemisahan kekuasaannya.
Padahal kuncinya adalah terletak pada siapakah pembuat hukum/aturannya.

Selama hak membuat hukum itu tetap diserahkan ke tangan manusia, maka mau dibuat ribuan poros pun, gerombolan manusia haus darah itu akan tetap bisa menemukan caranya untuk saling bekerja sama.

Padahal, kalau Ummat memang serius mau membuat tak ada satu manusia pun yang bisa berkuasa mutlak dan menjadi diktator... cara yang paling pasti adalah... ya jangan buka dong jalan bagi manusia untuk membuat aturan, dan serahkanlah kedaulatan (hak menentapkan hukum) itu hanya kepada Allah SWT.

Dan lagi²... memang konsep Islam-lah yang terbukti paling baik bagi rakyat.

Dalam Islam, urusan² yang strategis itu biasanya hukum syara'nya sudah qath'i.
Siapapun Khalifah yang kelak bakal diangkat oleh Ummat, ia hanya ditugasi untuk tinggal melaksanakannya saja.

Jadi, tidak perlu repot² berpikir untuk membagi kekuasaan jadi tiga, empat, or bahkan seribu poros sekalipun.

Cukup tutup saja jalan bagi manusia untuk bisa membuat hukum, beres.

So sudah saatnya Ummat mencampakkan demokrasi ini ke tempatnya yang selayaknya. Yaitu tong sampah peradaban. []


CEK CORETAN LAINNYA DI
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=148111479098347&id=100016984876409

TELEGRAM BACKUP @bukangoresanpena

Comments

Popular posts from this blog

jenis-jenis Sistem Transmisi mobil

Kudeta Jokowi Mulai Tercium Oleh Prabowo Subianto

Jumlah rakaat shalat tarawih sesuai tuntunan