Pembenci ato pengkritik
Suatu ketika, seseorang tengah mengemudikan mobilnya di sebuah jalanan desa yg tenang. Di dalam mobil mini bus ini pun cukup penuh penumpangnya. Tampaknya keluarga atau orang-orang terdekatnya. Dari arah jalur yg berlawanan tampak ada truk yg dikemudikan seorang pemuda lusuh berbeda dengan pengemudi mobil mini bus tadi.
Pada mereka berpapasan, supir truk lusuh itu tetiba berteriak kepada pengemudi mobil itu, “BABI!”.
Pengemudi mobil kaget bukan kepalang. Ia tersinggung dikatai babi. Penumpang di dalam mobil itu pun tersinggung jika sang sopir yg tak lain adalah kepala keluargainya diteriaki babi.
Bereaksilah pengemudi dan seluruh penumpang mobil tersebut. Ada yg balik berteriak, "Lo kali yg babi!".
Ada yg berkata, "Dasar pembenci! Sirik kali sama sopir mobil lebih gaya dari truk!."
Dan lainnya hingga ada pula yg menggunakan kalimat nasehat bijak, "Tidak bagus berkata kasar, berdosa. Berkata dan berpikir positif saja. Apalagi berprasangka buruk dengan mengatakan bahwa kita adalah babi. Sesama manusia harusnya saling mencintai." Dan lainnya dan lain sebagainya.
Namun, tak berapa lama, setelah membalas ucapan pengemudi truk itu, si pengemudi mobil berteriak, “Aaaaaaaaaa……!”.
Ia terkaget. Serta merta menginjak rem. Mobil pun oleh karena kelembaman akibat tiba-tiba berhenti. Semua penumpak tersontak bahkan berteriak.
Beberapa ekor babi tiba-tiba melintas jalanan desa itu. Dan, tanpa bisa dihindari, walaupun direm, mobil penumpang itu masih menabrak babi yg melintas tadi.
Ternyata, 'teriakan babi' dari sopir truk tadi adalah peringatan yg menyelamatkan. Teriakannya bukanlah tanda benci, melainkan tanda cinta.
***
Nah, demikian pula dengan orang-orang yg kritis terhadap keberlangsungan roda pemerintahan di negeri ini. Mereka yg lantang yg acap kali dicap sebagai tukang pembenci ini sesungguhnya adalah pecinta sejati.
Mereka adalah penyelamat. Agar 'mobil negara' yg sedang dikemudikan oleh Presiden ini berhati-hati. Bahwa di depan ada bahaya. Bahwa di depan Presiden harus hati-hati.
Teriakan kritik itu memang mengagetkan bahkan menyakitkan. membuat telinga, mata dan hati turut panas. Tapi memang begitulah kritikan. Rasanya tidak enak. Beda dengan pujian.
Namun, bayangkan jika sopir truk tadi membiarkan. Atau ketika saling berpapasan si sopir truk menebar pujian "Wah, mobilnya bagus sekali, Pak. Keren. Luar biasa. Hebat", dan berbagai pujian lainnya, sementara dia tahu bahwa di depan jalan ada kawanan babi yg mencelakakan, apakah pujian ini tanda cinta? Tentu bukan.
Maka, sejatinya, pengkritik kebijakan itu bukanlah pembenci. Mereka adalah pencinta sejati. Mereka peduli keselamatan pemerintahan dan bangsa ini. Justru, kepada yg sering membela, mendiamkan, atau memuja dan memuji, haruslah hati-hati. Bisa jadi karena fanatisme butanya, ia tidak lagi melihat jalan di depan. Tapi hanya kagum pada 'pengemudi' yg terus menebar pencitraan.
#SelamatkanIndonesia
#LintasanPikiran
#AMI
https://www.facebook.com/1617301867/posts/10217298139718318/
Comments
Post a Comment