AHLI IT MERADANG TAK TENTU ARAH

HAIRUL ANAS BERAKSI, ORANG-ORANG BERLAGAK AHLI MALAH MERADANG TAK TENTU ARAH

Teuku Gandawan - Strategi Indonesia

Apakah ketika Hairul Anas Suadi memperkenalkan tools-nya yang dia sebut Robot Pantau Situng KPU, dia ada menyebut dirinya Pakar IT? Apakah dia menyatakan memiliki sebuah tools sakti, yang bisa membongkar semua kebusukan IT KPU? Jawabannya, tidak. Karena dia hanya menceritakan dengan tools yang dibuatnya tersebut, secara sederhana dia dapat menduga ada sekian ribu kecurangan yang potensial terjadi pada Situng KPU. Dan kita sudah sama tahu hasilnya apa. Hasilnya Bawaslu membenarkan argumentasi tersebut dan menyatakan KPU memang melakukan kesalahan administrasi. Dengan demikian selesailah sudah harusnya. KPU terbukti dan mengakui telah salah dan siap memperbaiki kesalahannya.

Lalu selesaikah? Ternyata tidak. Ada sekian badut-badut yang malah berlagak sebagai Pakar IT, berlagak membongkar kesalahan Robot Pantau Situng milik Hairul. Mereka bukan beranjak dari fakta persidangan Bawaslu, tapi malah sibuk menyerang pribadi Hairul Anas. Mempertanyakan tingkat kepakaran dan pendidikan Hairul. Ini justru menggelikan, kalau tidak mau dikatakan tolol luar biasa. Harusnya mereka bukan menyerang Hairul Anas, harusnya mereka menyerang KPU dan Bawaslu.

Mereka harusnya bertanya kepada KPU bagaimana KPU bisa begitu tolol memiliki alat rekapitulasi dengan biaya tinggi tapi minim proteksi dan memiliki begitu banyak kehandalan negatif. Harusnya sistem dengan biaya begitu besar memiliki feature-feature yang lengkap dan kompleks yang memiliki kehandalan yang dapat mengantisipasi salah input. Lepas dari salah input itu kecerobohan atau kesengajaan. Situng KPU harus terbuka adalah kewajiban dan itu satu hal. Namun hal tersebut tidak bermakna sebagai tools dia bisa dengan mudah diterobos oleh pihak lain dari luar KPU. Terbuka di dalam dunia IT tidak pernah diterjemahkan sebagai boleh memiliki bolong keamanan yang memungkin berbagai pihak bisa mengubah isinya sesuka hati.

Mereka juga harusnya menggugat Bawaslu yang jernih nalarnya sehingga menerima dengan baik gugatan BPN dalam sidang Bawaslu. Silahkan para badut yang menyerang Hairul Anas menyerang Majelis Persidangan Bawaslu yang berakal sehat. Gugatlah Bawaslu kenapa tidak setolol kalian yang lebih fokus menyerang Hairul Anas daripada mengeritisi begitu buruknya sistem Situng KPU. KPU yang beloon memesan produk IT, KPU yang beloon mengoperasional produk IT, lalu Hairul Anas dan rakyat banyak yang jadi pihak bersalah karena mengecam hal itu. Itu logika yang dikedepan para badut-badut pembela kegagalan Situng KPU ini.

Parahnya lagi kini data pribadi Hairul Anas dalam database Dukcapil bisa keluar begitu saja dan menyebar di sosial media. Tak cukup hanya itu, beberapa nomor telepon genggam milik Hairul Anas juga setelah di-clonning lalu di-hack. Selanjutnya Hairul Anas difitnah seolah menantang semua pihak untuk beradu pintar dengannya. Siapa pelaku semua ini? Mungkinkah rakyat awam? Jelas tidak. Mungkinkah para cebong yang suka asal mangap di sosial media? Jelas tidak. Kenapa Polri diam saja dengan semua fenomena ini? Mereka tidak tahu? Jelas tidak. Ada orang mengancam memancung Jokowi saja Polri segera tahu, tidak mungkin mereka tak tahu apa yang terjadi pada Hairul Anas. Lalu persisnya bagaimana? Siapa? Aduh...apa harus saya jelaskan juga? Hehe....

Kenapa saat Hairul Anas membongkar kecurangan Situng KPU, ada sekian orang yang meradang dan sekian ribu robot sosial media gaduh? Apa ruginya jika kecurangan dibongkar? Kenapa kecurangan harus ditutup-tutupi? Siapa yang mendapatkan keuntungan dari semua kecurangan itu? Siapa yang hingga kini terus berdiam diri melihat semua kecurangan yang menguntungkan dirinya? Saatnya kita berpikir jernih, saatnya kembali kepada akal sehat. Jujur itu jiwa Pancasila, curang itu jauh dari Pancasila. Ingin disebut berjiwa Pancasila? Jujurlah! Gitu aja kok repot.... 🙂

17 Mei 2019, 20.45

Comments

Popular posts from this blog

Tingkatkan Pengetahuan Anda! TAHUKAH ANDA?

Menyambut Ramadhan

Mencampuradukkan ajaran agama lain ke dalam Islam