TANTANGAN TKN, DIJAWAB BPN DAN SIKAP PRESIDEN
TANTANGAN TKN, DIJAWAB BPN DAN SIKAP PRESIDEN
Pasca Pilpres 17 April lalu. TKN #01 gencar sekali serang BPN. Suruh BPN adu data dengan TKN.
Bahkan mereka TKN siap beberkan 25ribu kecurangan BPN. Lebih dahsyat lagi, TKN siapkan uang tunai Rp.100milyar sebagai hadiah tuk buktikan kecurangan Pilpres 2019.
Tantangan TKN dijawab tunai oleh BPN #02. Siang tadi BPN resmi buka data kecurangan Pilpres.
Bahkan BPN undang KPU, BAWASLU, aparat serta pihak terkait. TKN juga diundang.
Tapi, eh, TKN malah ngeyel, tidak datang.
Kenapa?
Ko, kemarin kasih tantangan, giliran diladeni malah tak datang. Gak berani hadir.
Ngomong saja yang besar. Bukti gak ada. Padahal, kan cuma diundang datang tuk dengar.
Bukan adu data.
Sebelumnya, tantangan Rp.100milyar dijawab BPN dengan mengadu data 35ribu kasus kecurangan ke Bawaslu.
Eh, langsung kendor. Uang yang tadinya dijanjiin, langsung hilang.
Katanya, uang itu masih belum terkumpul. Masih ada di 7 pengusaha.
Pengusaha alam gaib? haha....
Parah. Omongan tak bisa dipegang. Bohong semua. Mulut saja yang besar. Bukti tak ada.
Sekarang kita mengerti. Apa yang kini dilakukan TKN sekarang.
Mereka kini sedang fokus membela mati-matian selisih suara mereka yang katanya unggul 15juta.
Itu lebih penting untuk kemenangan.
Daripada bicara hal yang lebih penting menurut rakyat. Yaitu esensi Pilpres yang jujur, adil dan bertanggung jawab.
Padahal, BPN suda bilang. Kalah menang adalah konsekuensi dari sebuah proses pemilihan.
Tapi yang penting adalah prosesnya yang harus jujur, adil, terbukan dan bertanggung jawab. Tidak boleh ada kecurangan dan pemaksaan kehendak.
Inilah esensi demokrasi di Pilpres ini.
Terkait ini, kita patut menyampaikan kekecewaan ke pemerintah.
Sampai saat ini, Presiden tak pernah bicara terbuka ke media masa nasional. Dari atas mimbar atau podium kepresidenan.
"Bahwa atas nama pemerintah mengutuk dan menindak dengan tegas semua pelaku curang di Pilpres 2019. Dan menyatakan duka yang mendalam atas wafatnya 600an petugas KPPS, panwas dan aparat. Serta melakukan investigasi khusus atas kejadian ini."
Tidak pernah ada pernyataan seperti itu.
Sebagai warga negara, kita kesal atas sikap pemerintah yang terkesan diam seribu bahasa atas masalah ini.
Yang akhirnya menjadi bola liar yang diperdebatkan seantero bangsa. Tanpa ada ujung pangkalnya.
Yang hanya menimbulkan curiga dan saling fitnah.
Payah.
Kalian tahu Presiden sedang apa sekarang?
Beliau malah pergi ke hutan. Mencari disemak-semak dan kegelapan rimba.
Dimana ibukota indonesia berada.
Padahal ibukota ondonesia kan Jakarta. Kota yang beliau tempati sekarang.
Kita marah.
Bukankah lebih penting biloau tetap tinggal di Jakarta. Supaya fokus menyelesaikan lebih dahulu urusan Pilpres dan semua masalah yang terkait dengan itu.
Dibanding pergi ke hutan mencari ibukota.
Kita boleh menilai, bahwa itu hanya upaya pengalihan isu semata.
Terlalu murah.
Semua ini juga akumulasi dari kelemahan besar konstitusi kita. Kisalahan kita.
Bahwa membiarkan seorang Kandidat Capres menjabat Presiden.
Akhirnya, tidak ada lagi objektifitas, independensi dalam berbagai kebijakan dan keputusan pemerintah terkait ini semua.
Untuk kedepan, indonesia harus punya pemimpin yang lebih baik. Supaya kita tidak terus ribut lagi seperti sekarang.
Maaf yah. Tak ada salahnya kita berpendapat.
Salam dari Indonesia Timur. AH
Comments
Post a Comment